part 12 -Aquena

6.7K 390 26
                                    

Ku lihat pria itu berjalan dengan percaya diri dan penuh kemarahan. Rahangnya mengeras serta sorot matanya yang menyiratkan ia akan murka beberapa saat lagi. Aku masih mencoba mendorong tubuh Sean namun tenaga ku tak cukup kuat untuk mengalahkan Sean.

Pria itu menarik kasar kerah kemeja Sean lalu membanting tubuh Sean dengan keras membuatku meringis. Ku pikir setelah itu akan selesai ternyata tidak. Pria itu kini tengah memukul Sean dengan membabi buta dan tidak peduli dengan keadaan sekitar. Aku memekik cukup kencang.

"ALDRICH!!! HENTIKAN!!!" aku menjerit sekuat tenaga hingga kurasakan tenggorokan ku yang sakit. Karena teriakan ku yang mengganggu membuat beberapa orang keluar dari apartemennya, termasuk Alex. Aku berjalan menuju Alex, sepertinya pria itu baru bangun tidur. Aku tidak peduli, yang terpenting adalah Alex memisahkan Aldrich dan Sean karena aku melihat Sean sudah diambang kesadarannya.

Alex dan beberapa orang menarik Aldrich dengan napas memburu dan membantu Sean berdiri.

"LEPASKAN BRENGSEK!!" Aldrich berontak dan bersiap menerjang Sean kembali. Ini adalah kali pertama aku melihat Aldrich murka seperti ini.

"Al hentikan" aku memeluk Aldrich dari belakang dengan erat. Kurasakan tubuhnya masih bergetar karena marah. Isakan ku nyaris keluar dengan kencang jika aku tidak menahannya.

Aldrich menghempaskan tangan yang sedari tadi memegangnya lalu menarik tanganku untuk pergi dari tempat itu. Mengikuti langkah Aldrich yang lebar dan juga cepat membuat aku harus berjalan -setengah berlari- lebih cepat. Terkadang aku tersandung oleh kaki ku sendiri.

Biasanya jarak dari flat ku menuju lift dekat, namun kali ini terasa sangat jauh. Rasanya aku ingin menangis jika berdiri dan merasakan sakit pada kaki ku. Saat berada di depan lift tak lama benda besi persegi itu terbuka dan seorang pria keluar dari sana. Aldrich membawaku masuk tanpa ada suara diantara kami. Keheningan yang kurasakan kali ini sungguh mencekam. Jantungku berdetak sepuluh kali lebih cepat dari biasanya.

Aldrich menekan tombol menuju basement. Aku tidak pernah merasa setakut ini sebelumnya. Aldrich memang mengerikan saat marah. Well aku baru mengenalnya beberapa hari tapi aku tahu kalau ia akan sangat menyeramkan saat marah. Tapi aku bingung, mengapa Aldrich harus semarah ini? Maksudku, bukankah kami baru kenal beberapa jam saja? Dan ia langsung meng- claim diriku menjadi miliknya? Dia pasti bercanda.

Pintu lift terbuka, rupanya kami sudah berada di parkiran bawah tanah. Aldrich masih terus menyeretku dengan tidak sabaran. Hingga akhirnya kami berhenti di depan sebuah mobil mewah dan terlihat seorang pria paruh baya yang kurasa supir pribadi Aldrich. Setidaknya saat ini aku bisa menghembuskan napas dengan lega, karena Aldrich tidak akan mengemudikan mobilnya sendiri. Itu artinya nyawa ku masih selamat. Kenapa? Karena kalau Aldrich yang membawa mobilnya, aku bisa menjamin kalau hidupku akan seperti di novel-novel -ketakutan karena sang pria membawa mobil dengan cepat-.

Aldrich membuka pintu depan lalu mendorong tubuhku untuk masuk ke dalamnya, tidak lupa ia memakaikan ku sabuk pengaman. Dari dalam aku bisa melihat Aldrich mengeluarkan dompetnya dan memberikan beberapa lembar uang kepada pria paruh baya ini -yang ku duga supir pribadinya-. Tak lama Aldrich masuk ke dalam mobil dan duduk di sebelahku. Sebelumnya jantung ku berdetak dengan teratur namun setelah melihat Aldrich duduk di balik kemudi membuat jantung berdetak tidak bernada.

Ini mengerikan!

Tak lama setelah Aldrich memakai sabuk pengamannya ia langsung menginjak pedal gas dengan dalam, membuat tubuhku tersentak bersandar pada sandaran kursi mobil. Ku pegang sabuk pengamat dengan erat tak lupa aku terus berdoa memohon ampun kepada Tuhan jika memang ini adalah hari terakhir aku berada di dunia ini.

Ya Tuhan, jika memang aku akan mati setidaknya buatlah aku mati tanpa ada cacat diwajahku. Karena kalau wajahku buruk rupa bisa membuat Sean menyesal pernah memilihku.

Ku gelengkan kepalaku cepat. Doa macam apa yang aku sebut itu? Sialan. Disaat seperti ini pun aku masih bisa bermain-main?

Mom, Dad maafkan Quena kalau selama ini Quena menyusahkan kalian. Sammy maafkan aku jika selama ini aku menyusahkan mu!

Aku berharap semoga permohonan maaf ku ini tersampaikan oleh Tuhan meskipun aku tidak mengucapkannya secara langsung. Ough! Kenapa disaat seperti ini aku jadi teringat semua dosa-dosa ku? Apakah ini adalah pertanda jika hidupku tidak akan lama lagi?

Ckiitt

Suara ban bergesekan dengan aspal membuatku tubuhku terhempas ke depan. Napas ku sudah tersengal-sengal karena ketakutan. Ku lihat ke sekeliling ku. Rupanya aku berada di sebuah— apartemen?

Pintu sebelah ku terbuka dengan sedikit keras membuatku tersentak kaget. Aldrich dengan cepat membuka sabuk pengaman ku dan membawa tubuhku dalam gendongannya. Jika kalian berpikir Aldrich akan menggendongku dengan romantis makan kalian salah besar! Aldrich membawa tubuhku di pundaknya, membuat kepalaku berada dibawah. Aku tidak suka posisi seperti ini. Setelah ini kepalaku akan terasa pusing atau lebih parah lagi berputar!

Aldrich sialan!

Ku cubit bokong Aldrich yang keras ku kira ia akan kesakitan tetapi jariku yang kesakitan. Tak lama aku merasakan sakit di bokongku. Aldrich, pria itu memukul bokongku. Ini namanya pelecehan! Jika Daddy tahu putrinya mengalami pelecehan seperti ini, maka pria sialan ini akan mendekam dalam penjara seumur hidupnya. Baiklah itu terlalu berlebihan.

Wadaaawww cubit-cubitan woo..oo cubit-cubitan 💃 senggol-senggolan woo..oo senggol-senggolan 💃💃

Mau next lagu nih, mana suaranyaaaaaaaa

Mr. PossessiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang