Dia, Buku, dan Lukisan

281 36 2
                                    

Aku berlari ke pohon belimbing tempatku membaca kemarin. Tidak ada tanda-tanda eksistensi buku itu. Mungkin ada dikelas... Ah... Buku Sherlock ku...

\('-')/

Aku melangkah bersungut-sungut memasuki kelas.
Aku datang lebih awal kali ini. Jadi, banyak bangku kosong tersisakan. Aku duduk di bangku yang bangku sebelahnya belum ditempati.

Aku mulai menulis sebuah puisi yang menurutku bagus pada buku catatanku.

Gugur
Bagai bunga jatuh di pekarangan
Seorang putri gugur tanpa harapan
Gugur
Namun
Seorang datang menyelamatkan
Dipeluk erat sang putri kecintaan
Dialah sang pangeran
Yang gugur bersama putri kesayangan
Gugur
Gugur.


\('-')/

Aku menoleh kesamping.

"Apakah aku boleh duduk disini?" Itu Kirschtein. Lagi.

"Uh.. Oh.." Aku celingak celinguk. "Boleh saja." Jawabku pelan.

Ia menarik bangku disebelahku. Ia merogoh sesuatu di tasnya. Ia mengeluarkan sebuah buku tebal yang familiar dan memberinya padaku.

"Ini. Aku menemukannya di bawah pohon. Belimbing disamping sekolah."

Ia menghindari kontak mata denganku dan pipinya semburat merah. Aku menerima buku itu dan hampir menangis.

Sherlock Holmes Case Book limited coverku akhirnya kembalii!


Aku tersenyum padanya. Wajahnyanya langsung memerah sampai keujung telinga... Bodo amat lah.. Aku senang sekali!

"Su..sudahlah... Itu bukan apa-apa.."

Ia melihat ke arah buku catatanku.

"Kau menulisnya?" Tanya si Kirschtein

"Uh? Ya..." Jawabku sambil memasukkan buku tersebut ke dalam laci.

"Aku tidak pandai menulis." Ia bergumam.

"Tapi Kirschtein pandai menggambar kan?"

"Ya... Begitulah..." Ia tersenyum kecil.

"Well.. Sebuah lukisan dapat mengandung beribu makna yang dapat diartikan dalam segala bahasa manusia." Aku melontarkan kalimat itu sambil tersenyum cerah lagi padanya.

"Ah, i-iya.." Ia memalingkan wajahnya kearah papan tulis dengan wajahnya yang kembali memerah.

\('-')/


Setelah pembicaraan itu, aku dan Kirschtein menjadi dekat.

Aku sering menulis cerita atau puisi dan membaca buku bersamanya sepulang sekolah kecuali hari ekskul. Bodt juga sering ikut... Krischtein selalu membuat sketsa interpretasi dari puisi yang kubuat.

Well, Ia tak seburuk yang kukira.

\('-')/

Aku mencoba melukis dirumah. Aku akan melukis... Langit dan hutan? Yah... Itu ide yang bagus.

"Kau ngapain ei?" Leo, kakakku, memasuki kamarku.

"Gambar." Jawabku singkat.

"Oh. Lo bisa gambar?"

"Dah. Lo diem aja kampret."

Leo melangkah pergi dari kamarku.
Aku melanjutkan lukisanku.
Entah mengapa... Aku terus terusan mengingat Kirschtein.

Langit malam
Kulihat bulan sabit gemilang
Ditengah kegelapan malam
Ia ditemani bintang
Awan tipis menutupinya bagai tilam
Kau lah bulanku
Aku lah langitmu
Bercahayalah.
Aku kan membantumu memperlihatkannya

\('-')/


Dikomen gaes!! :D

Never Get Enough [Jean x reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang