Prologue

263 7 1
                                    

Desember 2014,


"Susah ye..." gumam gue ketika baru saja mengerjakan ujian semester ganjil ke Desta

"Susah karena ga dapet jawaban dari Google?" balas dia dengan tertawa terbahak-bahak.

"Sialan lo!"

Dari kejauhan, Reza berada di tepi tangga menantikan gue untuk turun tangga bareng-bareng dengan Diny.

"Makan yuk di Takor" seru gue yang lagi kelaperan

"Yuklah!"

Kita baru saja menyelesaikan ujian akhir semester 5, dimana gue merasakan sulitnya kuliah di FISIP UI. Sempat terpikirkan 'kok gue mau ya masuk jurusan ini? Ini bukan hobi gue...' tapi lambat laun gue menyadari kalau memang sangat memperhatikan isu-isu politik nasional maupun internasional. Entah itu lewat televise atau lewat media sosial, gue selalu baca berita dan mencoba mengkaitkan dengan teori serta konsep yang gue dapat.

Menjadi anak politik memang tidaklah mudah.

Semester baru ini memang sudah akan selesai, sementara kesibukan gue untuk ngeband juga sedang reda-redanya. Beberapa proyek gue untuk meluncurkan album berikutnya juga akan mengisi hari-hari libur semesteran gue.

Sementara dari sisi kehidupan gue yang lain, sudah hampir setengah tahun ini gue engga ketemu Gina. Meski ada Skype, tapi itu engga menjamin bakal bisa skype-an tiap hari. Perbedaan 7 jam membuat aktivitas gue dan dia pasti berbeda. Misalnya, gue udah jam makan siang, dia bangun aja belum. Gue udah mau tidur, di sana masih sore.

Kendala berkomunikasi karena perbedaan jam ini sering kali membuat kami berdua salah paham. Pernah ketika awal-awal ditinggal Gina ke London, gue berantem kecil dengannya karena dia tidak kunjung balas chat gue yang sudah diamkan selama dua jam. Padahal posisinya saat itu gue baru bangun.

Kemudian dia chat singkat gini:

'kamu lupa kan aku udah ga di Jakarta... kamu chat aku, disini masih jam empat!'

Seketika itu pula gue khilaf ke Gina.

Oh iya, Gina saat ini akhirnya benar-benar keluar dari UI dan sedang mengambil kuliah di London School of Economics and Political Science. Seharusnya dia memulai kuliah lagi dari awal, namun karena mendapatkan special condition terms, Gina pun dianggap sebagai mahasiswa transfer dari Indonesia. Sering sekali dia bercerita kalau orang Indonesia yang dia temui di sana jauh lebih hangat daripada di Indonesia sendiri.

"Aku kemarin ketemu beberapa anak mahasiswa yang tergabung di PPI dan mereka benar-benar asik dan cerdas gitu." Jawab Gina suatu kali saat menceritakan pengalaman pertamanya di London lewat Skype

"Ada cowo ganteng?"

"Ya adalah!"

Biasanya kalau dijawab gini, gue yang terbakar api cemburu

"Ohh..." Jawab gue seadanya sambil mengheningkan suasana

Lalu..

"CEMBURU TUH HAHAHA!"

"Engga sih yeu" Padahal mah iya pasti ada rasa cemburu.

"Ahahaha kamu tuh ya kalau udah cemburu tuh lucu tau!"

"Lucu gimana? Dasar sedeng!" Kata gue penasaran.

Gina adalah orang yang paling menyebalkan kalau dia suka mancing rasa cemburu gue. Ketika baru awal-awal jadian, dia pernah cerita tentang anak sejurusan yang suka modusin dia. Meskipun gue terkesan cuek, tetapi urusan hati tetap panas kalau ada sesuatu yang membuat gue engga nyaman.

PsycholoveWhere stories live. Discover now