pelaku

85 6 0
                                    

Ke esokan harinya tepat pukul 09:00 tepat aku,samira, dan andri sedang berada di atap sekolah lagi.

Kali ini tujuan kami benar-benar ingin mencari sesuatu yang bisa kami jadikan sebagai sebuah petunjuk,

"Aku tidak menemukan apa-apa... kalau kalian bagaimana?." Tanya andri pada ku dan samira, kami beristirahat sejenak, karna dua jam kami hanya mengelilingi atap dan belum menemukan apa-apa.

"Belum."

"Kalau kau samira." Ujarku.

Samira juga menjawab dengan gelengan pelan. Aku merebahkan diri tepat disamping samira, menutup mataku sejenak karna merasakan hembusan  angin yang sangat nyaman.

*
"Saat kau mengejar gio, apa pintu atap sempat kau tutup?."

"Tidak aku langsung berlari."

"Kalau kau langsung berlari kearah gio, dan tidak menutup pintu, bagaimana kau bisa mendengar gebrakkan pintu?."
*

Aku bangkit berdiri, aku ingat percakapan antara aku dengan seta tadi malam. Pintu yang tidak aku tutup bisa di buka oleh pak kepala sekolah. Kulangkahkan kaki ku ke arah pintu masuk atap.

Berjalan kearah belakang pintu, pandangan ku terpaku ke sebuah benda berkilau yang terpantul sinar matahari tergelatak di tanah.

"Cincin?."

Kutatap lekat cincin yang ku temukan, sepertinya aku pernah melihat cincin ini.

"Door!!."

"Ayam!!."

"Hayo kau sedang apa di sini." Andri tiba-tiba datang, dan dengan isengnya mengaggetkanku.

"Sialan kau andri,  jangan ngagetin dong!!."

"Hehehehe.... apa tuh yang ditanganmu?." Ujar andri menunjuk ketangan ku yang tengah memegang cincin tadi.

"Ahh!! Ini.. eh andri kau pernah melihat cincin ini?." Aku tunjukkan hasil temuanku kepada andri, cincin itu terbuat dari besi putih dan ada beberapa ukiran seperti sulur di cinci itu.

"Hmm... sepertinya aku pernah melihatnya... tapi dimana  ya?."

"Aku juga rasanya pernah melihat cincin ini tapi aku lupa." Balasku. Kami terdiam beberapa menit, sampai akhirnya dengan kompak kami berseru.

"rizal!." Seru kami.

"Bagaimana kau tahu itu cincin rizal?." Tanyaku pada andri.

"Aku sering melihatnya memakai cincin itu. Kau sendiri?."

"Kalau aku waktu terakhir kali baku hantam dengannya. Saat itu aku melihatnya memakai cincin itu."

"Apa yang sedang kalian lakukan?." Tiba-tiba samira menghampiri kami. Akupun kembali memperlihatkan cincin itu pada samira.

"Jadi apa kalian ada rencana?." Tanyanya.

"Belum." Jawabku. "Ada satu hal lagi yang harus aku-. M-maksudku kita pastikan dulu." Imbuhku.

Samira mengangguk paham tanpa aku jelaskan terlebih dahulu, kebalikannya kalau andri dia masih belum mengerti.

"Apa yang harus dipastikan?." Aku menatap andri serius.

"Andri kau tahu dimana rumah pacar gio?."

"Aku rasa aku masih ingat... memangnya kenapa?."

"Bisa kau antarkan kami ke sana, karna ada beberapa hal yang harus kita tanyakan padanya." Andri mengangguk paham.

"Baiklah ayo.. aku akan antar kalian."

"Sebelum itu kalian berdua pergi saja deluan, ada yang ingin aku katakan pada arwah gio." Ujarku. Samira dan andri pun, langsung pergi. 

Zian The Indigo BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang