Naila

65 0 0
                                    

Jam pelajaran pertama telah usai beberapa menit yang lalu. Para murid masih berdiam di dalam kelas meski ruangan yang ditempati ian nampak ribut karna guru yang seharusnya tugas memgajar dijam kedua belum menampakan batang hidungnya.

Ketua kelas yang di suruh mendatangi guru pun tak kunjung kembali akhirnya seluruh murid kelas XI-C menganggur.

Meski tempat itu penuh kebisingan di setiap penjuru, tapi itu berbeda di tempat ian berada. Dia beberapa kali terus menggosok tengkuknya, entah kenapa semenjak kedatangan dua murid baru itu. Perasaannya selalu tidak nyaman, dia merasa di awasi dan entah kenapa rasanya ada 'aura' berbeda yang berasal dari mereka berdua.

"Teman-teman!!... karna pelajaran kedua adalah biologi, kita di suruh bu mea untuk ke lab. Beliau nanti akan menyusul." Ujar ketua kelas yang baru saja tiba.

Murid-murid kelas XI-C dengan patuh mengikuti instruksi dari ketua kelas mulai pergi menuju ke lab. Tapi ian sejak tadi tak bergeming dan masih duduk manis di tempatnya. Sampai samira menepuk bahunya baru ian tersadar.

"Ian ayo kita pergi." Ajak samira.

"Iya." Ian dan samira mulai berjalan keluar kelas, di ikuti nao juga dyan di belakangnya. Sebenarnya ian merasa terganggu tapi mau bagaimana lagi mau menegur mereka pun ia merasa tak enak.

"Ibu mea menyuruh kita untuk menggambar seperti apa sel-sel tanaman. Kita sudah tahu bagaimana cara melakukannya kan. Karna siswanya ada 24 dan microscopnya ada 6, kita bagi satu kelompok terdiri dari 4 orang." Ujar ketua kelas.

Semua siswa sibuk mencari teman kelompok masing-masing. Sedangkan samira dan ian hanya diam di tempat,mereka berdua bingung bagaiamana mengajak salah dari teman mereka untuk bergabung ke kelompoknya.

"Maaf.. apa kalian berdua mau satu kelompok dengan kami?"

Ian dan samira membalikan badan dan didapatinya nao yang berdiri sambil tersenyum manis ke arah mereka.

"Bagaimana kalian mau kan?" Tambah nao.

Samira dan ian saling bertatapan dan terdiam cukup lama.

"Sudahlah terima saja... kalau kalian berdiam diri seperti itu terus, tugas dari bu guru tidak akan selesai." Celetuk dyan. Dia merasa jengah dengan sikap pemuda pemudi tersebut.

"Baiklah." Ujar samira dengan senyum simpul.

Semua siswa tengah sibuk mengerjakan tugas yang diberikan. Begitu pula dengan kelompok ian, waktu terus berjalan dan lab masih dipenuhi para murid-murid yang masih sibuk dengan tugas masing-masing. Saking fokusnya lab yang awalnya seperti pasar kini hening bak kuburan.

"Argghhh kenapa harus aku melakukan ini segala sih??." Desis dyan pelan. Namun didengar ian yang berada disampingnya.

"Ini mudah saja kok. Sini biar ku bantu kau memotong batangnya tipis, kau harus memegang cutternya sedikit miring jadi kau bisa melihat seberapa tebal potonganmu." Ujar ian.

"Ckk.. aku tidak meminta bantuanmu. Kau lakukan saja bagianmu sana!!." Hardik dyan.

"Aku hanya berusaha menolong memang apa salahnya?." Balas ian kalem.

"Sudah ku bilang bukan. Aku tidak meminta bantuanmu!." Ujar dyan dengan suara yang naik satu oktaf.

"Sudahlah hentikan kalian berdua. Kau juga dyan jangan seperti anak kecil dan kalau tidak ingin dibantu  jangan mengeluh." Lerai nao dan dibalas decakan sebal oleh dyan.

"Ian maafkan dyan ya... dia memang orang yang tempramental"

"Aah.. iya tentu.. tidak masalah." Balas ian kikuk.

mereka kembali mengerjakan tugas masing-masing. disaat tengah asik dengan pekerjaannya Ian mendengar sayup-sayup suara seperti retakan kaca. 

kreteekk!  

"!!."

Ian nampak celingak-celinguk menatap keseliling laboratorium. Karna samar-samar ian mendengar suara retakan kecil.

Krretekk..!

Ian terus menyapukan pandangannya sampai matanya tertuju pada lampu paralon yang panjangnya kira-kira 1 meter. Yang lebarnya ...

Bukan hanya itu pengait dari tempat paralon itu juga nampak bergoyang-goyang padahal tidak ada angin karna semua jendela lab tertutup rapat. Merasa janggal dengan hal tersebut ian terus memperhatikan lampu paralon itu. Karna cukup berbahaya kalau lampu itu sampai jatuh dan menimpa murid yang ada dibawahnya.

Ian melangkah perlahan mendekati lampu itu.  Detik berikutnya lampu tersebut sudah berhenti bergerak, padahal tinggal beberapa langkah lagi ian akan tepat beradai di bawah lampu itu.

"Ada yang bisa kami bantu, ian?" Tanya salah satu teman sekelasnya  yang menyadari akan kehadiran ian ditempat kelompoknya.

"Ha?." Balas ian dengan mulut terbuka.
"Bu-bukan apa-apa kok.. a..aku cuma mau lihat hasil pekerjaan kelompok kalian heheheh."

"Oii!! Sedang apa kau di sana?". Ujar dyan setengah berteriak.

"Jangan ganggu pekerjaan kelompok lain, kelompok mu sendiri saja belum selesai." cibir dyan.

Ian mendecih sebal, "ahhh iya.. iya.. Aku tahu. Aku hanya ingin menggerakkan kaki ku. Rasanya pegal kalau berdiri di satu tempat terlalu lama."

Ian berbalik untuk kembali ke tempatnya namun tanpa aba - aba. Lampu itu langsung jatuh dengan suara gaduh. Ian lekas berbalik dan...

"Awass!!!.."

Pranggg!!!...

Kaca dan beling berserakan di lantai. Beberapa tabung kaca juga ikut pecah. Menambah kekacauan diruangan tersebut.

"Heii.. Kau tidak apa - apa." tanya ian pada siswi yang sempat dia tolong. Ian menjadikan tubuhnya sebagai tameng guna melindungi siswi tersebut dari pecahan kaca dan timpaan lampu paralon.

"Iya a..aku tidak apa - apa." Balas si siswi.

"Hei kalian berdua tidak apa - apa?." andri menghampiri, di iringi dengan beberapa murid lainnya. Namun dari kerubunan itu ian masih dapat melihat siluet bayangan yang berdiri tidak jauh darinya dengan mata yang menatap tajam. Ian memicingkan matanya guna mengetahui siapa.

Dengan mata membola ian menggumamkan satu nama. Dengan wajah terkejut.

Beberapa detik berikutnya bayangan itu pun menghilang.

"Naila"

**********
Yahhh baru up lagi.. Maaf yahhh saya baru muncul lagi. Jujur aja nda terlalu yakin sih ada yang menantikan cerita ini.
(Dh pesimis author T_T)

     



Zian The Indigo BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang