5.

126 3 0
                                    

Hari demi hari berlalu begitu cepat dan tidak terasa kalau UN sudah tinggal kurang dari 2 bulan lagi. Teman-teman Rein sudah sibuk saja dengan obrolan seputar kuliahan, akan kemana saja mereka melanjutkan sekolahnya.

Tidak terasa hampir setahun kakaknya meninggalkan semua. Rein jadi berfikir, kalau saja ada kakaknya sekarang, pasti dengan senang hati kakaknya memecahkan semua kebingungan Rein.

Rein yang tengah duduk sendiri di taman sekolahnya kemudian melanjutkan diri mengetik sesuatu di notebooknya. Ia mencoba menulis beberapa cerpen dan essay yang cukup bagus sehingga dapat diterima di beberapa penerbit, tak jarang orang-orang dengan mudah menemukan karya-karyanya di majalah dan surat kabar. Tentunya ini menjadi penghasilan sendiri untuk Rein, sehingga bisa ia tabung untuk keperluan kuliahnya nanti.

Seseorang yang dari jauh sudah memperhatikan Rein sedari tadi mulai menghampiri Rein yang sedang sibuk dengan imajinasi-imajinasinya.

"Assalamualaikum Rein, boleh ikutan duduk disini?". Sapa Nazar pada Rein

Sontak Rein mendongak kearah suara itu, "Waalaikumussalam, duduk aja gak ada yang ngelarang". Jawabnya

Masih aja gak peka ni cewe.. Gumam Nazar dalam hati.

"Kamu lagi apa? Sibuk banget kayaknya?" Tanya Nazar membuka obrolan.

"Lagi nulis".

"Nulis apa?" Tanya Nazar

"Hmmm". Rein menutup notebooknya karena imajinasinya sudah buyar oleh pertanyaan kepo Nazar.

"Kok ditutup? Kan gue cuma pengen liat..."

"Nih..." Ucap Rein sambil memberikan beberapa lembar surat kabar.

"Apaan?" Tanya Nazar keheranan

"Katanya mau liat tulisan aku, ya ini".

Kemudian Nazar membuka lembar demi lembar surat kabar itu dan ia pun menemukan sebuah artikel yang diujungnya terdapat nama Rein.

"Wahh,,, udah diterbitin juga.. Hebat!"

"Alhamdulillah Zar". Rein tersenyum lembut kearah Nazar.

Baru kali ini Nazar melihat Rein senyum langsung dihadapannya.

"Btw, apa sih yang memotivasi kamu buat nulis gini. Di terbitin pula".

"Awalnya sih cuma hobi aja, terus aku nyoba ngirim ke beberapa penerbit dan Alhamdulillah diterima, terus hasilya bisa aku tabung buat bantu-bantu kuliah aku". Jawab Rein membuka suara.

"Oooo... Bagus bagus". Ucap Nazar sambil menganggukkan kepalanya.

"Apanya yang bagus?" Tanya Reina

"Ya.. bagus, kamu mandiri. Iya kan".

"Hmmm...". Rein kembali menatap sekitaran taman.

Hening

Sementara itu Nazar tampak memperhatikan Rein yang teduh memandang sekitaran taman sekolahnya yang cukup ramai karena memang guru-guru sedang mengadakan rapat, jadi seluruh kelas dibebaskan dari jam pelajaran.

Tak sadar senyum terlukis di wajah Nazar, karena baru kali ini dia bisa ngobrol sangat dekat dengan Rein.

Rein, aku seneng bisa ngobrol sama kamu. Andai kamu peka Rein... Gumam Nazar dalam hati.

"Emmm.. Rein?" Nazar membuka suara.

"Apa?" Rein memalingkan wajahnya ke arah Nazar.

"Kamu kok cuek banget sih?" Tanya Nazar

Jodoh Untuk Reina (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang