part 10.6 -Aquena

8.5K 481 23
                                    

Setelah ku pastikan tidak ada siapapun yang akan mengikutiku, aku keluar dari ruang kerja ku. Saat melewati meja kerja Alex aku tidak melihat pria itu.

Mungkin sedang makan siang

Kaki ku mulai melangkah menuju lift, saat sedang menunggu aku kembali mengetikkan pesan untuk Sean. Aku tidak ingin Sean terlalu lama menunggu ku. Bagaimana pun Sean adalah pria yang -hingga saat ini- masih ku cintai.

Ting

Pintu lift terbuka dan aku segera masuk. Aku menuju lobi karena Sean sudah berada di lobi. Pikiran ku saat ini sedang menerka-nerka bagaimana reaksi Sean saat aku akan mengakhiri hubungan ini. Aku tidak bisa melihat wajahnya yang terluka. Kesedihan Sean juga merupakan kesedihanku.

Aku menempelkan keningku pada dinding besi yang dingin. Sesekali aku membenturkan kepalaku pada dinding itu. Aku tidak perlu khawatir karena lift yang saat ini aku tempati adalah lift khusus penghuni yang berada dilantai CEO.

Ting

Aku mengerang frustasi karena tidak bisa menemukan momen yang tepat untuk meninggalkan Sean. Ku langkahkan kaki ku keluar dari lift dan berjalan dengan gontai. Banyak pasang mata yang melihatku tapi aku tidak ingin memperdulikannya. Mungkin mereka sedang menyiapkan bahan gosipan untuk ku.

"Halo baby"

Aku merasakan pelukan hangat dari belakang tubuhku dan juga ada hembusan napas yang aku duga adalah napas pria yang saat ini tengah memelukku erat.

"Hm" aku hanya menjawab sapaan itu dengan deheman saja. Aku tidak bisa keluarkan kata-kata yang mungkin sedang dipersiapkan oleh otakku.

"Ada apa sweetheart?"

Sean membalikkan tubuhku hingga menghadap kearahnya. Ku tundukkan kepalaku agar tidak menatap matanya. Karena jika aku menatap matanya maka Sean akan tahu kalau aku tengah menutupi sesuatu darinya.

"Aku lapar, jadi kita akan makan siang dimana hari ini?" Aku berusaha mengalihkan pembicaraan agar Sean tidak menangkap gelagat yang mencurigakan dariku -setidaknya untuk saat ini-.

"Kita akan makan di restoran Indonesia dan makan siang dengan makanan kesukaan mu, babe"

Aku terlonjak senang mendengar jawaban Sean. Aku segera membayangkan makanan kesukaan ku yang masih mengepul dengan uap panas. Ugh! Membayangkannya saja sudah membuat air liur ku ingin menetes.

Tanpa aku sadari ternyata Sean sudah mendudukkan diriku pada kursi penumpang bagian depan. Aku terlalu fokus membayangkan makanan favorit ku.

"Air liurmu menetes babe, kau bisa makan sepuasnya saat kita sudah sampai" ujar Sean sambil mengendarai mobilnya keluar dari halaman kantor kami.

Aku sungguh-sungguh mencintai pria ini! Sean sangat mengerti aku!

Aku menjerit kesenangan dalam hati karena Sean yang sangat mengenal diriku dengan baik. Tapi entah mendapatkan tamparan kenyataan dari otak sebelah mana, senyumku yang tadinya lebar kini menjadi sendu. Aku rasa aku tidak akan pernah bisa meninggalkan Sean seorang diri. Membayangkan aku akan menyakiti Sean saja sudah membuat dadaku berdenyut nyeri.

Selama perjalanan aku hanya berdiam diri. Tidak seperti diriku biasanya. Disaat Sean mengajakku berbicara maka aku akan menjawab seadanya. Aku rasa Sean mengerti kalau aku sedang tidak ingin diganggu.

"Sudah sampai!"

Aku terkejut mendengar seruan Sean yang kencang dan bersemangat. Aku melihat ke arah luar dan sudah menemukan restoran Indonesia yang Sean maksudkan. Mataku langsung berbinar ketika melihat suasana yang sangat Indonesia sekali dari restoran itu.

Mr. PossessiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang