6. Takdir Dipertemukan II

84 8 1
                                    

- Segala sesuatu yang terjadi pasti beralasan.
Segala sesuatu yang tercipta tidak hadir secara kebetulan.
Bahkan daun pun memiliki alasan untuk gugur.
Dan hal itu bukan sebuah ketidak sengajaan. -

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Piring dan sendok tak berhenti beradu, ciptakan dentingan nyaring yang mengisi penuh atap ini.

Aku kini tengah menyantap menu makan siang kelewat telat bersama Aisyah di kantin pusat kampus. Kita sengaja makan bersama karena kita jadi sedikit sulit untuk bertatap muka semenjak tragedi jabat tangan itu. Kebetulan hari ini aku baru selesai kelas dan Aisyah belum kembali ke kostannya.

"Makanannya enak banget nih, coba deh yang punyaku!"

"Emm~ iya enak, Syah."

"Eh kamu kemana saja sih? Kok aku tidak pernah lihat kamu lagi di masjid kampus? Acara kami pekan lalu kurang memuaskan ya?"

Aku bergidik ngeri ketika kata-kata gadis dihadapanku ini tertelan bulat-bulat oleh indera pendengaranku. Pada akhirnya, pertanyaan yang kuhindari meluncur juga dari bibirnya.

Dengan gerakan kikuk, aku menjawabnya dengan hati-hati, berusaha bereaksi tak mencurigakan.

"E-eh, bukan bukan! Asik kok acaranya! Aku.. hanya sedang sibuk dengan akademikku saja, hehe."

Maaf Aisyah, kini aku seakan sudah menjadi pembohong ulung. Aku tidak bisa memberi tahumu perihal rasa malu yang tengah melanda batinku. Aku masih menyimpan segudang keresahan yang mengendap dalam hatiku sendiri. Rasanya.. sedikit aneh untuk menceritakannya padamu.

Tak lama selang kami melempar canda tawa, aku mendapati segerombolan pria berjalan menuju wilayah kantin kampus. Aura berkilau mereka menguar begitu hebat. Penampakannya yang terkesan sangat mencolok dengan paras yang teramat menawan dan tegas, hidungnya yang tajam, dan proporsi yang sangat sempurna sukses menyedot perhatian seisi kantin.

Mereka seperti mahakarya.

"Siapa mereka?"

"Mereka anak-anak I'M (dibaca seperti I'am). Pemandangan seperti ini sudah tak aneh lagi, Kate. Setiap mereka berjalan bersama, mereka pasti menjadi pusat perhatian."

Aku sedikit menajamkan pandanganku, berusaha menangkap sosok yang familiar dalam pengelihatanku. Itu seperti.. kak Adnan?

"Yang memakai kacamata dan berjalan paling depan itu Adnan namanya. Aku rasa kamu mengetahuinya karena ia anak FK semester akhir. Dia tidak begitu dekat dengan anak perempuan sih."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hijrah SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang