Membuka Satu Lembaran Baru

69 1 0
                                    

26 Mei 2015

"Ram, ketemuan di PIM aja ya jam satu siang ya sekalian makan siang." Kata Reno lewat Line ke gue pagi ini, tiga hari setelah kepulangan Alya.

Reno dan gue mengatur pertemuan setelah Gina mengutarakan keinginannya untuk berkenalan dengannya sebagai sang kakak. Padahal, Reno saat ini sedang sibuk mencari jejak ayahnya yang menjadi buronan pihak kepolisian dan BIN.

Ketika waktu sudah menunjukkan pukul setengah dua belas siang, gue memanggil Gina yang sedang menemani Alya di kamar. Gue sudah bersiap-siap dengan pakaian nyantai ala gue. Rian pun juga sudah siap dengan celana jeans biru andalannya, dan berjalan di belakang gue.

"Udah siap belum?" gue bertanya sambil mengetuk kamarnya Alya

"Udaah udaah."

Kemudian pintu kamarnya Alya terbuka dari dalam, dan ternyata dia lagi mendandani Alya. Untuk pertama kalinya gue melihat Alya didandani oleh orang lain, karena biasanya dia kalau mau merias wajah pasti sendirian.

Kecantikan Alya setelah dirias oleh Gina membuat kami semua takjub dan terpesona.

Kita semua memandangi dirinya yang penuh dengan keindahan dan keanggunan, mencoba untuk bangkit dari rasa keterpurukan.

"Lihat! Kamu sungguh cantik!" kata Gina sambil memandangi wajah Alya yang berseri-seri melalui kaca.

Alya hanya tersenyum lepas sembari memandangi dirinya sediri.

"Yuk jalan?" sahut gue merusak momennya Alya karena kami harus segera berangkat karena sudah mau pukul dua belas siang.

"Yuk!" jawab mereka bertiga serempak.

Selama perjalanan, gue melihat dari sisi spion dalam mobil kalau Alya tak henti-hentinya memandang ke jendela sambil bersandar ke pundak Rian. Dia belum menjadi Alya yang ekspresif seperti dahulu dan belum mau banyak berbicara, tapi gue bisa merasakan dia akhirnya bisa menikmati suatu momen bersama Rian.

Sesuatu hal yang mungkin dia sempat idamkan dan pupus dalam waktu yang singkat.

"Mau makan di mana nih nanti?" Gina memecah keheningan di dalam mobil

"Hmmm makan steak aja deh." Jawab Alya enteng.

Kita semua terkejut dan langsung menoleh ke arah Alya. Entah dari mana Alya mendadak pengen daging steak. Padahal dia selama ini kalau makan, porsinya sangat sedikit dan makannya pun makan sayuran dan buah-buahan.

Kita pun segera bergegas ke Outback selepas mendapatkan parkir di PIM. Tak lupa pula gue mengabarkan Reno kalau gue menyuruhnya agar bertemu di Outback.

Saat kita lagi memesan makanan, tiba-tiba gue melihat laki-laki dengan kaos t-shirt abu-abu dengan jaket dan celana jeans hitam berjalan ke arah gue.

Ternyata itu Reno.

"Itu Gin, kakak kamu." Kata gue pelan, sambil melirik ke arah Gina.

Gue bisa melihat wajah Gina yang tegang.

Lalu kita berempat bangkit dari kursi secara perlahan. Gue melihat Gina menatap Reno dengan tajam dan wajah bergetar.

Tanpa ada komando, Gina langsung bergegas jalan cepat dan memeluk Reno.

Ada rasa senang serta haru yang melanda hari ini. Kita tidak akan pernah tahu betapa berharganya seseorang sampai kita tahu bahwa dia adalah kepingan yang hilang dalam hidup kita. Ketika Reno dipeluk Gina dan disusul oleh Rian, gue bisa merasakan kelegaan bahwa akhirnya mereka bisa berkenalan dan bersatu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 25, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

PsycholoveWhere stories live. Discover now