rasa tegang

75 5 0
                                    

Sudah dua puluh menit mereka berjalan-jalan mengunjungi setiap toko yang ada di mall. Akhirnya mereka mencari sebuah kursi untuk beristirahat sejenak.

"Hmmm lumayan mengasyikan." Ujar andri sembari menyender ke sandaran kursi.

"Kita hanya berkeliling... apanya yang mengasyikan?" Tanya ian datar.

"Kurasa sebaiknya kita kembali ke bioskop karna tinggal sepuluh menit lagi filmnya akan dimulai." Saran samira sekaligus mengalihkan pembicaraan sebelum ian dan andri kembali adu mulut.

"Ahh.. kau benar... baiklah ayo!" Andri bangkit berdiri. Di ikuti samira dan lolita.

"Kalau begitu kalian duluan saja... aku mau ke toko buku sebentar." Ujar ian.

"Baiklah tapi jangan lama-lama." Ujar andri mengingatkan.

"Iya-iya untuk ukuran seorang laki-laki kau cukup cerewet ya.." ian meninggalkan ketiga orang lainnya.

"Apa kalian memang seakrab itu?." Tanya samira.

"Yaa tapi semenjak kesalah pahaman itu... hubungan ku merenggang dengannya," ujar andri sendu. "Tapii sekarang semuanya sudah lewat bukan." Dia kembali memasang wajah cerah. "Ayo kita pergi samira." Andri menggenggam tangan lokita dan mulai berjalan.

***

Ian masih asik menyusuri tiap rak buku dengan tangan yang terus menyentuh deretan buku tersebut, hingga sebuah buku yang bertebal kira-kira 4/5 cm bersampul coklat menarik perhatiannya.

Ian menjulurkan tangan menjangkau buku tersebut, namun sayangnya kalah cepat oleh tangan lain. Tangan yang lebih kecil dari ian.

Ian mengalihkan matanya untuk melihat siapa sang empu tangan yang telah merebut bukunya. Ternyata seorang gadis kecil dengan mata sebiru lautan dengan rambut blonde disanggul rendah.

"Imut." ucapan spontan yang di keluar begitu saja dari mulut ian.

"Hmm??.." gadis itu menelengkan kepala karna tidak mendengar gumaman dari ian.

"Aaa!! Bu-bukan apa-apa." Ujar ian di barengi dengan kibasan tangan cepat.

Beberapa menit di isi oleh keheningan yang canggung di antara mereka,  sampai ian tersadar kalau dia harus kembali ke bioskop waktu tersisa tinggal tiga menit lagi.

"Kalau begitu aku pergi dulu... sampai jumpa." Pamit ian. Tapi pergerakan ian terhenti karna tangannya di cekal gadis itu. "Ada apa?"

"Buku ini?" Gadis itu menggoyangkan buku yang di pegangnya.

"Ahh!! Untukmu saja." Jawab ian dan pergi meninggalkan gadis itu sendirian.

"Heii nao kau sudah mendapat bukunya?"
Seorang pemuda menghampiri gadis yang bernama nao tadi. Pemuda jangkung berambut hitam dengan jaket coklat.

"Yaa sudah." Balas nao dengan senyuman yang masih terpatri di wajahnya, menatap arah perginya ian.

"Kenapa kau tersenyum seperti itu?"

"Kau tahu.. sepertinya samira tidak melakukan tugasnya dengan baik."

"???... apa maksudmu?"

"Bukan apa-apa... tadi aku bertemu dengan 'bocah sihir' itu."

"Bocah sihir?"

Zian The Indigo BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang