17

2.7K 186 16
                                    

"Menikahlah denganku, Azura.."

"A..apa?"

"Menikahlah denganku, aku berjanji akan mencintaimu sebagaimana Raihan mencintaimu." Ujar Carel dengan mengusap lembut pipi Azura.

"A..aku ti..tidak bisa, aku ti..tidak mencintaimu. Lalu bagaimana bi..sa a..aku menikah de..denganmu." Jawab Azura tergagap.

"Jadi, apakah kau menolak lamaranku?" Kilatan mata Carel menampakkan kemarahan yang ia tahan.

"Ma..maaf.."

Braak..

Hari itu adalah hari dimana Azura merasakan ketakutan lagi dan lagi. Teman kecilnya murka karena penolakan dari bibir manis Azura, mau bagaimana lagi? Pikirnya, ia hanya akan menikah dengan orang yang benar-benar ia cintai dan mencintainya. Bagi Azura, Carel tidak mencintainya melainkan hanya obsesi belaka. Selain itu sifat kasarnya juga membuat Azura berpikir seribu bahkan berjuta-juta kali untuk menikah dengannya. Akibat penolakan itu juga, Azura di kurung di dalam kamar selama 2 hari atau mungkin lebih karena sampai saat ini Carel belum juga berniat membukakan pintu.

"Nona, saya membawakan sarapan untuk nona."

"Terima kasih bi." Sembari memakan sarapannya, Azura mencoba untuk membuka pembicaraan dengan bi Dena.

"Bi.."

"Iya nona? Apa nona butuh sesuatu?"

"Tidak. Aku hanya ingin bertanya, sampai kapan Carel akan mengurungku disini? Apa selamanya?"

"Tentu tidak nona, mana mungkin tuan bisa mengurung seseorang yang sangat ia cintai terlalu lama." Jawab bi Dena yang di akhiri dengan senyuman yang menghiasi kulit keriputnya.

"Lalu kenapa sampai saat ini ia masih mengurungku?"

"Mungkin tuan masih merasa sakit hati atas penolakan anda nona."

"Lalu bagaimana denganku bi? Apa dia tidak memikirkan perasaanku juga? Aku tidak ingin menikah dengannya, seharusnya ia bisa menegrti hal itu. Lagi pula, aku masih mencintai Raihan." Jawab Azura sendu.

Di balik pintu, Carel menxengar semuanya dan mereka tidak tahu kalau sedari tadi Carel sudah menguping pembicaraan antara bibi Dena dan Azura.

Brak..

"Astaga.." teriak bi Dena dan Azura.

"Bi, kau boleh melanjutkan pekerjaanmu yang lain."

"Ba..baik tuan. Saya permisi dulu nona."

"Hem.." jawab Azura.

Setelah bi Dena pergi, dengan mata tajamnya ia terus memandangi Azura yang kini sedang memalingkan wajahnya ke arah jendela. Sungguh, Azura sangat-sangat ingin bisa bebas dari Carel.

"Tatap aku Azura."

"Tidak."

"Kau sudah berani melawan?"

"Aku ingin pulang. Biarkan aku menjalani kehidupanku seperti dulu." Suara sendu itu kembali menghampirinya.

"Tidak akan. Kau akan tetap disini, bersamaku."

"Ku mohon, biarkan aku hidup sesuai keinginanku. Apa salahku? Kau hanya perlu membebaskanku dan aku tidak akan pernah mengusik hidupmu lagi. Ku mohon.." Kali ini Azura menatap mata Carel dan memohon sambil memegang kakinya. Dengan harapan agar Carel bisa mengabulkan permintaannya.

"Bahkan jika kau terus bersimpuh di bawah kaki ku atau menciumnya sekalipun, aku tidak akan mengabulkan permintaanmu itu." Jawab Carel arogan.

Mendengar jawaban Carel, ia pun bergegas untuk berdiri dan menamparnya. Harus seberapa sabar lagi Azura, ini adalah puncak kemarahan dan keputusasaannya.

Plak..

"Setidaknya pikirkan diriku Carel! Apa kau tidak pernah memikirkan betapa kacaunya aku selama berada disini! Aku hanya ingin pulang!"

Plak..

Plak..

Plak..

"Sudah cukup Azura. Seharusnya kau pun memikirkanku, bagaimana kehidupanku jika aku membebaskanmu!"

"Hiks..hiks.. aku hanya ingin pulang.."

"Tidak! Kau tidak akan kemana-mana! Ayo, ikut aku!"

"Tidak!"

"Aku bilang ikut Azura!"

Carel menyeretnya menuju kamar mandi dan mulai mengisi air di wastafel sampai penuh.

"A..apa yang akan kau la..lakukan?" Tanya Azura masih dengan isakannya.

Tanpa menjawab dan aba-aba, tiba-tiba Carel menarik rambut Azura dan memasukkan kepalanya ke dalam wastafel yang sudah penuh terisi air. Ia sudah berontak, tapi Carel semakin membenamkan kepalanya.

"Hentikan Carel. Hentikan.. Aaa..."

"Apa kau bilang? Hentikan? Aku harus memberimu pelajaran supaya kau tidak berani lagi kepadaku Azura." Setelah melepaskan tangannya dari rambut Azura, kini Carel melepas ikat pinggangnya dan mulai menyambuk Azura.

"Aaa..!"

"Hiks..hiks.. hentikan.."

Plash..

Plash..

Setelah puas dengan aksinya, kini Carel membiarkan Azura terguyur air selama berjam-jam di kamar mandi. Tega, kejam. Carel memang sudah hilang kendali jika berurusan dengan musuh-musuhnya dan Azura.

Samar-samar terdengar suara Azura yang meminta Carel agar mengeluarkannya dari kamar mandi. Tapi Carel menulikan pendengarannya.

"Halo, siapkan jet pribadi ku. Aku akan pergi ke Amerika untuk sementara waktu."

Setelah selesai bersiap-siap, Carel pun turun untuk segera berangkat menuju halaman belakang rumahnya dan tak lupa berpesan kepada bi Dena agar merawat Azura yang saat ini sedang ada di kamarnya.




250 vote baru lanjuut ❤❤

MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang