The Shadow

3.7K 180 8
                                    

~*Selamat Hari Raya Idul Fitri 1439 H / 2018 M

Bagi Yang Merayakan*~

~TAQOBBALALLAHU MINNA WA MINKUM..~

***Mohon Maaf Lahir & Batin Ya!!!***

-

"Malam terus berlalu dan aku tak pernah tenang melaluinya. Bayangan itu terus bermunculan tanpa henti menghiasi malamku yang seharusnya menjadi waktu istirahat bagiku. Terganggu dengan kehadirannya membuatku kesulitan mengedipkan mata apalagi menutupnya. Dia seakan-akan mengikutiku tanpa berhenti, hantu kah itu atau halusinasiku yang tak menentu?"

Jendela itu terbuka tanpa ada yang menyentuhnya, angin bahkan tak menyenggolnya, dan tak ada sihir disana. Sang gadis penghuni kamar itu, merasa sudah terbiasa dengan jendela yang terbuka secara tiba-tiba. Setelah malam-malam sebelumnya sering terjadi. Dengan begitu lemas sang gadis kembali menutup jendela tanpa melihat keadaan di luar jendela. Ia muak jika melihat orang itu di tepi jalanan untuk kesekian kalinya mengganggu malamnya.

Hermione Granger, gadis itu duduk di kasur dengan menundukkan kepalanya yang disangga oleh kedua tangannya. Kemudian menjatuhkan badannya mencoba untuk menutup mata namun sia-sia. Hatinya terus bergeming untuk melihat orang di tepi jalanan itu lagi seperti malam sebelumnya.

Namun sang gadis menolak melakukannya, orang itu hanyalah bayangan yang terus mengganggu dirinya atau halusinasinya yang tinggi membuat sosok lelaki itu muncul di tepi jalanan seakan menunggu dirinya. Ketika dihampiri, lelaki itu menghilang tanpa jejak. Itulah yang membuatnya muak saat hendak tidur malam.

Maka sudahlah jelas itu hanyalah halusinasinya. Hermione tahu, mungkin itu efek dari kerinduannya terhadap sahabatnya. Sejak liburan dimulai ia sudah terbayang akan sosok sahabatnya itu. Hingga suatu malam di jam yang sama lelaki itu mulai menampakkan wajah tampannya. Ketika dicobanya untuk didekati lelaki itu menghilang dan tak muncul lagi.

Namun pada malam berikutnya, sosok lelaki di tepi jalanan muncul tidak sebagai sahabatnya, melainkan orang lain, orang yang selalu mengganggu hari - harinya di Hogwarts ketika bertemu. Orang menyebalkan yang selalu muncul pada setiap ada kesempatan.

Akhirnya Hermione memutuskan untuk kembali membuka jendela untuk mendapati lelaki itu, karena penasaran siapa lelaki itu kali ini sahabatnya kah atau orang menyebalkan itu. Jas hitam panjang menjadi busana yang dikenakan oleh sang lelaki. Setiap malam, lelaki itu muncul selalu dengan memakai jas hitam yang halus. Tak pernah ganti.

"Harry, benarkah itu kau atau hanya ...?" bisik Hermione dalam hati menatap lelaki berkacamata bulat itu yang tersenyum pada dirinya. Sosok itu begitu nyata namun sulit untuk percaya bahwa dia memang sahabatnya.

Pada malam berikutnya bayangan akan sosok lelaki yang menghantui Hermione berganti, itupun sulit ditebak secara pasti dua sosok lelaki mana yang lebih dulu muncul. Terkadang kedua sosok itu muncul dalam dua hari atau lebih di jam yang sama dan tempat yang sama. Harry Potter sebagai sahabatnya kah, atau Draco Malfoy sebagai pengganggu dirinya.

"Baiklah Hermione, bersiaplah untuk melihat siapa kali ini yang muncul" ucap dalam hati Hermione katakan sembari mendekati jendela dan melihat keluar sana. Sosok bayangan itu adalah Draco Malfoy.

Jas abu-abu yang ia kenakan masih sama seperti terakhir kali Hermione melihat sosok itu. Ia tampak tampan bahkan senyumannya bukan menyiratkan kesombongan dan tidak tampak menyebalkan.

Berberapa waktu yang lalu, pada tahun ajaran kelima di Hogwarts, Hermione sempat berkomunikasi dengan lelaki Slytherin itu. Percakapan itu begitu manis karena Hermione menemukan sosok Draco Malfoy yang sifatnya jauh berbeda dari sifat sebenarnya yang ia kenal. Ia bahkan tak mengerti perasaannya terhadap lelaki asrama Slytherin yang terkenal kekayaannya juga kesombongannya itu. Sampai dia memikirkannya dalam waktu yang lama, sehingga tidak mengherankan jika lelaki itu berkelana di mimpinya. Meski demikian, ia tidak yakin apakah hanya karena terlalu memikirkannya menyebabkan lelaki itu muncul di alam mimpinya berkali-kali sementara ia telah berhenti memikirkannya.

Tiba-tiba jantung Hermione menendang dirinya, lelaki itu berjalan menuju teras rumah dengan begitu yakin. Belum pernah dilihatnya lelaki dalam bayangannya meninggalkan tepi jalan itu. Ini untuk pertama kalinya Draco melakukan itu dalam bayangannya.

Biasanya usai ia melihat sosok lelaki dalam bayangannya di setiap malam, ia langsung menutup kembali jendela dan memaksa dirinya untuk menutup matanya juga. Keesokan harinya ia mencoba membuka jendela dan di luar tak ada lagi sosok lelaki. Ia berlari meninggalkan kamar tidurnya menuju pintu depan rumah. Dengan kegairahan hatinya yang menendang-nendang, dibukanya pintu hingga angin malam menerpa dirinya dengan lembut tetapi sangat dingin sembari memperlihatkan sosok lelaki rambut pirang, mata abu-abu yang sama sekali tidak menyiratkan kesan menjengkelkan, hanya menyiratkan rasa kasih sayang dalam cinta.

Semenjak berhasil membangun percakapan dengan Draco, Hermione berhasil pula meluluhkan hati Draco yang sekeras batu sehingga hatinya berubah selembut pasir pantai. Lelaki itu sering berbagi kisah padanya dan Hermione memberikan masukan yang sekiranya bisa menenangkannya dan bahkan menyelesaikan masalahnya.

Draco kemudian memeluk lembut Hermione dan kehangatan menjalari tubuhnya mengusir dinginnya malam itu. Dengan begitu nyaman Hermione membalas pelukannya, keduanya saling berpelukan erat tetapi tidak menyiratkan kesan apapun. Bahagiakah mereka berdua, atau sedih atau terharu, entahlah.

Yang Hermione rasakan hanyalah ternyata begitu nyaman berada di dekat Draco yang seandainya ini nyata. Angin malam berhembus riang memasuki rumah tanpa peduli bahwa dirinya membuat suasana dingin menjetik kulit. Angin itu berhembus semakin kencang, kedua pemuda itu tetap bertahan. Hermione hanyut dalam pelukan lelaki itu, ia bahkan tak bisa membuka matanya. Saat itulah teriakan mengenaskan terdengar ngeri berhasil menyadarkannya.

Badannya terlentang di depan pintu yang terbuka. Tubuhnya mulai terasa menggigil kedinginan. Ia memaksa untuk membuat tubuhnya bangun. Tiba-tiba kepalanya terasa pusing. Dilihatnya dua sosok menghampiri dirinya dengan panik.

"Hermione kenapa kau berada di depan pintu?" satu dari sosok itu adalah ayah Hermione yang sudah beruban dengan kacamata kotak ia kenakan. Pakaian dokter gigi sudah dengan rapi ia pakai.

"Ayah apa yang terjadi?" Hermione masih bingung sendiri bagaimana ia bisa berada disitu dengan kepala agak pusing. sang ibu disampingnya yang memakai pakaian biasa hanya khawatir dan prihatin melihat putrinya.

"ibumu menemukan dirimu tergeletak disini, ada apa. Apa kau bermimpi sambil berjalan?"

Sebuah ingatan akan malam itu akhirnya berhasil menghentak Hermione. Semalam ia berpelukan dengan sosok lelaki dalam bayangannya itu dan setelahnya pingsan begitu saja. Ada apakah ini?

***

Fell Down To Fall In Love (Harry Potter Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang