"Maafin aku ya kalau semalam sikapku mengecewakan kamu."
Itu adalah kalimat pertama Gina ketika dia membangunkan gue dari tidurnya setelah lama menunggu dia tidak kembali ke ruangan kamar sakitnya Alya.
Gue pun langsung melek dan duduk di sofá.
"Aku salah mencerna semua cerita kamu semalam... Aku jalan sendirian, duduk di Sevel, jalan lagi ke McDonald, duduk sendiri kaya orang bego cuma berpikir.... does anyone have a similar story line like me... Terus aku akhirnya memberanikan diri ke rumah kamu dan ngobrol sama mama kamu, kemudian tidur di kamar kamu..."
Gue hanya melirik wajahnya yang penuh sesal. Gue masih tidak kuat untuk berbicara karena masih mengantuk. Mata gue pun masih setengah terbuka. Tapi gue berusaha untuk tersenyum dan mengangguk.
"Ini jam berapa?"
"Jam sebelas..."
"Masya Allah sudah jam sebelas..." kata gue sambil kucek-kucek mata.
Gue membangkitkan badan gue, dari posisi tiduran menjadi duduk. Memberikan ruang duduk untuk Gina. Kemudian gue menatap matanya yang sayu dan sendu.
"Sebelum aku tidur, mama kamu bilang kalau aku adalah wanita pertama yang bisa bikin kamu bahagia meskipun aku pergi ke London. Wanita pertama yang kamu bela-belakan untuk ketemu dan memikirkan aku sepanjang hari kamu. Kemudian aku minta maaf sama mama kamu atas kejadian ini setelah aku menceritakan lagi apa yang kamu ceritakan semalam. Aku sudah berpikir bahwa aku akan disalahkan oleh mama kamu... Ternyata mama kamu sangat baik Ram ke aku, bahkan dia tidak sama sekali menyalahkan aku. Dia cuma ingin sekarang untuk menemani kamu dan Alya hingga aku pulang lagi ke London..." kata Gina sambil menundukkan kepala.
Gue hanya tersenyum, lalu memberikan dia ruang untuk duduk disebelah gue. Gue menepuk tangan gue ke kasur lipat yang sudah gue berikan space untuknya. Dia pun duduk disitu.
"Maafin aku Ram kalau kehadiranku justru membuat kamu dan Alya dan semuanya menjadi masalah buat keluarga kamu..."
Kata Gina sambil sesenggukan dan menjatuhkan badannya ke pelukan gue.
"Sudahlah. Masa lalu ayah kamu yang menimpa Alya di masa sekarang bukanlah kesalahan kamu. Sekarang kamu engga usah nangis, bantu Alya agar bisa pulih lebih cepat. Dan kamu bisa istirahat di rumahku sampai kamu pulang lagi ke London."
Gina hanya mengangguk sambil mengadahkan kepalanya ke bahu gue.
Setelah satu minggu dirawat intensif di rumah sakit, dan telah dijenguk oleh teman-teman Alya, kemudian teman-teman gue serta om-tante dan sepupu-sepupu, akhirnya Alya diperbolehkan pulang. Lima hari di rumah sakit membuat gue sama sekali tidak memikirkan agenda manggung ataupun promo gue. Gue hanya fokus kepada pemulihan psikisnya Alya, dan fokus kepada Gina yang juga ikut terguncang dengan kejadian Alya.
"Ga ada yang ketinggalan kan?" Tanya bokap ke gue sambil membawakan kursi roda untuk Alya
"Engga kok pa."
Gina dan Rian tidak menemani proses kepulangan Alya dari rumah sakit karena dia ingin memberikan kejutan ketika Alya sampai di rumah. Gue juga tidak tahu kejutan macam apa yang ingin diberikan.
"Kak, Kak Gina sama Rian kemana?" Tanya Alya dengan suara yang masih agak lemah meski sudah jauh lebih baik dari hari-hari sebelumnya
"Lagi ada urusan, nanti dia nyusul ke rumah kok."
Dari kami keluar ruangan hingga ke lobi penjemputan di rumah sakit tersebut, banyak suster dan satpam bertepuk tangan kepada Alya. Mungkin sampai ada beberapa pengunjung yang kebingungan apa yang sedang terjadi.
YOU ARE READING
Psycholove
Mystery / ThrillerApabila ada dendam yang disampaikan dalam perasaan kasih sayang, mungkin itu menjadi mengerikan. Alya merasa mendapatkan pasangan yang diimpikan, namun ada dendam yang berdampak pada hubungan mereka. Sayangnya, semua ini menyangkut keluarganya Gina