Chapt 17

8.1K 215 26
                                    

Author POV

Sudah terhitung genap dua bulan Priscill tinggal di Indonesia, dan ia masih merasa bosan dengan kegiatannya yang hanya mengurusi Christoper dan Javier. Entah roh darimana ia mulai mencari lowongan kerja di koran-koran yang tergeletak di ruang tamu tempat Papa Priscill biasanya membaca berita pagi.

Tetapi Priscill berpikir lagi karenaijazahnya hanyalah ijazah SMA, hal tersebut dikarenakan Priscill tidak bisa melanjutkan kuliah dengan Christoper yang saat itu masih bayi. Dan juga Priscill belum menemukan minat apapun dalam suatu pekerjaan yang pas untuk dirinya. Ia hanya berusaha menjadi ibu yang baik untuk Christopher.

"Mama mau walk" Rengek Christopher sambil menarik-narik ujung kaos polo berwarna putih  yang Priscill kenakan pada hari itu. Hal itu membuat Priscill lantas menutup koran tersebut dan menggendong Christo dalam pelukannya.

"Christo, kan mama udah bilang, walk itu jalan. Emang Christo mau jalan ke mana?" Tanya Priscill sambil menatap kearah bola mata Christo yang sangat mirip dengan Javier.

"Taman, mama ayuuuu yuuu" Ajak Christo kepada sang mama, dan mau tidak mau Priscill harus menuruti balita tersebut.

Sesampainya di Taman ia hanya melihat Christo yang sibuk bermain dengan anak-anak sebayanya dan ia sangat kagum dengan kepintaran Christo yang cukup pesat dibandingkan anak-anak seusianya. Ia merasa selama ini tidak sia-sia mendidik Christo meskipun dengan mengorbankan masa mudanya di luar negri.

"Sil..." Suara laki-laki yang setiap hari mengobrak-abrik hidupnya terdengar dari arah belakang Priscill. 

"Papaaaa" Teriak Christo berlarian kecil meninggalkan teman-teman yang baru ia kenali.

"Loh udah pulang kerja Jep?" Balas Priscill sedikit kaget melihat Javier dengan kemeja berwarna abu-abu  yang ia kenakan ke kantor tadi pagi.

"Belum sih,kangen aja sama kalian. Pulang-pulang nanya Bi Una bilangnya kalian pergi ke Taman Komplek" Jelas Javier sambil menaikkan Christo ke pundaknya dan berjalan ke arah rumah karena matahari sudah mulai tenggelam.

"Oh" Gumam Priscill sambil beriringan mengikuti langkah kaki Javier ke arah rumah Bunda Priscill ditemani pemandangan langit sore Jakarta yang sudah lama Priscill rindukan.

"Makasih Pris udah hadir di hidup gua" Ujar Jep dan diikuti kecupan di dahi Priscill yang membuat Priscill kaget karena takut jika Christopher melihat adegan yang mereka lakukan di depan matanya.

Disisi lain, di meja kebesarannya itu Aldy tetap tidak bosan-bosannya mengerjakan proyek yang padahal masih akan dikerjakan sepuluh tahun kedepan. Aldy sudah kebal dengan tulisan-tulisan dan pena emas yang selalu ia bawa di sela-sela jarinya sambil mengoreksi kesalahan-kesalahan pada proposal tersebut.

Dan sudah dua bulan juga, sekretaris Aldy sudah dibuat kalang kabut dengan kegilaan Aldy pada proposal-proposal tersebut.Ia sudah berusaha agar bawahan tidak memberikan Aldy proposal tetapi tidak di sangka bossnya itu marah besar dan menyuruh agar bawahan-bawahannya menyerahkan ide-ide dan melakukan kerja sama dengan berbagai Investor yang Aldy tunjuk untuk bekerja sama dengannya.

"Aldy, kamu kok ga pulang?" Rajuk seorang wanita paruh baya berpakaian mewah dari atas hingga ujung kaki dan  berusaha memasuki ruang kerja yang makin gelap dan sunyi tersebut.

"Aldy! mama itu disini, bisa-bisanya kamu ga dengerin mama ya! Dua bulan Aldy kamu udah nggak pulang ke rumah!" Teriak Ibu Aldy yang sudah tidak tahu menghadapi anaknya yang makin besar semakin tidak simpati kepadanya. 

"Ya, besok Aldy pulang" Jawabnya santai sambil menghilangkan rasa pening di kepalanya dengan mengusap-usap kepalanya  tanpa menatap ibunya yang sudah hampir pingsan melihat tingkah laku anak satu-satunya tersebut.

GOOD vs PERVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang