18. Maksud

109 4 0
                                    


Sudah satu pekan semenjak Reihan mendatangi rumah Reina. Ia tidak fokus lagi mengerjakan designnya yang sudah lama mangkir. Padahal ia sudah berniat akan menemui Reina kembali. Tapi ia seolah terpenjara oleh pekerjaanya yang justru semakin banyak karena rekan seprofesinya sedang cuti karena sakit.

Ia tidak bisa menyalahkan ketidakhadiran rekannya. karena waktu sakit datang siapa yang bisa menebaknya?.

Reihan melepaskan kacamata antiradiasi yang bertengger dihidung mancungnya. Ia memijat pelan area sisi matanya. Merenggangkan otot mata yang lelah seharian menatap layar komputer di depannya.
Ia menyandarkan punggung lelahnya di sandaran kursi kerjanya.

Galau. Itulah yang di alami Reihan saat ini. Mau minta maaf lagi, tapi keadaan kurang memungkinkan. Mau di telpon, pasti Reina tidak akan mengangkat panggilan darinya. Menemui Lila?... Tidak mungkin, yang ada ia menjadi bulan-bulanan gadis bar-bar itu seperti dulu.

Ia kembali menegakkan tubuhnya. Memakai kembali kacamata anti radiasinya dan berkutat lagi dengan komputernya. Ia harus mengebut pekerjaan, karena jika dipandangi saja tidak akan selesai.

Tapi lagi-lagi ia berusaha fokus dengan tools yang ada di layar komputernya. Sekelabat bayangan Abi dan Reina kembali menyambangi pikirannya. Berbagai macam spekulasi dihasilkan pikiran galaunya. Bagaimana jika Reina menyukai dosen muda itu? Bagaimana jika mereka semakin dekat dan membiarkan cintanya bertepuk sebelah tangan.

Itu sungguh menyedihkan...

🌸

"Satu dua..." Cekrekk...

Lila membuat gaya terakhir kalinya untuk baju yang terakhir pula.

"Alhamdulillah sudah Lil... Gantian ya... Ada baju endorse yang harus di foto..." Pinta Reina.

"sipp... Kita ganti baju dulu..."

Kembali ke rutinitas. Bulan ini Reina menerima permintaan dari beberapa brand lokal yang memerlukan jasa fotonya untuk katalog produk terbaru mereka. Alhasil Reina dan Lila kebut kejar target memotret semuanya. Belum lagi endorsement yang terlanjur Reina terima. Ia tidak tau kalau produk yang ia akan foto dari brand lokal itu lebih banyak dari biasanya.

Reina sudah siap dengan busana muslimah yang ia kenakan dari salah satu brand lokal yang mengendorsenya. Ia menggulung background yang menempel didinding mini studionya. Lalu menarik gulungan background dengan warna dan corak lain, mengaitkan pada tempatnya sehingga terbentang rapih. Ia segera mengambil posisi dan mengkode Lila untuk segera memotretnya.

Setelah nyaris tengah malam. Akhirnya Reina dan Lila sudah menyelesaikan sesi potret memotretnya. Mereka segera menggantungkan produk-produk katalog di hanger khusus agar tidak tercampur dengan brand lainnya. Karena sudah cukup lelah, mereka memutuskan untuk menunda beres-berberes studio mini itu esok hari saja. Toh... Lila dan Reina sama-sama pulang cepat.

Reina bersiap pagi-pagi untuk berangkat ke kampusnya. Tidak lupa ia membawa mirroless dan notebook kecil di tasnya untuk mempermudah pekerjaannya.

Hari ini adalah jadwal konsultasi terakhir karya ilmiah yang ia buat dengan bimbingan sang dosen, Abimanyu. Selangkah lagi untuk memaparkan proposalnya, lalu ia lanjut ke tahap pembuatan karya ilmiahnya.

Setelah berpamitan, ia langsung menaiki mobil yang sudah Lila panaskan di halaman rumah.

"Assalamualaikum..". Salam Lila dan Reina bersahutan. Kemudian mereka meninggalkan rumah menuju kampus.

"Lil. Nanti tunggu sebentar ya. Soalnya aku mau bimbingan dulu jam 11 siang nanti."

"Hemm... oke, nanti kalo udah selesai. Telpon aku aja. Sekalian mau ngerampungin koding juga sama temen-temen di perpus".

Jodoh Untuk Reina (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang