Only Hope

690 70 7
                                    

Pagi yang cerah itu, Hermione berencana mengunjungi Gereja Hogwarts untuk berdo'a kepada Tuhan. Sebelum ia mencapai tempat itu, seseorang menariknya masuk ke suatu ruangan sepi yang pencahayaannya minim tetapi Hermione bisa melihat dengan jelas orang itu.

"Ginny ada apa?" tanya Hermione keheranan.

"menurutmu kenapa Hermione?" balas tanya Ginny menyilangkan kedua tangannya. Hermione paham ekspresi itu.

"kenapa kau kesal padaku, apakah ada sesuatu yang ingin kau bicarakan padaku?" tanya Hermione.

"ya ada banyak sekali."

"baiklah, silahkan kau mulai dari yang pertama!"

"apakah begini tingkah seorang sahabat?"

"aku tidak paham."

"apa kau mencintainya, kau juga mencintai Harry kan, lebih dari sekedar sahabat?" pertanyaan itu sukses membuat Hermione tegang. Ginny yang biasanya santai saja tentang perilaku Hermione terhadap Harry sekarang mempermasalahkannya dengan membawa rasa kesal.

Hermione tidak pernah memperkirakan ini. Dia pikir Ginny hanya mengerti sebatas persahabatan antara dirinya dengan Harry. Tetapi ternyata dia akhirnya paham tentang Hermione yang mengharapkan lebih dari Harry.

"aku melihat bagaimana kau memandangnya dan betapa kau menikmati pelukannya." Lanjut Ginny mencapai tingkat kekesalan tinggi.

"tak ada yang mengharapkan Harry bisa menjadi milikku." Balas Hermione membuat suaranya tampak setenang mungkin. "dia sudah menjadi milik sahabatku sendiri, jadi bagaimana mungkin aku mencintainya lebih dari sahabat?"

"Hermione aku melihat bagaimana kau memandang Harry?" bentak Ginny.

"dan apakah kau tak pernah memandang Harry?" Hermione balas membentaknya. "dia begitu menyukaimu, kau juga sahabatku, seburuk itukah aku di matamu sehingga kau berfikir aku akan mengambil Harry darimu?"

"yang kuketahui, gadis yang kau anggap sahabat yang pernah menjadi permpuannya Harry mengakhiri hubungan cintanya dengan Harry karena dirimu."

"Ginny, Harry adalah sahabatku, wajar jika aku sangat mempedulikannya."

"bohong, jujur saja, kau menyembunyikan perasaan terhadap Harry!"

"baiklah, ya, memang aku memang memendam perasaan terhadap Harry, puaskah kau!" bagaimanapun juga, Hermione akan memberitahu Harry akan kebenaran itu dan tentu saja dia pasti juga akan membagikannya pada Ginny. Ginny tersentak mendengarnya dan justru terkejut. Mungkin dia berfikir bahwa Hermione tidak akan menerima spekulasinya atau mengakui bahwa spekulasinya benar.

"betapa aku begitu menyayanginya tapi dia milik sahabatku, betapa itu menyakitkan, betapa ironis sekali, sahabatku berpacaran dengan sahabatku sendiri sementara aku begitu mencintainya. Tetapi ketahuilah, itu hanyalah sebuah harapan apabila aku terlihat begitu menginginkan Harry. Kau harus tahu bahwa aku tidak akan sekejam itu merebut kekasih sahabatku sendiri, Ginny!" Hermione mulai kehabisan suara setelah mengucapkan itu dengan cepat nyaris tidak jelas jedanya. Sebagai gantinya, matanya menjadi berkaca-kaca.

"seharusnya aku tahu itu dari dulu, bahwa kau mencintainya." Ginny balas menatap Hermione dengan lembut dan prIhatin, benar-benar aneh. Sebelumnya dia kesal luar biasa dan sekarang dia jadi selembut kain sutra. "Aku tidak tahu kenapa dia memilihku sebagai perempuannya, saat aku bertanya dia hanya bilang bahwa dia sangat mencintaiku. Itu saja, jawaban yang kurang memuaskan."

"Ginny ..."

"Hermione, aku tidak ingin ada yang terluka terutama kau, tapi aku telah mencintai Harry juga, aku akan memperjuangkannya. Ingatlah itu Hermione, dia telah memilihku dan aku telah menjadikannya sebagai pilihan terakhirku, aku tidak bisa melepaskannya untukmu."

Fell Down To Fall In Love (Harry Potter Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang