-Memang, rasa sakit untuk merelakan tak lebih dari luka bertabur garam-
بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
Tiada seorangpun yang bisa memahami perasaanya, pikir Kateline. Bahkan seorang Adnan Khiar Ardhani yang biasanya menjadi orang nomor satu untuk menyelamatkannya dari situasi semacam ini juga tak kunjung menghampirinya. Harusnya pria itu bertemu dengannya sekitar satu jam yang lalu, ntah dengan cara menggodainya atau membuatnya kesal.
Ya, setidaknya itu lebih baik dari pada dibiarkan sendiri selama satu jam dilingkungan senior yang mencekam.
Gadis itu berdiri sendirian di depan ruang rapat umum cukup lama. Sudah ia habiskan lima lembar Al-Qur'an hanya sekedar untuk mengisi waktu hingga kakinya sedikit pegal.
"Iya, katanya dia bawa masuk cewek gitu ke kamarnya. Gila gak sih?"
"Ah, yakali calon imam gue kayak gitu. Lo salah nguping kali ah!"
"Enak aja, dia calon suami gue! Berhijab dulu lo, baru ngaku-ngaku. Rambut masih kayak bihun kering juga ah."
"Iya iya.. terus gimana?"
"Yagitu, katanya cewek yang dibawa itu mahasiswi sini."
"Dih, cari mati dia. Belum tau banyak semut disini. Bisa di grogotin mampus dia."
"Semut? Maksud lo cabe kali! Hahaha!"
"Apa sih lo garing."
Kateline bergidik ngeri mendengar perbincangan selewat yang dilakukan dua orang wanita cantik lewat di depannya.
Benar-benar, Kateline heran mengapa ia harus dipertemukan dengan pria bernama Jordan."Kucing asing!"
Ngomong-ngomong soal Adnan, Kateline yakin kalau saat ini kakak tingkatnya itu sedang mencoba menguji kesabarannya. Pria itu tak henti-hentinya membuat ia jelak akan amarah. Dan betapa mengesalkannya, pria menyebalkan itu sama sekali tidak pernah punya niatan meminta maaf. Adnan sepertinya menginginkan acara pemakamannya di selenggarakan besok. Bagaimana tidak? Selain telah menelantarkan Kateline mematung di depan ruang rapat umum seorang diri, beberapa hari yang lalu pria calon dokter itu sudah membuat gara-gara dengan merusak selang stetoskop satu-satunya milik Kateline.
"Nih."
Sebuah lengan besar menggantung diatas kepala Kateline dengan secarik kertas dalam genggamnya."MEGA DedicArt" begitulah bunyi huruf-huruf keemasan yang meliuk cantik. Dibawah judul tiket ada beberapa nama bintang tamu yang langsung Kateline kenali sejak pertama kali membacanya, terutama nama pria berinisial 'J' yang belakangan ini sangat ia harapkan kehadirannya.
"A-apa ini?"
Kateline menyerahkan tas jinjing pink miliknya pada Adnan dan beralih mengambil kertas dari genggaman Adnan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah Senja
Science FictionAssalamu'alaikum, sahabat semua. Ini, kutuangkan goresan jemariku yang berhiaskan kisah seorang istri shalihah yang Insyaa Allah dapat menginspirasi kita semua. Perjalanannya yang penuh akan duri kecil hingga duri besar yang menjalar liar dalam seti...