CH. 3 "...Keluarga baru...kah?"

0 0 0
                                    


Hari untuk Ami melanjutkan mimpinya pun tiba. Orangtuanya yang baru saja tiba semalam sebelum keberangkatannya, juga ikut mengantar Ami ke bandara. Perasaan senang, sedih, takut, dan khawatir dengan apa yang akan dihadapinya di Jepang, ditutupinya dengan senyuman. Ibunya yang sedari tadi memegangi tangannya pun akhirnya melepasnya perlahan, sambil terisak.

“hati-hati ya disana. Kalau sudah malam, tidak perlu pergi keluar. Kalau terpaksa pergi, ajaklah temanmu yang laki-laki” kata ayahnya sambil menepuk-nepuk pundak Ami.
Sama seperti Ami, dia menutupi perasaan sedihnya dengan terus tersenyum.

“tenang saja. Aku akan baik-baik saja disana.” ujar Ami meyakinkan orang tuanya.

“aku berangkat dulu ya. Ibu, ayah.”

Ami memeluk orang tuanya bergantian, kemudian  dia pun pergi sambil sesekali melambaikan tangannya pada orang tuanya.

Perjalanan selama 2 jam ke negeri Sakura menjadi hal baru bagi Ami. Selama perjalanan dia sibuk bermain-main dengan monitor kecil didepannya. Mungkin inilah yang disebut ‘kampungan’ oleh orang-orang yang sudah terbiasa menggunakan pesawat. Tapi, dia tidak memperdulikan hal itu dan terus mengutak-atik monitor touchscreen  itu.

Setibanya di Jepang, dia telah ditunggu oleh 2 orang perempuan yang sedang berdiri di luar pagar gerbang kedatangan sambil memegang papan bertuliskan namanya.

“Ami?” tanya salah seorang perempuan itu sambil memasang senyum yang memperlihatkan lesung pipinya. Temannya juga memandang Ami dengan antusias.

“ah, iya. Saya Ami.” Jawab Ami sambil membalas senyuman manis itu.

“aku astrid, dan ini rina, panggil saja begitu. Senang bertemu denganmu” sapa perempuan berambut pendek itu sambil mengulurkan tangannya, diikuti temannya.

“senang juga bertemu mbak.” Ami menyalami mereka secara bergantian.

Tiba-tiba, gadis yang dipanggil rina itu berseru sambil melambaikan tangannya

“suryaa, sinii”

Ami sontak menoleh setelah mendengar nama itu. Dan ternyata benar. Anak si pemilik toko jam itu berjalan menuju ke arah mereka sambil membawa koper silvernya.

“aku sudah melihatmu, bodoh. Tidak perlu berteriak seperti itu.” Katanya sambil menepuk pelan kepala Rina.

“lalu, kenapa kamu celingukan tadi? dasar” balas Rina ketus.

Ami yang masih tidak percaya dengan keadaan itu, terus memandangi Surya. 

“kita bertemu lagi ya” ujar Surya sambil tersenyum padanya.

Astrid dan Rina saling berpandangan, mereka terlihat penasaran dengan dua orang didepannya yang terlihat seperti pasangan yang baru bertemu setelah sekian lama terpisah.

“kalau begitu ayo pergi” Astrid mendehem, menyadarkan lamunan panjang Ami.

Ami terlihat canggung karena duduk bersebelahan dengan Surya di jok belakang mobil. Rina yang menjadi supir mereka hari ini, sesekali melihat ke belakang melalui spion di dalam mobil itu. Karena tidak bisa menahan rasa penasarannya lebih jauh lagi, dia pun memecah keheningan dalam mobil itu.

“apa kalian saling mengenal?” tanyanya terang-terangan.

Ami terkejut mendengar pertanyaan itu, tapi dia merasa malu untuk menjawabnya.

“ya, aku bertemu dengannya di toko ayahku. Tapi, aku tidak menyangka dia benar-benar akan kesini. Kenapa? Kamu cemburu?” tanya Surya sambil menahan tawa.

Astrid tertawa keras mendengar lelucon Surya yang tidak terduga itu.

“hahaha…rina…rina. Harusnya kamu menanyakan itu nanti. Atau kamu ingin menyombongkan pernyataan cintamu yang gagal itu pada adik kelas?” katanya sambil terus tertawa.

PathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang