20

2.7K 159 6
                                    

Mendung hari ini membuat udara semakin segar dan juga dingin tapi tak apa selagi dinginnya tidak membuatku menggigil aku tidak perlu menggunakan mantel.

Hari ini Carel pulang lebih cepat karena ia sudah menyelesaikan pekerjaannya dengan semangat. Dua hari yang lalu ia juga sempat menginap di kantor untuk menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat agar bisa bertemu denganku, berlebihan sekali. Saat ini juga, aku jadi lebih bisa menyikapi Carel. Aku juga harus lebih sabar dan mengalah agar tidak menyulut emosinya yang mudah meledak.

"Aku mencintaimu." Ucap Carel saat mengetahui bahwa aku sedang ada di taman dan ikut duduk di sebelahku.

"Tapi aku tidak mencintaimu."

Hening..

Matanya menajam..bahkan selera humornya sangat buruk.

Beberapa pekan ini aku mencoba untuk membuka hati untuknya dan hasilnya..

"Kau tidak mencintaiku?" Tanyanya.

"Hem..seperti yang aku ucapkan tadi." Balasku tanpa memandang wajahnya danhanya melihat lurus ke depan.

"Lalu kenapa kau menciumku waktu itu? Kau juga memperbolehkan aku tidur denganmu beberapa waktu belakangan ini. Kau juga membiarkanku memeluk dan menciummu sesuka ku asalkan aku tidak bertindak lebih. Kau juga bersikap baik padaku. Kau memperhatikanku. Kau.." Ucap Carel tercekat. Mungkin dia terkejut.

"Apa kau akan meninggalkanku?"

"Ya. Aku akan meninggalkanmu. Apa kau takut? Apa kau tidak ingin kehilanganku?" Ternyata menggodanya cukup menyenangkan juga.

"Kau.."

Cup..

Cup..

Cup..

Cup..

Aku menciumnya berkali-kali. Aku menyukai dan menyayanginya, mungkin terlalu cepat tapi aku yakin akan hal itu. Sangat.

"Aku tidak akan meninggalkanmu, jangan takut. Aku akan selalu ada di sampingmu bagaimanapun dan kapanpun." Ucapku sambil menangkup pipi Carel.

"Aku sudah mencoba menerima segala kekurangan dan kelebihanmu, dan aku berhasil. Jangan membuatku kecewa atas apa yang telah aku putuskan."

"Aku mencintaimu, sayang." Ucapku yang ku akhiri dengan menciumnya begitu lama hingga Carel enggan untuk menyudahinya.

"Astaga, kau bisa membuat bibirku bengkak jika aku tidak menghentikanmu." Protesku.

"Aku sangat bahagia.. terima kasih, sayang. Aku berjanji tidak akan mengecewakanmu. Dan ku mohon maafkan segala perlakuan burukku terhadapmu."

"Aku memaafkanmu."

"Besok kita akan menikah. Maaf karena terus menundanya."

"Tak apa."

"Setelah menikah, aku ingin malam pertama kita menjadi malam yang panas ditengah dinginnya malam. Bagaimana?" Goda Carel.

"Tidak ada malam pertama. Pasti akan sangat lelah setelah menjalani beberapa proses pernikahan, apa kau tidak kasihan padaku?" Ayolah, bahkan saat ini kami belum menikah dan dia sudah memikirkan malam pertama? Yang benar saja.

"Tapi aku mengingingakannya.." rengeknya seperti bayi saja. Padahal ia sudah berumur, astaga.

"Tidak. Kau mendengarnya bukan?"

"Terserah. Tapi aku tetap ingin melakukannya dan bagaimana pun caranya kau harus mau. Aku jadi tidak sabar melihatmu tanpa.."

"Apa mulutmu ingin merasakan sandal terbang, sayangku?"

"Sandal terbang? Ah..baiklah, lebih baik kita segera menyiapkan segala hal."

"Hem.. ayo, jadi apakah kau tidak ingin merasakannya?"

"Merasakan bibirmu?"

"Merasakan sandal ini akan mendarat tepat di mulutmu yang vulgar itu!" Teriakku sedangkan Carel sudah lari terbirit-birit menuju ke dalam mansion.

Vote 253 + comment 10

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 24, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang