15|

84 9 0
                                    


Jiyeon duduk di kursi, di dekat tempat tidur itu dan termenung. Di atas ranjang di depannya, tubuh Loey masih terbaring tak sadarkan diri. Alat-alat pemonitor kehidupan masih tersambung di badannya, memonitor detak jantung dan pernapasannya.

Jiyeon mengamati lelaki itu dan mengeryit. Tabrakan itu cukup keras menghantam Loey sehingga menimbulkan cedera serius di kepalanya dan jahitan melintang di dahinya. Luka itu mungkin disebabkan karena Loey terbanting dan dahinya membentur aspal. Luka di kepala adalah luka yang paling ringan, masih banyak luka-luka lain di sekujur tubuhnya, di organ dalamnya. Jiyeon mengernyit. Dokter bilang lelaki ini akan sembuh, meskipun membutuhkan waktu pemulihan yang lama.

Kalau nanti lelaki di depannya ini bangun— siapakah yang akan muncul? Chanyeol atau Loey? Siapakah yang sebenarnya paling dia inginkan? Chanyeol yang baik dan penuh kasih sayang kepadanya atau Loey yang mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan Jiyeon?

Pikiran Jiyeon menjadi kalut. Dia bingung bahkan dia tidak bisa membaca perasaannya sendiri. Pikirannya penuh dengan berbagai pertanyaan. Dia memang membenci Loey. Sangat. Loey telah merenggut seluruh keluarganya. Membuatnya sebatang kara di dunia ini hanya karena obsesi gilanya untuk memiliki Jiyeon. Tetapi pada saat yang sama, bayangan akan Loey yang bersimbah darah di aspal, terluka karena menyelamatkannya lalu menanyakan keadaan bayinya menyentuh hatinya yang paling dalam. Bagaimanapun juga, Loey telah dua kali menyelamatkan Jiyeon, dia telah menyelamatkan Jiyeon dari percobaan permerkosaan mengerikan yang dilakukan oleh Daniel, lelaki itu dulu juga merawat luka-lukanya.

Loey bilang dia sudah menguasai tubuh ini sejak sebelum mereka menikah. Tetapi dia memutuskan berpura-pura sebagai Chanyeol dan berlaku baik padanya, bercinta dengannya setiap malam dengan lembut, tidak pernah menyakitinya dan menjaganya. Kenapa Loey repot-repot berbuat seperti itu?

Dia masih ingat akan kata-kata Loey yang diucapkannya dengan ekspresi sedih malam itu. Tidak pernah ada yang menginginkannya. Mungkin selama ini Loey hanya ingin seseorang menginginkannya dengan sepenuh hati. Lelaki itu selama ini selalu sendirian, hidup dalam bayang-bayang Park Chanyeol, kesepian jauh di dalam sana, dan ketika dia muncul yang didapatinya hanyalah penolakan dan ketakutan. Tiba-tiba Jiyeon merasakan simpati yang dalam kepada Loey.

Digenggamnya tangan lelaki itu, dia berbisik lembut. "Aku tahu kalian mendengar di dalam sana. Bangunlah aku menginginkan kalian berdua."
Air matanya menetes, dia mengelus perutnya, tempat buah hatinya dengan lelaki yang sekarang terbaring tak sadarkan diri ini bersemayam. Anak ini adalah buah cintanya dengan Chanyeol, begitu juga dengan Loey. Anak ini adalah anak mereka berdua. Jiyeon tidak bisa mengakui yang satu dan menolak yang lain. Seperti kata Chanyeol dulu, Chanyeol dan Loey adalah satu kesatuan. Kalau Jiyeon mau mencintai Chanyeol, dia harus bisa mencintai dan menerima Loey sebagai sisi gelapnya.

Jiyeon bisa. Dia bisa mencintai mereka berdua. Meskipun ingatan tentang kekejaman Loey membuatnya takut tetapi lelaki itu tidak pernah sekalipun menyakitinya dengan sengaja. Dan mungkin tanpa sadar, karena mencintai Chanyeol, Jiyeon mencintai Loey juga.
Jiyeon lama duduk di kursi itu, menatap tubuh lelaki yang terbaring masih tak sadarkan diri di ranjang di depannya. Lelaki itu adalah ayah anaknya.

Siapakah yang benar-benar dia inginkan?

***
Kyungsoo melangkah mendekati Jiyeon yang masih duduk di kursi di tepi ranjang. Hari ini sudah hari ketiga sejak Chanyeol ataupun Loey tidak sadarkan diri. Jiyeon masih menunggu dengan cemas. Kyungsoo berdiri di dekat Jiyeon dan menatap berganti-ganti.

"Tuan Loey menyelamatkan nyawa anda." Kyungsoo menghela napas panjang. "Dari semua hal yang dilakukannya, saya tidak pernah menyangka dia akan melakukan ini."
Jiyeon ikut menghela napas panjang. "Dia mendorongku dan membiarkan dirinya tertabrak. Kadang aku mengira mungkin saat itu Chanyeol yang melakukannya, bangun seketika dari dalam tubuh itu dan menyelamatkanku. Tetapi ketika aku mendekat dan dia berbicara denganku, aku yakin kalau itu memang Loey. Dia— dia menanyakan kondisi bayiku sebelum dia tak sadarkan diri." mata Jiyeon terasa panas dan dia ingin menangis.

From The Darkest SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang