- Hadirnya seseorang bisa karena dua hal.
Menjadi tamu dalam kehidupan
Atau menjadi pendamping dalam kehidupan. -بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Ntah mengapa, selama dalam perjalanan banyak hal yang berkecamuk di dalam pikiranku.
Oh Allah.. aku sungguh malu perihal jabat tangan tadi. Aku malu, aku merasa gagal menjadi seorang muslimah.
Rasa kagumku padanya seketika membuatku menciut dihadapannya.Apalah aku yang hanya sebutir bakteri yang baru berhijrah melangkah menuju jalan-Nya.
Rasanya aku seperti hamba Allah yang hina.. masih sering melalaikan kewajibanku sebagai seorang muslimah, sebagai hamba Allah. Ya Allah, aku malu pada-Mu, begitu tepatnya.Berjilbab memang tak merubahku menjadi sosok malaikat yang suci, tapi yang aku ketahui bahwa mengenakan jilbab adalah salah satu langkah menjadi muslimah yang taat.
"Hey, Kate!"
Aku mengedarkan pandanganku saat sadar kini telah berada di depan gedung futsal FK.
"Kucing asing!"
Tidak tidak. Itu bukan suara komplotan modis yang biasa mencercaku. Aku mengenal suaranya dengan baik, ia kak Adnan.
Aku menghampirinya dan mengekori punggungnya yang bidang menuju wilayah lantai dingin futsal yang terbilang terlampau luas.
"Masyaa Allah, ternyata ada tempat sehebat ini disini!"
"Kamu ini mahasiswi mana sebenarnya, hm?"
Aku tak menggubris pertanyaannya dan hanya sibuk mengedarkan pandanganku ke setiap penjuru tempat ini. Yang kuketahui saat ini adalah disini hanya ada segelintir orang. Sangat sedikit. Bahkan aku tak melihat pemain futsal di dalamnya.
"Yang lain OTW, Kate. Kita makan dulu disini."
Merasa keganjalanku terjawab, aku segera mengangguk dan duduk berhadapan dengannya diatas hamparan ubin dingin yang megah ini, tepat saat ia telah membersihkan tempat yang akan kududuki, ia menepuknya beberapa kali, menitahku untuk duduk disana.
"Aku bukan seorang putri."
"Silahkan duduk tuan putri.."
Selalu menentang, menyebalkan.
"Nah, silahkan buktikan."
Aku menyajikan hidangan sederhana yang sudah dingin di antara posisi kita duduk. Aku yakin, masakanku ini pasti takkan mengecewakan.
"Tidak enak."
"Sudah kuduga, selera kulinermu sangat buruk. Levelmu jauh dibawah kucing, kak."
"Dan kucing itu adalah kau."
"Menyebalkan! Kembalikan makananku!"
Aku berusaha menarik kotak bekal yang sudah ia habiskan beberapa sendok. Namun ia mencekalnya. Tidak tahu terima kasih.
"Terima kasih.."
Ralat. Sepertinya dugaanku tidak tepat.
"Tidak perlu berterima kasih. Kembalikan makananku! Aku juga belum sempat makan sejak pagi."
"Sungguh? Ayo kemari, makanlah."
Kekesalanku mulai menyentuh ubun-ubun. Aku mendekatinya, menghimpit kotak bekalku. Dan mengunci irisnya secara tajam, mencoba mengintimidasinya dengan sayatan dari bola mataku.
"Sesungguhnya, ini-milik-ku!"
Aku memberikan setiap tekanan pada akhir kalimatku. Berharap ia takluk dan tak lagi meremehkanku.
"HAHAHAHA!"
Tapi ia malah tertawa.
Ya, ia menertawakanku.
💎💎💎
Hallo, sahabat semua!
Sebenarnya ini tidak akan Vivy post karena tergolong part yang tidak begitu penting dan bagian yang tidak akan mempengaruhi part selanjutnya. Tapi ntah mengapa rasanya jemari ini sangat gatal untuk meng-click tombol 'publish' dipojok kanan atas.
Setelah dipublish, ternyata rasanya sedikit lega.
Gak lega-lega amat.Yaa, itung2 pembaca jadi tahu sosok Adnan ini seperti apa dengan adanya mini part yang kubilang 'tidak penting' ini menjadi 'agak penting', hehehe.
Tenang, ini bukan pelarianku karena writing block atau sejenisnya. Vivy tidak kehabisan ide.
Tanpa ingin merasa berhutang next part kepada para pembaca, insyaa Allah Vivy akan tetap publish next partnya secara lengkap dalam jangka waktu yang tidak lama.
Jangan lupa bersyukur :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah Senja
Science FictionAssalamu'alaikum, sahabat semua. Ini, kutuangkan goresan jemariku yang berhiaskan kisah seorang istri shalihah yang Insyaa Allah dapat menginspirasi kita semua. Perjalanannya yang penuh akan duri kecil hingga duri besar yang menjalar liar dalam seti...