07

3.6K 213 2
                                    

Azura pov's

Semilir angin menyapaku. Awan mendung pun tak luput mewarnai hariku. Saat ini aku sedang berada di balkon kamar. Ya, kamar. Dimana lagi? Bahkan Carel tak mengijinkanku untuk berjalan-jalan di sekitar mansion hanya untuk mengetahui setiap sudutnya.

"Hujan lagi? Kenapa kau selalu mengingatkanku padanya. Kira-kira bagaimana keadaannya ya? Apakah dia baik-baik saja? Ah..semoga." Gumamku sambil sesekali menggenggam kalung pemberian Raihan.

"Siapa?" Tanya Carel dengan memelukku dari belakang.

"Astaga, kau!" Pekik Azura.

"Siapa orang yang sedang kau khawatirkan?"

"Kedua orang tuaku. A..aku mengkhawatirkan mereka."

Astaga..kenapa dia seperti ini? Apakah dia tidak tahu jika aku sudah mulai takut dengannya saat ini? Kuharap Carel tidak tahu jika aku sedang mengkhawatirkan Raihan. Seruku dalam hati.

"Bukankah baru kemarin kau menghubungi mereka? Apa kau sedang mengkhawatirkan seseorang, sayang?" Carel tersenyum begitu lembut pada Azura.

Semakin lama, Carel terus mendekatkan dirinya padaku. Langkah demi langkahnya membuatku takut jika ternyata Carel akan berbuat hal-hal yang tak pernah ku bayangkan sebelumnya.

Dan ya, Carel sudah berada tepat di hadapanku dengan mencengkram kedua lenganku dengan begitu kuat.

"Le..lepaskan.." Pekikku.

"Siapa yang sedang kau khawatirkan? Jawab aku."

"Orangtuaku." Sahutku.

"Bohong. Cepat jawab aku sebelum kesabaranku habis, Azura!"

"Ti..tidak..aku berkata jujur."

Lenganku..kau pasti akan membiru setelah ini.

"Kau bohong, Azura. Pasti kau memikirkan kekasihmu itukan? Dan ini, lihat ini. Kalung ini semakin mengingatkanmu padanya!"

"Astaga, lepaskan. Sakit." Ringisku.

"Au.."

Carel menarik kalungku hingga putus dan membuangnya ke arah taman. Selain lenganku yang akan membiru, leherku pun sedikit berdarah karena gesekan dari kalung yang di tarik paksa oleh Carel.

"Kau! Apa-apaan kau? Apa kau tidak tahu jika hanya itulah satu-satunya kenangan dari Raihan? Kenapa kau membuangnya!" Bentakku.

"Kau tidak membutuhkannya, Azura! Aku bisa membelikanmu kalung yang lebih mahal dan bagus daripada kalung murahan seperti itu."

Astaga? Bahkan disaat seperti ini Carel masih bisa berkata santai seperti itu? Aku tak habis pikir. Seruku dalam hati.

"Ini bukan soal harga atau kualitas! Kau tidak tahu betapa aku sangat menyayangi Raihan! Dan hanya dengan kalung itu yang bisa mengobati rinduku pada Raihan! Aku mencintai Raihan! Mengapa kau tidak bisa mngerti itu!" Bentakku.

Plak..

Plak..

Plak..

〰〰〰👤〰〰〰

"Cukup, Azura! Dengarkan aku. Raihan sudah mati! Dan aku yang membuatnya lenyap dari dunia ini! Itu semuaku lakukan demi bisa bersamamu! Bersama orang yang aku cintai." Bentakku.

Azura yang tersungkur ke lantai sambil menangis dan memandangku dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Apa? Kau? Membunuh.."

MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang