Cinta Dalam Diam

86 9 12
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Inilah kisah cinta suci antara Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra. Cinta Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra memang luar biasa indah, cinta yang selalu terjaga kerahasiaannya dalam sikap, kata, maupun ekspresi. Ali dan Fatimah tak pernah sekali pun saling mengumbar perasaan. Mereka sama-sama menyimpan perasaannya dalam doa. Saling memantaskan diri agar menjadi pribadi yang mulia.

Betapa Allah menjaga perasaan Ali dan Fatimah. Meskipun beberapa kali perasaan mereka diuji, namun mereka tetap pasrah dan saling mendoakan. Hingga akhirnya Allah menyatukan mereka dalam sebuah ikatan suci pernikahan. Konon, karena saking teramat rahasianya, setan saja tidak tahu urusan cinta diantara keduanya.

Fatimah Az-Zahra adalah salah seorang putri Rasulullah. Sebuah kisah datang dari putri Rasulullah, Fatimah Az-Zahra, dan Ali bin Abi Talib. Pintu hati Ali terketuk pertama kali saat Fatimah dengan sigap membasuh dan mengobati luka ayahnya, Muhammad SAW yang luka parah karena berperang.

Dari situ, dia bertekad untuk melamar putri nabi. Ali hanya menitipkan doa atas rasa cintanya. Lantas dengan tekun dia kumpulkan uang untuk membeli mahar dan mempersunting Fatimah. Malang, belum genap uang Ali untuk membeli Mahar, tiba-tiba tersiar kabar bahwa sahabat Rasul yang lain ingin melamar Fatimah. Ia adalah Abu Bakar As-Shidiq.

Hancur hati Ali, namun dia sadar diri kalau saingan ini punya kualitas iman dan Islam yang jauh lebih tinggi dari dirinya. Walau dikenal sebagai pahlawan Islam yang gagah berani, Ali dikenal miskin. Hidupnya dihabiskan untuk berdakwah di jalan Allah.

Namun mendung seakan sirna saat Ali mendengar Fatimah menolak lamaran Abu Bakar, lamaran Abu Bakar ditolak oleh Fatimah. Dan betapa gembiranya Ali mendengar kabar tersebut.

Tak lama kemudian, keceriaan Ali kembali sirna ketika sahabat Rasul yang lain juga ingin kembali melamar Fatimah. Ia adalah Umar bin Khattab. Mendengar berita tersebut, Ali mulai merasa tak memiliki kesempatan. Lagi-lagi Ali hanya bisa pasrah karena dia tidak mungkin bersaing dengan Umar yang gagah perkasa.

Tapi takdir kembali berpihak kepadanya. Umar mengalami nasib serupa dengan Abu Bakar.
Lamaran Umar bin Khattab juga ditolak. Ali yang mendengar hal tersebut kembali gembira. Namun di sisi lain, ia juga mulai merasa ragu. Jika Abu Bakar dan Umar yang begitu teguh keimanannya saja ditolak, apalagi ia yang merasa masih belum ada apa-apanya.

Sejak saat itu Ali, kembali mengurungkan niatnya. Ia pun bercerita kepada Abu Bakar. "Wahai Abu Bakar, Anda telah membuat hatiku goyah. Padahal sebelumnya sangat tenang. Anda telah mengingatkan sesuatu yang sudah kulupakan. Demi Allah SWT, aku memang menghendaki Fatimah, tetapi yang menjadi penghalang satu-satunya bagiku adalah karena aku tidak mempunyai apa-apa."

Abu Bakar terharu dan mengatakan, "Wahai Ali, janganlah engkau berkata seperti itu. Bagi Allah dan Rasul-Nya, dunia dan seisinya ini hanyalah ibarat debu-debu bertaburan belaka!"

Mendengar jawaban Abu Bakar, kepercayaan diri Ali kembali muncul untuk melamar gadis pujaannya saat teman-temannya sudah mendorong agar Ali berani melamar Fatimah.
Ali pun memberanikan diri untuk datang menemui Rasulullah.

Dengan ragu-ragu dia menghadap Rasulullah. Dari hadist riwayat Ummu Salamah diceritakan bagaimana proses lamaran tersebut.

Sesampai dirumah Rasul, Ali ditanya perihal kedatangannya. Namun Ali tak berani menjawab. Ketika itu kulihat wajah Rasulullah nampak berseri-seri. Sambil tersenyum baginda berkata kepada Ali bin Abi Talib, Rasul pun kembali mempertegas pertanyaanya, " Apakah kedatanganmu untuk melamar Fatimah?"

Ali kemudian menjawab " Iya."

Beliau lantas mengatakan, " Apakah engkau memiliki suatu bekal mas kawin?." Dengan penuh ketulusan Ali pun menjawab, " Demi Allah, engkau sendiri mengetahui bagaimana keadaanku ya Rasulullah. Tak ada sesuatu tentang diriku yang tak engkau ketahui. Aku tidak memiliki apa-apa selain sebuah baju besi, sebilah pedang dan seekor unta."

Mendengar jawaban Ali, Rasulullah pun tersenyum lantas mengatakan, " Tentang pedangmu, engkau tetap memerlukannya untuk meneruskan perjuangan di jalan Allah. Dan untamu, engkau tetap memerlukannya untuk mengambil air bagi keluargamu juga bagi dirimu sendiri. Engkau tentunya memerlukannya untuk melakukan perjalanan jauh. Oleh karena itu, aku hendak menikahkanmu dengan mas kawin baju besi milikmu. Aku bahagia menerima barang itu darimu Ali. Engkau wajib bergembira sebab Allah lah sebenarnya yang Maha Tahu lebih dulu. Allah lah yang telah menikahkanmu di langit lebih dulu sebelum aku menikahkanmu di bumi." (HR. Ummu Salamah)

Setelah segala-galanya siap, dengan perasaan puas dan hati gembira, dan disaksikan oleh para sahabat, Rasulullah mengucapkan kata-kata ijab kabul pernikahan puterinya,

"Bahwasanya Allah SWT memerintahkan aku supaya menikahkan engkau Fatimah atas mas kawin 400 dirham (nilai sebuah baju besi). Mudah-mudahan engkau dapat menerima hal itu."

💝

Dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari (setelah mereka menikah) Fatimah berkata kepada Ali : "Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta pada seorang pemuda".

Ali terkejut dan berkata : "kalau begitu mengapa engkau mau menikah denganku? dan Siapakah pemuda itu"

Sambil tersenyum Fatimah berkata : "Ya, karena pemuda itu adalah Dirimu".

Fatimah berkata kepada Ali: "Wahai suamiku Ali, aku telah halal bagimu, aku pun sangat bersyukur kepada Allah karena ayahku memilihkan aku suami yang tampan, sholeh, cerdas dan baik sepertimu".

Ali : "Aku pun begitu wahai Fatimahku sayang, aku sangat bersyukur kepada Allah akhirnya cintaku padamu yang telah lama kupendam telah menjadi halal dengan ikatan suci pernikahanku denganmu".

Fatimah : (berkata dengan lembut) "Wahai suamiku, bolehkah aku berkata jujur padamu? karena aku ingin terjalin komunikasi yang baik diantara kita dan kelanjutan rumah tangga kita".

Ali : "Tentu saja istriku, silahkan, aku akan mendengarkanmu".

Fatimah : "Wahai Ali suamiku, maafkan aku, tahukah engkau bahwa sesungguhnya sebelum aku menikah denganmu, aku telah lama mengagumi dan memendam rasa cinta kepada seorang pemuda, dan aku merasa pemuda itu pun memendam rasa cintanya untukku. Namun akhirnya ayahku menikahkan aku denganmu. Sekarang aku adalah istrimu, kau adalah imamku maka aku pun ikhlas melayanimu, mendampingimu, mematuhimu dan menaatimu, marilah kita berdua bersama sama membangun keluarga yang diridhoi Allah".

Masyaa Allah 💖✨

Hijrah SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang