01

9.5K 395 7
                                    

Azura's pov


Pagi yang cerah biasanya menyambutku dengan begitu hangat, tapi tidak untuk saat ini. Awan mendung menyelimuti kota Paris yang dapat ku prediksi bahwa sebentar lagi hujan akan turun.

Gadis berambut hitam pekat dan panjang yang baru berusia 18 tahun,  bernama Azura yang artinya biru langit. Ya, itulah aku. Bekerja paruh waktu demi memenuhi kebutuhan sehari-hari sudah menjadi bagian dari hidupku selama 2 tahun belakangan ini. Jika kalian bertanya dimana kedua orang tua ku, mereka sedang menjalankan salah satu perusahaan milik mendiang kakekku di Belanda. Mengapa aku bekerja keras sendiri, itu semua ku lakukan karena aku tidak ingin menyusahkan kedua orang tua ku - lagipula aku sudah dewasa, jadi aku pikir bahwa aku harus mulai mengurus diriku sendiri.

Hari ini aku harus segera pergi ke restoran tempat ku bekerja, setelah itu aku juga harus menjaga toko buku milik paman Arlen. Meski gaji yang ku dapat dari dua tempat itu tidak terlalu besar, setidaknya cukup untuk memenuhi kebutuhanku sehari-hari.

"Oh, hai Azura.. rupanya kau sudah datang, segera ganti pakaian dan mari kita mulai bekerja." Sapa Carline sahabatku semenjak aku mulai bekerja di restoran ini.

"Baiklah, dengan senang hati."

Setelah berganti pakaian aku pun memulai pekerjaanku. Saat aku hendak mencuci piring, tiba-tiba Carline memanggilku dan menarik tanganku menuju meja kasir.

"Azura..cepat kemarilah."

"Ada apa? Jika tidak penting sebaiknya tidak usah, aku sedang sibuk."

"Ini sangat penting. Coba kau lihat, astaga pria itu tampan sekali. Dia pasti orang terpandang dan juga kaya, setelan jasnya juga terlihat seperti rancangan designer ternama."

"Hm, tampan juga. Tapi pria itu terlihat sangat angkuh, aku tidak menyukainya."

"Tapi aku menyukainya. Hah, Azura dia memesan makanan - aku akan segera kesana dan kau tunggu disini, okey !"

"Baiklah."

Aku tak habis pikir, bagaimana bisa pria seperti itu disukai oleh banyak wanita? Pria angkuh seperti itu? Ya, aku akui jika ia memang tampan tapi aku tetap saja tidak suka. Dia terlihat seperti pria yang suka mempermainkan hati wanita.

"Ah.. akhirnya selesai, sekarang tinggal berganti pakaian dan menuju ke toko paman Arlen."

Belum sempat aku masuk ke ruang ganti, Carline memanggilku dan memberiku nampan yang masih terdapat makanan.

"Hey, Azura.. Bisakah kau membantuku? Entah kenapa perutku tiba-tiba terasa sakit, sepertinya aku akan datang bulan. Tolong antarkan pesanan ini ke meja pria tampan itu. Terimakasih."

"Ya sudah sini. Apakah kau ingin aku membelikan mu obat agar rasa sakitnya tidak terlalu terasa? Atu bagaimana?"

"Ah, tidak usah. Setelah ini aku akan langsung pulang saja, dan kau juga hati-hati saat pulang. Maaf merepotkan."

"Ah, tidak. Kau juga hati-hati saat pulang."

Di samping Carline sedang ke toilet aku pun mengantarkan pesanan kepada pria tersebut.

"Tuan, ini pesanan anda. Selamat menikmati."

"Ya."

Saat hendak pergi, aku merasa bahwa aku mengenal pria itu. Wangi parfumnya mengingatkanku akan sosok teman masa kecil ku dulu, Carel. Tetapi dengan segera aku menepis pikiran itu, Seketika aku kembali menoleh dan kebetulan dia juga melihatku, beberapa saat kami melakukan kontak mata - dan dia pun memulai pembicaraan.

"Kau kemarilah."

"..."

"Apakah kau mengenalku?"

"Hm..tidak tuan, saya tidak mengenal anda."

MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang