8.

101 2 0
                                    

Laki-laki itu kemudian berdiri dari posisinya sambil mengibaskan tangan pada celana treningnya yang kotor akibat ulah Lila yang menjatuhkan dirinya ke tanah. Ia menleh kearah gadis dihadapannya.

"Lo?"

"Kamu?"

Ucap Rein dan laki-laki itu bersamaan dengan terkejutnya. Lila tampak bingung dengan keterkejutan keduanya yang menimbulkan banyak pertanyaan dibenaknya, alhasil penyakit keponya tidak terbendung lagi.

"Kamu kenal cowok rese ini?Kok bisa?"Bisik Lila

"Ntar aku ceritain, kita pulang aja yuk. Bisik Rein kemudian beringsut menarik Lila untuk menjauhi tempat itu.

"Bukankah dia yang dibandara itu? Arghh gara-gara dia gue jadi telat..." Gumam laki-laki itu.

"Heii.. Kalian mau kemana! Tanggung jawab woy... " Merasa diabaikan, kemudian ia mengejar dan berusaha mencekal tangan salah satu dari gadis itu. HAPPP... Tangan Rein berhasil diraihnya.

"Kena lo... Mau kemana haa? Gara-gara situ, saya di terlambat datang ke pertemuan penting."

Serbu laki-laki itu.
Rein mersa tidak terima dengan pelakuannya, karena seumur-umur tidak ada yang berani menyentuhnya kecuali Ayah dan kakaknya.

"Astagfirullah, sungguh lebih baik ditusuk kepala saya denga gagang besi yang panas dari pada dipegang oleh yang bukan mahrom saya!" BUGH Rein refleks menendang tulang kering laki-laki itu sehingga cekalannya otomatis terlepas.

"Aww.... Gila lo, kakak adek sama aja anarkisnya... Wadaww."
Rein melengos sejenak melihat kedaan laki-laki itu.

"Sorry" Ujar Rein lalu beranjak pergi.

"Makanya jangan kurang ajar huh."

Timpal Lila kemudian melenggang pergi meninggalkan laki-lakimitu yang masih kesakitan dikakinya. Segala jenis sumpah serapah keluar dari mulut laki-laki itu merutukki kepergian gadis anarkis yang baru saja pergi dari hadapannya.

Sementara itu Rein mempercepat langkahnya tampa memperdulikan Lila yag berteriak-teriak memanggil namanya dari tadi. Entah apa yang di pikirkan orang-orang seisi taman yag melihat tingkah keduanya. Suasana hati Rein sedang buruk hari ini.

"Aduh Rein tunggu,,, capek tau.. huh huh huh"
Lila akhirnya berhasil menyeimbangkan langkahnya dengan Rein.

"Yang tadi tu siapa sih Rein?"

"Gak sengaja ketemu di bandara, dia nabrak aku. Eh malah dia yang sewot, kan aneh."

"Ohhh pantesan..." Lia menganggukkan kepalanya.

"Eh udah jam berapa?"
Tanya Rein

Lila melirik jam tangan sport ditangannya.
"Jam 07.23... Eh astagfirullah, aku lupa!"

"Kenapa?" Tanya Rein heran

"Jam 9 nanti papa dateng, duh pasti mama kerepota gak ada yang bantuin masak".

"Yaudah cepet jalannya, kita bantuin tante masak."

Lila dan Rein pun sedikit berlari agar cepat sampai kerumahnya. Sesampainya di rumah mereka langsung mencari keberadaan tante Ir yang saat itu sedang berkutat di dapur mengeluarkan beberpa bahan masakan dari kulkas.

"Eh kalian udah pulang."

"Iya ma, assalamualaikum". Sapa Lila

"Waalaikumussalam"

"Ada yang bisa dibantu gak tan?" Rein mendekati bahan-bahan makanan itu, sedangkan Lila mengeluarkan air minum dari dalam kulkas. Sepertinya dia nampak kehausan.

Jodoh Untuk Reina (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang