Aldrich melepaskan pelukannya lalu mengecup kening Aquena lama.
"Aku akan memberikanmu waktu selama dua hari, jika dalam dua hari kau belum meninggalkannya maka kau akan melihat bagaimana nasibnya sayang" Aquena tidak menanggapi ucapan Aldrich.
"Aku pulang ya sayang"
"Kau tidak ingin makan terlebih dahulu, Al?" Aldrich yang mendengar hal itu mengangkat sebelah alisnya.
"Itu juga kalau kau ingin makan disini" lanjut Aquena karna Aldrich tidak memberi jawaban.
"Akan aku pesan makanannya" Aldrich mengeluarkan ponselnya. Tapi tangannya ditahan oleh Aquena,
"Tidak perlu. Aku yang akan memasak"
"Kau bisa masak?" Aquena hanya mengangguk sebagai jawaban. Aldrich tampak terkejut dengan jawaban Aquena.
Aquena melangkahkan kakinya menuju dapur. Wanita cantik itu mulai mengeluarkan bahan serta peralatan untuk memulai aksinya.
Aldrich bersandar di minibar untuk melihat setiap gerak-gerik Aquena. Melihat Aquena yang tengah asyik membuat Aldrich tersenyum secara tidak sadar. Lelaki jangkung itu mendekati Aquena lalu memeluk Aquena dari belakang.
"Aku sedang memasak Aldrich" Aquena berusaha melepaskan pelukan calon suaminya itu. Aldrich menyandarkan kepalanya di pundak Aquena.
"Al" Aquena memanggil Aldrich dengan suara penuh peringatan. Tetapi pria itu menggeleng tanda tidak ingin melepaskan pelukannya. Aquena menghembuskan napasnya pasrah.
Aquena ingin mengambil sesuatu dari dalam kulkas, namun pelukan Aldrich membuat Aquena tidak bisa melangkahkan kakinya menuju kulkas.
"Aldrich aku ingin mengambil keju di dalam kulkas. Lepas!" Aldrich hanya melonggarkan pelukannya tapi tidak melepaskannya. Aquena menghembuskan napas pasrah.
Aquena melangkahkan kakinya menuju kulkas. Dengan susah Aquena melangkahkan kakinya. Setelah mengambil keju, Aquena menuju tempat sebelumnya. Sedangkan Aldrich, ia mulai mengendus leher Aquena.
"Aldrich hentikan!" Hardik Aquena
Tetapi Aldrich semakin gencar melakukan tugasnya. Aquena berusaha meredam kekesalannya kepada pria -yang katanya calon suaminya- ini.
"Bunny, jika kau tetap seperti ini kita akan mati kelaparan" Aquena berusaha untuk tidak membentak ataupun memaki Aldrich.
"Kita tidak akan mati sayang" Aldrich memberikan kecupan-kecupan ringan di tengkuk Aquena. Sesekali pria itu memberikan tanda kepemilikan nya di ceruk leher Aquena.
Aquena menggigit bibir bawahnya untuk menahan desahannya. Jangan sampai aku mengeluarkan suara menjijikan itu Aquena mengingatkan dirinya sendiri. Aquena mendapatkan ide cemerlang.
Aquena menginjak kaki Aldrich dengan keras lalu menyikut perutnya dengan kencang hingga pria itu mundur beberapa langkah. Aldrich yang tidak siap pun terhuyung ke belakang. Aquena yang melihat usahanya tidak sia-sia pun tersenyum bangga.
"Jadi tuan Aldrich yang terhormat, tolong jaga sikap anda" Aquena tersenyum jenaka. Aldrich berdecih tidak suka.
"Duduk sana!" Aquena memberikan perintah kepada Aldrich.
Mungkin di kantor Aldrich adalah pemilik perusahaan tapi tetap saja jika di rumah Aquena adalah pemilik kekuasaan. Aldrich berjalan ke arah kursi minibar dengan menghentak-hentakan kakinya. Persis seperti anak kecil yang merajuk dengan ibunya. Aquena yang melihat kelakuan Aldrich terkekeh geli sambil menggelengkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Possessive
Romance#726 Romance [17.06.18] #749 Romance [21.06.18] #684 Romance [23.06.18] #652 Romance [24.06.18] #708 Romance [25.06.18] #525 Romance [08.07.18] #536 Romance [09.07.18] #557 Romance [03.08.18] #813 Romance [04.08.18] #600 Romance [16.08.18] "Tidak ad...