- Kita seperti ketidak sengajaan yang sengaja diatur oleh Tuhan. -
بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Aku mendengar decit kursi yang ngilu menerobos pendengaranku di sela jutaan titik hujan yang beradu sangat kencang.
"Nyonya Lissa yang pertama."
Aku merasakan hembusan nafas menyapu leherku sangat dingin, seakan hembusan itu dapat menusuk hingga ke urat nadi leherku.
"Selanjutnya nyonya Reannon."Aku membalikkan tubuhku gusar, berharap menemukan sumber suara bariton yang baru saja menyebutkan nama keluarga besarku.
"Setelah itu kau."
Nihil. Aku tidak menemukan apapun selain darah yang mengalir dari kursi kosong tepat di belakangku.
Aku mulai panik.
Aku memastikan seluruh tubuhku yang berlapiskan gaun ini tidak terluka sedikitpun. Berharap darah itu bukan milikku.
"A-aku takut.."
Disela-sela pendengaranku, sayup-sayup aku menangkap suara anak kecil dengan samar.
"Dingin.. Hiks.."
Lagi. Sederet kata mencapai telingaku. Kali ini aku mendengarnya 2x lebih tajam dari sebelumnya.
Aku berusaha mencari sumber suara dengan pandanganku yang terbatas di tempat yang gelap dan pengap ini.
Aku berteriak sangat kencang hingga tersayat tenggorokanku, namun tak sedikitpun suaraku tertangkap oleh pendengaranku.
Aku menjambak frustasi rambutku. Otakku seperti mendidih dibalik tempurung yang keras.
"Azka takut sendirian..."
Azka! Aku jadi teringat serpihan insiden yang mulai menyatu dalam ingatanku. Namun aneh sekali, tubuhku kini terasa berat dan pengelihatanku masih tak menangkap bayangan siapapun.
Aku seperti tersesat.
Darah yang mengalir di lantai kayu usang itu mulai menyentuh ujung kain gaunku, membuatku mundur perlahan menghindari darah yang baunya sangat pekat mengikat penciumanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah Senja
Bilim KurguAssalamu'alaikum, sahabat semua. Ini, kutuangkan goresan jemariku yang berhiaskan kisah seorang istri shalihah yang Insyaa Allah dapat menginspirasi kita semua. Perjalanannya yang penuh akan duri kecil hingga duri besar yang menjalar liar dalam seti...