"tidak, kau bejanji akan baik-baik saja!" Hermione terbangun dari tidur malamnya. Mendapati mimpi buruk yang membuat tubuhnya berkeringat. Untunglah dia tidak berteriak dengan kencang dan untung saja dia juga memasang peredam suara di sekitar ranjang dan memberinya dinding tidak terlihat atau mantra pelindung. Takut jika dia bermimpi lagi dan meninggalkan tempat tidurnya.
Hermione melihat arloji yang menujukkan beberapa menit telah meninggalkan tengah malam. Ia memutuskan menyingkirkan segala mantra yang ada disana, kemudian meninggalkan kamar tidurnya untuk menuju kamar laki-laki usai mengenakan seragamnya yang seadanya.
"Ron!" diam-diam ia membangunkan Ron dan memasang mantra peredam suara di sekitarnya. Sebenarnya ini dilarang, siswi memasuki kamar laki-laki. Tapi Hermione nekat karena saking takut dan khawatir bila mimpi buruknya benar-benar terjadi.
"Ron ayolah bangun!!!" sekarang ia berteriak di dekat telinga lelaki yang molor itu.
"oh Hermione, kau rupanya." Ron mulai membuka mata setelah Hermione berujar "lumos".
"ada apa?" lanjut Ron duduk bersandar masih belum bisa mendapatkan dirinya. Matanya masih menutup rapat tapi dia bisa berbicara ngelantur. Dia bahkan tidak benar-benar menyadari, bahwa Hermione masuk di tempat tidurnya untuk pertama kalinya. Melihat Ron masih dalam balutan kantuk yang luar biasa seperti itu, Hermione memutuskan untuk tidak perlu mengajaknya.
"dimana Harry menaruh jubah ajaibnya?" tanya Hermione.
"di dalam koper di bawah ranjang!" Ron menunjuk ke arah yang salah, ke arah pintu keluar.
"oke, trims. Kau kembali tidur sana!" ujar Hermione lalu Ron langsung berpaling dan kembali terlelap. Sementara itu Hermione segara mengobrak-abrik koper Harry hingga menemukan kain keperakan itu. Segera memakainya untuk membuat dirinya tidak terlihat dan segera meninggalkan tempat itu diam-diam. Ia lupa tidak menyingkirkan mantra peredam suara.
Hermione langsung mempercepat langkahnya menuju kantor kepala sekolah. Ia masih dilanda ketakutan akan mimpinya yang begitu buruk. Di mimpi itu, ia menemukan Harry kesakitan malam ini. Hermione tidak peduli jika harus menunggunya di depan pintu kantor kepala sekolah hingga fajar tiba. Karena ia tidak tahu kata kunci untuk memasuki ruangan itu.
Saat ini mencapai koridor terakhir dan mencapai belokan terakhir menuju kantor kepala sekolah, ia tertabrak seseorang dan membuatnya terpental jatuh dan jubahnya pun ikut melesat turun.
"Hermione!!!" cahaya remang-remang rembulan dari balik jendela membuat Hermione setidaknya bisa melihat siapa orang itu meskipun disekitarnya gelap sekali.
"Draco.." balas Hermione tekejut. Draco membantunya berdiri dan memegangi kedua tangannya. Kemudian Hermione kembali merasa seperti dihantam batu mendapati sekelilingnya adalah Professor Snape bersama para jubah hitam bertopeng, Pelahap Maut. Jumlahnya ada lima termasuk wanita yang sendiri memperlihatkan wajahnya.
"heii, aku tidak melihat gadis itu menabrakmu Draco!" ujar wanita bengis yang tidak memakai topeng, Bellatrix Lestrange.
"Hermione apa yang kau lakukan selarut ini disini?" tanya Draco khawatir.
"Draco, inikah yang kau maksudkan?" balas Hermione mendekap mulut tak percaya. Draco tak berani manatap perempuan itu, ia melepaskan genggaman tangannya. Bibirnya bergetar, mata abu-abunya menyiratkan ketakutan. "kau sudah gila, kau tahu ini salah kenapa kau tetap .." sebelum Hermione menyelesaikan kekesalannya dan betapa terpukulnya dia menghadapi kenyataan ini, Professor Snape lebih dulu menyihirnya.
Hermione kembali jatuh tergeletak, tenaganya seperti terkuras habis. Ia tidak bisa membuka mulutnya dan tubuhnya menolak untuk digerakkan, hanya matanya yang berkedip-kedip tak berdaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fell Down To Fall In Love (Harry Potter Fanfiction)
Fanfiction[RE-PUBLISH] [COMPLETED] [NOTE : Lebih baik membaca cerita ini dengan sabar dari awal sekalipun pernah membaca sebelumnya. Dikarenakan penulis mengalami limit Inspirasi, plot atau alur cerita berubah dari konsep sebelumnya dan mengalami perombakan u...