05

3.7K 324 4
                                    

Carel pov's

Paris

4 tahun kemudian..

Hari-hariku terasa sangat hampa seperti dulu. Setelah berusaha sekuat tenaga untuk melupakan semua ini, pada kenyataannya cinta semakin membelengguku. Membuatku sesak dan tak berdaya menghadapi dunia.

Hari ini adalah hari dimana aku merasa sangat bahagia, karena bisa kembali lagi ke Paris. Tempat Azura tinggal.

Perlu kalian ketahui bahwa saat ini Azura sudah tidak memiliki kekasih, karena aku sudah mengancam kekasih Azura agar dia memutuskan hubungannya sebelum ke berangkatanku menuju Los Angeles waktu itu. Dan ternyata semuanya berjalan sesuai dengan harapan, aku sangat bersyukur akan hal itu.

Dret..dret..

"Bagaimana? Apa dia masih di sana?"

"Masih tuan. Nona Azura sedang berteduh di halte dekat tempat kerjanya."

"Baiklah, terus awasi dia."

Tut..tut..

Azura, kau akan melihatku kembali. Monster? Kau akan mengetahui sisiku yang lainnya jika kau tidak menuruti semua keinginan dan perintahku. Gumam Carel.

...

Azura pov's

"Azura, kau belum pulang?" Tanya Carline

"Ah, belum. Aku lupa tidak membawa payung, jadi aku akan menunggu hujannya sedikit reda."

"Pulang bersamaku saja, dengan senang hati aku akan membagi payungku denganmu."

"Tidak usah, lagipula rumahmu dan rumahku berbeda arah. Akan sangat merepotkan jika aku pulang bersamamu. Pulanglah dulu, aku tidak apa-apa."

"Tidak. Ayolah, kau bahkan selalu menolak ajakanku di saat-saat seperti ini."

"Bukan begitu, tapi aku benar-benar tidak mau merepotkan temanku yang cantik ini. Sudah, pulang sana."

"Jika itu mau mu, aku akan menurutinya. Tapi jika terjadi apa-apa, segera hubungi temanmu yang cantik ini."

Sebagai balasannya aku pun hanya mengangguk-anggukkan kepala.

Sudah hampir 2 jam aku menunggu dan hasilnya hujan tetap tidak mau berhenti. Bagaimana jika aku terjebak sampai larut malam? Bodohnya aku karena tidak membawa payung.

Saat aku hendak menerobos hujan, tiba-tiba sebuah mobil sport berwarna hitam berhenti tepat di depanku. Aku memautkan kedua alisku.

Siapa dia? Apakah dia akan menunggu seseorang di halte bis ini? Gumam ku.

"Satu..dua..tiga.."

Saat hendak berlari, tanganku di cekal lalu di tarik oleh seseorang dan tubuhku langsung bertubrukan dengan orang itu.

"Astaga, apa yang kau.."

Saat mendongakkan kepala untuk melihat siapa orang tersebut, betapa kagetnya aku saat mendapati wajah Carel. Bahkan saat ini tubuhku mulai bergetar karena takut Carel akan melakukan tindakan kekerasan lagi padaku.

"Hi Azura. Bagaimana kabarmu? Apa kau mau pulang? Kalau begitu mari, akan aku antarkan." Sahut Carel dengan senyumannya yang menurutku sangat dibuat-buat.

"Ba..baik, aku akan pulang sendiri saja. K..ka..kau tidak perlu repot-repot mengantarkanku."

"Tapi aku ingin mengantarkanmu pulang. Lalu bagaimana?"

Tuhan, cekalan Carel semakin kuat saja. Selamatkanlah aku dari pria ini, ku mohon. Gumamku dalam hati.

"Tidak. Aku bisa pulang sendiri. Permisi."

Tanpa sepatah kata pun Carel langsung menarikku untuk masuk ke dalam mobilnya, aku sempat berontak sampai-sampai Carel membentakku agar aku menurut padanya.

Bukan Azura namanya jika aku tidak terus memberontak walau Carel sudah membentakku berkali-kali, mungkin kesabaran Carel sudah mulai habis hingga dia tetap memaksaku sampai-sampai kedua lenganku memerah karena cekalannya yang begitu kuat.

〰〰〰👤〰〰〰

Saat sedang di perjalanan, aku baru menyadari bahwa jalan yang di pilih Carel bukanlah jalan untuk menuju rumahku.

"Ini salah, kau salah jalan Carel. Bahkan ini bukan arah menuju rumahku. Putar balik sekarang dan antarkan aku pulang." Tegasku.

"..."

Tidak ada jawaban. Astaga, mau di bawa kemana aku sebenarnya.  Sebentar, bukankah ini mansion? Ah, tidak-tidak ini bukan mansion Carel. Tapi ini.. Tuhan, ini mansion carel! Untuk apa dia membawaku kemari? Semoga dia tidak berbuat yang macam-macam pada ku.

"Turunlah." Titah Carel.

"Tidak. Aku ingin pulang sekarang."

"Ku bilang turun, Azura."

"Tidak! Aku ingin pulang! Aku ingin pulang!"

"Azura! Cepa turun sekarang!" Bentak Carel tak kalah hebat.

"Aku ingin pulang."

Carel yang mulai emosi pun menarikku untuk segera keluar dari dalam mobil. Bahkan ringisan  karena lengan ku yang terasa sakit di hiraukan begitu saja.

Hingga tibalah aku di kamar Carel. Setelah masuk kedalam, Carel mendorongku dengan begitu kasar dan dia melepas jas kebesarannya itu lalu membuangnya ke sembarang arah.

"Istirahatlah, kau pasti sangat lelah bukan?" Ucap Carel dengan begitu lembutnya.

Perlahan-lahan dia mulai memegang daguku dengan begitu kasar dan..

Cup..

Dia menciumku? Ciuman pertamaku?

Dengan segera aku pun melepaskan tangan Carel dan menamparnya hingga 2 kali di pipi sebelah kanan dan kirinya.

"Dasar pria sialan. Berani-beraninya kau menciumku! Apa kau tidak punya sopan santun? Hah!"

"Pria sialan? Jaga bicaramu, sayang. Atau kau akan tahu akibatnya." Seringai Carel.

"Seharusnya kau yang menjaga tingkah rendahmu itu!"

Plak..
Plak..

Carel kembali menamparku. Salah satu sudut bibirku mengeluarkan darah. Bukan hanya itu, Carel pun menarik rambutku dengan begitu kuat hingga rasanya rambutku akan rontok satu per satu.

"Au..lepaskan..sa..sakit.."

"Tidak."

"Berhenti, ini sakit!" Teriakku.

"Ini belum ada apa-apanya dibandingkan kau yang menolak cintaku waktu itu, sayang." Seringai Carel.

☁Please, jangan jadi silent reader yaa. Kalian pasti tau gimana perjuangannya nulis cerita. ❤❤ vote dan komen juga yaa, hitung" buat membangun semangat writter biar cepet update lagi..❤❤❤

MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang