Part 4

11.5K 1.2K 74
                                    

Hati Baekhyun sungguh sakit ketika binar mata milik wanita itu menghilang kala bersiborok dengan miliknya. Sejak dua jam lalu, bibir ranum itu mengatup rapat enggan melantunkan suara merdunya pada Baekhyun. Padahal pria itu begitu merindukan suara itu memanggilnya.

Dua gelas teh yang tadi mengepul asap kini telah kehilangan hangatnya, Jinyoung duduk di ujung sofa masih betah mengamat dua insan yang duduk di kursi meja makan beriring kesunyian. Ini bukanlah ranahnya, maka lebih baik ia melihat kedua manusia yang menatap dalam arti berbeda.

Bola mata wanita itu tampak tidak fokus, tepat saat netranya menangkap keberadaan Baekhyun dirinya seolah terkena bencana.

"Opp-"

"Hye-" panggilan mereka bersamaan.

Baekhyun memilih memfokuskan diri pada wanita di hadapannya, mempersilahkan setiap kata yang hendak terucap dari bibir itu.

"T-tentang Joon, kita... kita sudah sepakat dia kembali padamu setelah menyelesaikan study perguruan tingginya."

Baekhyun terdiam, maniknya menghujam sendu menatap bola mata itu membentuk lapisan tipis jernih. Mata wanita itu bergerak kesana-kemari menghindari tatapan Baekhyun yang dulu begitu menakutkan baginya.

"S-soal Hana, tolong jangan ambil dia. Biarkan dia tetap bersamaku. K-kau... kau hanya membutuhkan penerus laki-laki, bukan?"

"Hyein..." lirihnya.

"Aku... aku mohon, aku sebatangkara. Biarkan aku memiliki tujuan hidup." Hyein mulai terisak, tubuhnya bergetar hebat, bahunya naik turun akibat nafasnya tak beraturan. Baekhyun berdiri dari duduknya, tungkainya melangkah memutari meja mendekat. Batinnya memberontak melihat Hyein kembali menangis karena dirinya. Detik berikutnya tubuh mungil itu telah berada dalam dekapnya. Tangannya membelai pelan surai kecoklatan sepanjang bahu.

"Maaf." bisiknya bergetar.

Hyein tertegun, ini pelukan pertama pria itu setelah berpuluh tahun lamanya. Mungkin yang pertama bagi Baekhyun yang tidak menyimpannya dalam ingatan. merasa tubuh Hyein berhenti bergetar, ia mengurai pelukan lantas mengusap pipi basah itu. Tanpa sadar, bibirnya dengan lancang mengecup kedua kelopak mata milik Hyein. Jantung Hyein berdetak kencang, kali ini bukan rasa sakit menyelimutinya, melainkan jutaan kupu-kupu berterbangan dalam benak. Selama kehidupannya, baru kali ini ia merasakan kecupan lembut Baekhyun.

Hyein takut hatinya masih tetap sama.

Kepala Baekhyun terkulai lemah di bahu kiri Hyein, air matanya menetes. Rasa bersalah itu begitu menyakitinya. Semua karenanya, seharusnya ia tidak pernah ada dalam hidup wanita ini. Baekhyun sadar ia hanya menoreh luka, namun ia tidak sanggup melangkah tanpa wanita ini. Ia sadar dalam bencinya, sebagian hatinya telah dimiliki Hyein namun ia menepis sekuat tenaga dan kini dialah yang paling menyesali.

"Aku... tidak akan merebut anak kita darimu." ujarnya parau. "Maafkan aku, Hye. Aku memang bajingan."

Bibir Hyein membuka dan mengatup benaknya tak mampu menyusun kata. Ia terlalu terkejut dengan apa yang terjadi saat ini. Pria ini seperti bukan Byun Baekhyun yang dikenalnya.

Pria itu bersimpuh di hadapan Hyein, memeluk kedua kaki dan meletakkan kepalanya di atas lutut Hyein. "Ampuni aku, aku berdosa padamu dan anak kita." bahu Baekhyun bergetar hebat, tangisnya semakin terdengar pilu. Jinyoung memandang sedih tuannya namun tak mampu melakukan apapun.

Dalam hati Hyein begitu ingin mendekap pria itu, namun dirinya tidak mampu. Sebagian dari dirinya menolak, membuatnya hanya mampu terisak tanpa melakukan apapun.

***

Langit malam semakin kelam, tak ada satupun cahaya lagit bersedia bersinar di tengah hamparan gelap. Baekhyun masih memandang hampa, meski secercah bahagia menyertainya tapi rasa sesak dalam dadanya belum hilang sepenuhnya. Wanita itu masih belum memaafkannya, Baekhyun tahu dirinya memang tak termaafkan. Yang paling menyakitinya, Hyein kembali menangis karenanya.

Hurt Me [BBH] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang