Rangkaian Misi Penyelamatan

55 1 0
                                    

16 Mei 2015

"Ma..... Alya sedang dalam masalah.... Dia diculik sama Dion...." Itu kalimat yang mau tidak mau harus gue keluarkan dari mulut gue ketika nyokap dan bokap menanyakan di mana Alya dan mengapa tidak bersama gue.

Reaksi mereka? Kalian bisa bayangkan sendiri

"ASTAGHFIRULLAH ANAKKU ALYA KOK BISA DICULIK!" seru nyokap sambil menangis dan histeris.

"Ma udah tenang dulu sabar...." Bokap mencoba menenangkan nyokap yang histeris sambil memegang lengan gue erat.

"Iya maa tenang dulu...." Gue juga mencoba ikut menenangkan nyokap

Kemudian nyokap melihat sosok laki-laki yang berdiri di belakang menggunakan jaket motor, yaitu Reno

"DAN ITU SIAPA DI BELAKANG KAMU? MAU CULIK ALYA JUGA?!" Nyokap yang tidak bisa berpikir jernih pun malah menganggap kehadiran Reno ini ancaman.

Ya, engga heran sih.

"Maaa tenang dulu, ini Namanya Reno... dia...ergh... temenku, dia mau bantuin aku cari Alya..." jawab gue seadanya, karena kalau gue bilang temannya Dion nanti malah makin histeris.

"Iya tante saya temannya Rama, saya akan bantu Rama mencari Alya." Kata Reno sambil menundukkan kepala dan tersenyum kecil

Nyokap pun hanya bisa menangis tersedu.

"Terus gimana sekarang? Apa yang harus kita lakukan?" Bokap bertanya sambil menyalakan lampu ruang tamu.

"Aku udah telfon Om Bambang kok, dia mau ke sini." Jawab gue sambil berjalan ke arah dapur, mengambil minum untuk Reno dan nyokap.

Nyokap pun perlahan mulai tenang dan duduk berpangku tangan di sofa. Wajahnya jelas menunjukkan kekecewaan dan rasa bersalah dari dirinya. Bokap pun juga bisa melihat secara jelas, tapi kita semua tidak ada yang berani mengajak nyokap ngomong, atau hanya sekedar menenangkan dirinya.

"Kapan Om Bambang ke sini?" bokap bertanya kembali sementara tangan kirinya mengelus punggung nyokap yang masih mengelap air mata

Hanya sepersekian detik dari pertanyaan bokap, terdengar bunyi suara bel dan juga lampu sirine yang cahayanya menembus kaca jendela hingga ke dalam.

"Nah itu kali datang Om Bambang." Kata gue sambil bergegas berjalan ke arah pintu rumah dan membukakan pagar untuk beliau.

"Halo Rama! Maaf om agak telat, tadi soalnya kontak beberapa anak buah om sama bantuan dari Polda untuk bantuin kita." Kata Om Bambang dengan logat Jawa nya yang khas.

Beliau tidak menggunakan seragam Polri, dia hanya menggunakan baju polo berkerah warna biru tua.

"Gapapa kok om. Masuk aja, sama anak buahnya om masuk aja. Kita bahas di dalam." Gue kemudian menuntun Om Bambang dan para anak buahnya untuk masuk.

Ada beberapa hal yang terlintas di benak gue. Kalau Alya tidak selamat, apa yang akan terjadi? Kalau gue yang tidak selamat, apakah ini sebuah blunder? Tapi seperti kata Reno, ini tidak akan mungkin gagal.

Kami kemudian duduk di meja makan, berunding menyiapkan strategi bagaimana bisa masuk ke dalam gedung.

"Ren, kan yang tahu sosok Dion itu anda, coba deh tolong jelasin ke om saya gimana dan apa rencana Dion malam ini." Gue mendesak Reno untuk segera berbicara dengan Om Bambang serta timnya, agar ini cepat selesai.

Reno, yang memang anaknya kalem dan tidak banyak berbicara, menengok ke arah gue, kemudian menengok ke arah Om Bambang yang sudah duduk di hadapannya, kemudian mengangguk kecil dan segera duduk menghadap beliau.

PsycholoveWhere stories live. Discover now