2. Sejentik Harapan

134 8 5
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Akhirnya aku menghempaskan tubuh ini di atas ranjang tuaku, meregangkan seluruh sendiku yang sudah terasa kaku. Mataku yang lelah mencoba bergerak menelusuri seluruh pekerjaan kuliahku yang berserakan dari atas meja hingga ke lantai kamar.

Dengan mata setengah terpejam tanganku merambat menuju lantai yang dingin, berusaha menggapai buku Adam and Victor's Principles of neurology yang menjadi rujukan utama dalam mengerjakan tugasku. Sungguh, buku ini sangat nyaman untuk sekedar dijadikan bantal karena ketebalannya yang luar biasa. Kerapatan tulisan dan bahasa inggrisnya yang ahh Naudzubillah mungkin akan menyerap ke otakku dengan sendirinya jika aku menjadikan buku ini sebagai alas tidur di kepala.

Baru saja hendak kupejamkan kedua netraku ini dengan sempurna, jam bekerku berteriak mengusik ketenangan indera pendengaranku.

Ya, kini pukul setengah empat sore dimana aku harus segera bergegas untuk bekerja part time di kedai kopi yang berlokasi di Luxury Solo Apartement.

Beginilah aku.

Ketika jemariku ini sudah berkutat dengan berbagai buku kedokteran yang tebalnya menandingi ketebalan batu bata, aku bisa dengan mudahnya lupa tengah dimana matahari berada.

Tak ingin membiarkan waktu beranjak semakin jauh, ku hamparkan sajadah didepan posisi kedua adikku berpijak dan lekas melaksanakan ibadah salat ashar berjamaah di mushola keluarga agar dapat segera menuju kafe dengan si pooky -sepeda motorku- tersayang.

~ 🕌👑🕌 ~


Mendapati kedai kopi global asal Amerika Serikat ini yang tak pernah sepi akan pengunjung membuatku merasa bersalah membiarkan Latifa meramu kopi berkelas dengan tangannya hingga kelimpungan.

Segera aku menggiring kakiku menuju meja konter, menghampiri gadis bername tag Thalita lebih tepatnya.

Segera aku menggiring kakiku menuju meja konter, menghampiri gadis bername tag Thalita lebih tepatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lit, katakan pada Latifa aku akan menggantikannya sekarang, ya. Aku akan masuk!"

Pukul 21.23

Diruang kaya akan aroma kopi yang di bandrol dengan harga melangit ini menyeruak penciuman siapa saja yang berada di dalamnya, menyuntikkan ketenangan bagi pengunjung yang datang. Dan itu berdampak buruk bagiku.

Hijrah SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang