part 10.3 -Aquena

10.4K 653 43
                                    

Setelah memasuki apartemen aku memutuskan untuk langsung tidur karena besok aku harus bekerja meskipun aku adalah calon istri dari boss besar tetap saja aku harus bekerja sesuai peraturan.

Rasanya aku ingin mandi. Meskipun udara sangat dingin tapi aku tidak suka jika kotoran dari luar menempel ditubuh indahku. Jadi aku putuskan untuk mandi dengan air hangat.

Ku isi jacuzzi dengan air hangat dan ku campurkan dengan aromaterapi. Lalu aku mengambil baju tidur dari dalam walk in closet dan aku akan memulai ritual pembersihan diri.

Saat kulitku mengenai air hangat rasanya sungguh nyaman. Dengan aromaterapi yang menenangkan membuat tubuhku rasanya relax. Dalam sekejap mataku terasa berat. Ini adalah kesalahanku. Aku paling tidak bisa menahan rasa kantukku saat sedang berendam seperti ini. Mungkin tidur setengah jam tidak masalah itulah yang aku pikirkan. Hingga akhirnya kegelapan mengikutiku saat mataku mulai terpejam.

---

Tok..tok..tok

Aku mendengar suara pintu diketuk. Tapi aku tidak peduli karena saat ini aku hanya ingin tidur. Tak ku pedulikan suara berisik diluar sana. Ku pejamkan lagi mataku dan ku cari posisi yang nyaman untuk melanjutkan tidurku yang terganggu. Aku sudah tidak mendengar suara berisik dari luar sana. Sepertinya orang itu sudah menyerah.

Brak!

Aku terkejut mendengar suara keras yang berasal dari pintu kamar mandi ku. Karena terlalu terkejut aku sampai berjengit dan duduk dengan tegak. Aku mendengar suara langkah kaki masuk ke dalam kamar mandi dan juga suara napas tidak beraturan seseorang. Langkah kaki itu semakin dekat kearah ku.

"Aquena!" Aku seperti tidak asing dengan suara ini. Aku mulai membayangkan wajah seseorang yang memiliki suara berat dan serak ini.

"Kyaa" karena terlalu memikirkan pemilik suara itu aku jadi tidak memperhatikan sekitarku. Aku melihat wajah Aldrich tepat di depan mukaku.

"A-apa yang ak-akan kau lakukan?" Ku lihat Aldrich mulai memasukkan tangannya kedalam jacuzzi.

"Aldrich aku akan keluar sebentar lagi!" Karena panik aku tidak sadar kalau suaraku melengking dan terdengar seantero kamar mandi dan mungkin sampai dalam kamar ku atau keluar kamar.

Kulihat Aldrich mengeluarkan tangannya dari dalam air. Melihat pergerakannya itu membuatku menghembuskan napas lega.

"Ku beri waktu 5 menit"

setelah mengucapkan hal itu Aldrich keluar dari dalam kamar mandi dan menutup pintunya. Aku segera keluar dari acara 'relaksasi' ini dan segera membilas tubuhku dibawah air shower. Ku ambil baju tidur yang menggantung di dalam kamar mandi. Lalu aku keluar dari kamar mandi ini.

Setelah berada diluar kamar mandi aku tidak melihat Aldrich di dalam kamar ku. Aku memutuskan keluar kamar untuk melihat Aldrich masih berada di apartemen ku atau sudah pulang.

Ku lihat Aldrich sedang duduk di sofa dengan angkuh. Aku mendekat kearah Aldrich lalu duduk disebelahnya tidak terlalu dekat. Ku rasakan sofa yang ku duduki bergerak ternyata Aldrich merapat ke tubuhku lalu memeluk pinggang ku posesif. Aldrich dan sifat posesifnya cibirku setelah melihat kelakuan Aldrich.

"Kau tidak berniat untuk bunuh diri kan, hon?" Aldrich bertanya dengan suara dingin yang membuat ku menggigil.

"Aku tidak berniat bunuh diri. Aku tidak sebodoh itu untuk mengakhiri hidupku. Aku masih harus bertemu dengan David Gandy" jelasku dengan mata berbinar karena membayangkan super model yang sudah berumur tetapi masih juga gagah dan tampan.

Ku dengar Aldrich mendengus setelah mendengar penjelasan ku. Perilaku Aldrich sangat mengganggu imajinasi liar ku. "Kau menyukai pria berumur Ana" Aldrich mengejekku.

"Untuk apa kau kemari?" Aku teringat kalau ini sudah lewat dari tengah malam dan pria ini berada di dalam apartemen ku bahkan nyaris melihatku telanjang bulat.

"Kau membuat seluruh penghuni apartemen ini panik Aquena" Aldrich mengucapkannya dengan geraman. Ini adalah salah satu sifat Aldrich yang ku ketahui, pemarah. Ku hembuskan napas ku lelah. Aku tidak ingin membuat siapapun khawatir atau bahkan ketakutan. Tapi karena terlalu lelah dan nyaman berada dalam rendaman air hangat jadi aku khilaf.

"Maafkan aku. Aku hanya berniat tidur setengah jam lalu keluar dari situ. Tapi ternyata itu diluar kuasaku." Ujarku sambil menundukkan kepalaku. Kali ini aku memang bersalah karena telah membuat orang-orang yang berada di apartemenku ini ketakutan. Ya ketakutan dipecat oleh Aldrich.

"Kau hampir saja membuat mereka semua kehilangan pekerjaan dan juga kepala mereka!" Desis Aldrich yang membuatku membulatkan mata tidak percaya. Apakah ia berniat untuk membunuh pengawal yang menjagaku? Kalau memang benar itu berarti aku sudah membuat mereka berada dalam masalah.

"Ak-aku tidak akan mengulanginya lagi, Al. Aku berjanji" kali ini aku berani menatap matanya yang berwarna biru dengan kesungguhan.

Aldrich menghembuskan napasnya lelah lalu mengusap puncak kepalaku dan mengecup keningku lama.

"Istirahatlah. Besok kau harus bekerja" setelah mengucapkan hal itu Aldrich mencium bibirku. Bukan hanya ciuman tetapi juga memberikan sedikit lumatan lembut yang kurasakan kalau saat ini ia tengah frustasi. Setelah kami kehabisan udara, Aldrich melepaskan pangutannya dan menempelkan keningnya pada keningku lalu menatap mataku lama.

"Aku mencintaimu, Ana" pengakuan Aldrich membuat tubuh ku kaku. Ini diluar dugaan ku. Bagaimana bisa ia mencintaiku padahal kami baru satu kali bertemu.

"Tidak perlu dijawab sekarang." Aldrich beranjak dari duduknya lalu mencium keningku lama. "Gunakan waktu yang kuberikan sebaik mungkin, hon" lalu setelahnya Aldrich meninggalkan aku yang masih duduk di sofa.

Aldrich mendekati wanita yang sedari tadi menunggu kami. Entah apa yang Aldrich ucapkan yang jelas wajah wanita itu sedikit pias.

Setelahnya Aldrich pergi dari apartemen ku. Lalu aku memasuki kamar ku untuk tidur. Mataku mulai terpejam dan kegelapan ikut bersamaku ke alam mimpi.

Minal Aidin walfaidziin yaa jangan lupa baca part sebelumnya dan bantu promot biar cepet update lagi wkwk

Mr. PossessiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang