Part 10

9.1K 1.1K 81
                                    

Even if I tried to go away, we are tied by our memories

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Even if I tried to go away, we are tied by our memories. Even if we're not at the same place.

Davichi - Forgetting You

Davichi - Forgetting You

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

London 2018

Langit kian jingga berteman hening dua insan dalam mobil bercat gelap. Keduanya tenggelam dalam pikiran sendiri meski bermenit-menit terlewati. Wanita yang kehilangan kata sementara sang pria terseret masa lalu.

Setelah perdebatan sengit antara Hyein dan adik kesayangannya, pada akhirnya mengantarkan mantan suami-istri itu berdiam di depan gerbang sekolah anak mereka. Bungkam menjadi pelengkap hawa yang tengah mencuat dalam dada. Berbeda dengan tadi pagi, pria itu tampak kian suram hingga tak tersentuh.

Memberanikan diri, Hyein memposisikan diri menghadap Baekhyun yang masih dalam sunyi. "Oppa." wanita itu meraih tangan kanan Baekhyun.

Baekhyun menatapnya sejenak lalu menggeleng pelan seolah memberi tahu bahwa dirinya baik-baik saja. Tangan bebasnya menangkup tangan mungil yang menggenggamnya. Pria itu menjatuhkan dahi di atasnya sebelum beranjak keluar.

Hatinya kian kacau akibat rentetan kata dari Jongin menghantamnya telak, seluruh memori bertubi-tubi mengejek diri yang bagai iblis di masa lampau. Nuraninya memanglah nihil kala itu. Bertahun ia menjejak kaki mencari wanita itu dihatui rasa bersalah, semua masih terekam jelas dalam benaknya dan terus mengulang bak kaset rusak. Segala yang ia rasa dalam lima tahun adalah penghakiman Tuhan atas kejahatannya.

"Ayah!" seruan gadis kecilnya membuat Baekhyun terburu merubah raut. Pria itu tersenyum lebar, detik berikutnya dahinya mengerut menangkap kedua anaknya dalam keadaan sama sekali tidak baik.

Ia melangkah mendekat, berjongkok di depan keduanya sebelum membawa dalam dekap. Ada baiknya ia menenangkan sebelum bertanya lebih lanjut atas apa yang dialami anak-anaknya.

"Ada apa?" Baekhyun menoleh saat mendengar suara lembut dari sampingnya, ia menggeleng menandakan ketidak tahuannya.

Hana berhambur memeluk Hyein dan kembali menangis sesegukan, Hyein mengusap kepala anaknya kemudian bertanya. "Kenapa menangis sayang?" ia melerai pelukan untuk menatap wajah sembab putrinya.

"Op-oppa dipukul... Me-mereka jahat bu." ujarnya sesegukan.

"Kenapa bisa dipukul?" Hyein bertanya.

Gadis kecil itu menggeleng kuat kemudian menghapus air matanya dengan lengan.

"Mereka bilang kami tidak diinginkan, mereka bilang ayah tidak sayang kami." Joonyoung menjawab, ia menatap kedua orang tuanya bergantian. "Apa ayah tidak menyayangi kami?"

Baekhyun merasa jantungnya diremas kuat, pria itu merasa sesak menghimpitnya tanpa celah. Hyein beringsut mendekat lalu menangkup wajah pria kecilnya.

"Siapa yang bilang?"

"Hans dan Ferro, mereka mengejek Hana sampai menangis."

"Apa itu yang membuat wajah Young seperti ini?" jemari Hyein menelusuri jejak membiru dan luka di sudut bibir anaknya.

Joonyoung mengangguk pelan, kepalanya menunduk takut dimarahi ibunya. "Young memukul duluan?" sekali lagi ia mengangguk pelan.

Hyein menghela nafas panjang, "Dengar." wanita itu kembali menangkup wajah putranya. "Apa ayah terlihat tidak menginginkan Young dan Hana?" Joonyoung kembali menggeleng.

"Apa ayah terlihat tidak sayang kalian?" pria kecil itu menggeleng lebih kuat.

"Ayah menyayangi kalian, jangan dengar ucapan siapapun, oke?"

"Maaf ibu." Joonyoung terisak. Hyein memgusap air mata anaknya.

"Minta maaf pada ayah, ayah sedih kalian meragukan perasaannya." wanita itu berujar.

Keduanya sontak berhambur memeluk Baekhyun yang sejak tadi hanya diam. "Maaf ayah, kami sayang ayah." ucap mereka bersamaan yang malah semakin menyesakkan hatinya meski secercah bahagia melingkup hatinya.

***

Dalam diam, Baekhyun menggendong Hana memasuki flat milik Hyein. Putri bungsunya itu tertidur setelah lelah menangis, sementara putranya menggenggam erat tangan pria itu. Matanya masih sembab karena menagis selama perjalanan pulang. Joonyoung merasa bersalah sudah menyakiti hati ayahnya.

Setelah memposisikan gadis kecilnya di atas ranjang, Baekhyun berlutut di hadapan Joonyoung. Jemarinya mengusap jejak air mata di pipi anaknya itu.

"Sudah, jangan menangis lagi."

Joonyoung menggeleng kuat, ia malah semakin terisak. "Young jahat pada ayah, Young anak nakal." kedua manik Baekhyun kini berkaca-kaca. Ia segera membawa tubuh mungil itu dalam pelukan. Baekhyun tidak ingin Joonyoung melihatnya menangis.

Ayah yang jahat padamu, nak. Baekhyun membatin.

Tanpa Baekhyun tahu, Hyein mengamat keduanya dari ambang pintu. Setitik belas kasih terasa dalam hatinya, namun masih belum mampu menghapuskan memori kelam dalam benaknya. Ia belum bisa memaafkan Baekhyun sepenuhnya.

Hyein memilih beranjak membiarkan ayah dan anak itu mencurah isi hati. Ia memasuki dapur tanpa tahu apa yang ingin dilakukan, benaknya terus memutar ulang semua yang dialami sejak sembilan tahun silam. Semua luka yang membekas menutup kenangan indah akan pria itu, bahkan sedikit saja ia tidak merasa gejolak bahagia oleh ingatan manis bersama Baekhyun.

Berlarut dalam lamunan, Hyein tidak menyadari Baekhyuk kini tengah menatapnya dari ruang tengah. Pria itu mengambil jas lantas bergegas pergi. Bukan ia tidak tahu penyebab wanita itu merenung, ia tidak sanggup menambah kesakitan pada Hyein lagi.

Belum sempat ia menyentul handle pintu, dua lengan telah mengurungnya. Wanita itu menangis lagi karenanya.

"Pembohong." ujarnya terisak. "Sampai kapan oppa akan membohongiku?"

Baekhyun hanya diam, pria itu memilih menunggu apa yang ingin Hyein ucapkan. Tangan itu beralih memukul punggungnya lemah, isakannya masih terdengar lirih.

"Kau berjanji akan menjagaku... kau berjanji tidak akan membiarkanku menangis... kau bilang ingin mendapat maafku..." Hyein mencengkram kemeja Baekhyun, kepalanya terkulai di punggung pria itu.

"Kenapa selalu bohong?"

Tubuh Hyein seketika hangat dalam rengkuhan, wajah Baekhyun menelusup di pundak wanita itu. "Maaf..." Baekhyun mengeratkan dekapnya, "Aku tidak akan membohongimu lagi."

Melepas rengkuhan, Baekhyun merangkum kedua sisi wajah Hyein. Menghapus air mata yang membasahi pipi tirus Hyein sebelum mengecup dahi wanita itu dalam. Ia menyatukan dahi mereka, maniknya memejam menikmati setiap luka dalam hati.

"Aku tidak akan meninggalkanmu lagi."

***

Warning!
Jangan seneng dulu karena adegan terakhir
I have a surprise for you all wahahaha *ketawa setan*

Semoga suka^^

~D.O's wife~

Hurt Me [BBH] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang