18

2.6K 169 18
                                    

1 bulan kemudian..

Azura pov

Semenjak kepergian Carel ke Amerika satu bulan yang lalu, kini hidupku sedikit berubah walaupun masih tetap berada di tempat yang sama. Hari-hari yang aku lewati juga sedikit berwarna karena ada Gerald yang menemaniku. Ia adalah sepupu Carel yang sengaja datang ke mansion untuk menghabiskan masa liburannya. Awalnya aku mengira ia bodyguard baru yang bekerja disini, tetapi dugaanku salah setelah aku diperbolehkan keluar dari kamar dan bebas berjalan-jalan di sekitar mansion, tapi dengan satu syarat yang sama. Tidak boleh kabur.

Hari ini Gerald mengajakku pergi ke suatu tempat yang sangat indah katanya. Dengan senang hati aku pun menyetujui ajakannya itu, kapan lagi aku bisa melihat dunia luar jika tidak bersamanya. Perjalanan yang jauh membuatku cukup bosan, tapi tidak lama kemudian kami sampai di tempat itu. Pemandangannya yang indah tiba-tiba mengingatkanku dengan sosok Raihan. Dulu ia juga sering mengajakku ke tempat seperti ini, menghabiskan waktu berdua, bersenda gurau dan menikmati saat-saat kita masih bisa bersama. Kenangan-kenangan itu terus saja berputar di benakku hingga tak terasa setetes air mata pun jatuh di pipiku. Sungguh aku sangat merindukan Raihan, apakah ia juga merasakan hal yang sama seperti ku?

"Hei..hei..hei.. tuan puteri, ada apa denganmu? Kenapa kau menangis?" Tanya Gerald dengan nada yang membuatku ingin tertawa.

"Ah tidak. Tidak apa-apa. Aku hanya terharu saja melihat pemandangan seindah ini dan ini kali pertamaku bisa menghirup udara bebas setelah sekian lama terkurung di mansion itu." Jawabku sambil menatap langit sore.

"Sejak aku tinggal di mansion itu, Carel tidak pernah membiarkanku keluar walau selangkah pun, ia membuatku tidak habis pikir atas semua tindakan itu. Apa kau tahu Gerald.." Lanjutku.

"Hem.." Jawabnya dengan mengalihkan tatapan matanya ke arahku, tetapi aku tidak membalas tatapan itu dan masih fokus pada langit.

"Ia membiarkanku nelihat kejadian yang tak pernah ku duga sebelumnya, ia juga membuatku merasakan hal yang sangat tidak ingin aku rasakan. Aku pernah sempat berpikir untuk mengakhiri hidupku tapi saat aku mencobanya Carel mengetahui itu dan malah menghukumku habis-habisan. Haha..apa kau tahu, setelah kejadian itu aku tidak bisa berjalan selama 5 hari karena bekas cambukan di kaki ku yang cukup parah. Ah..sampai kapan aku harus merasakan ini? Apa kau bisa menjawabnya?"

"Aku tidak tahu, Azura. Carel yang dulu ku kenal tidaklah seperti itu, sekarang ia sangat berbeda bahkan aku hampir tidak mengenalinya. Apa kau ingin keluar dari sana?" Tanya Gerald.

"Hem..ya aku sangat sangat sangat ingin bisa keluar dari sana. Tapi aku masih menyayangi nyawaku Gerald. Hahahaa...Astaga, apa bisa aku keluar dari sana? Itu mustahil."

"Aku akan membantumu. Aku ingin kau bisa menjalani hidupmu seperti sedia kala." Tutur Gerald dengan penuh keyakinan.

"Tidak. Aku akan tetap berada disana. Aku tidak ingin mengorbankan satu nyawa lagi hanya untuk kebohodan itu." Tolakku.

"Jika kau berubah pikiran, kau bisa menemuiku dan bicara padaku kapan saja. Aku akan selalu ada untukmu, Azura."

"Terima kasih. Bukankah sebaiknya kita pulang? Hari sudah semakin gelap." Ajakku dan langsung di balas anggukan yang pertanda bahwa Gerald menyetujuinya.

19.57

Sebelum pulang aku dan Gerald menyempatkan diri untuk mengunjungi tempat penjual aksesori cantik khas daerah sana. Andai Raihan yang berada di sampingku saat ini pasti aku akan sangat bahagia tapi itu hanyalah ilusi karena Raihan tidak ada di sini.

"Ini, pakailah. Aku sengaja membelikanmu kalung bermata biru agar kau selalu mengingatku sebagai adikmu. Baguskan?"

"Ya sangat bagus. Terima kasih, aish rasanya aku jadi merepotkanmu ya."

"Hahaha..kau ini.." balas Gerald lalu mulai untuk melajukan mobilnya.

21.54

Akhirnya kami pun sampai di manison. Tapi, perasaanku tiba-tiba menjadi gelisah. Aku takut sesuatu hal akan terjadi dan membuatku memiliki ingatan buruk tentang hal itu. Saat kami memasuki manison, kami pun di sambut oleh Carel yang sudah memakai pakaian tidur. Tuhan, semoga semuanya baik-baik saja.

"Kak Carel? Kapan kau pulang? Kenapa kau tidak mengabariku, dengan begitu aku akan menjemputmu di bandara. Apa pekerjaanmu ba..." Belum selesai Gerald bicara, Carel menghentikannya dengan meletakkan jari telunjuknya di bibirnya sendiri. Tatapan mata yang tajam dan rahang yang mulai mengeras menjadi ke khawatiran bagiku dan Gerald.

"Darimana saja kalian? Apa kau tahu ini sudah malam, Gerald. Dan kau, Azura. Siapa yang mengizinkanmu untuk keluar dan pergi bersamanya!" Teriak Carel tepat di depanku.

"Kak sudahlah jangan memarahinya, tadi aku yang memaksanya untuk ikut bersamaku. Kami hanya jalan-jalan dan melihat pemandangan, hanya itu." Jawab Gerald alih-alih membelaku.

"Ma..maaf.." Jawabku tergagap.

Tanpa berkata apa pun Carel menarikku ke kamarnya dan sesi introgasi dimulai...

Vote 200 + comment 20

MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang