CH. 1 Keinginan dan Ketakutan

1 1 0
                                    

Ami, gadis dengan rambut sebahu itu tengah fokus dengan rentetan tulisan di laptopnya. Kacamata hitamnya sesekali ia naikkan. Resiko hidung pesek -yang terlihat sedikit mancung sebenarnya.

Sudah 3,5 tahun dia berada di kota pendidikan, katanya.
Dan di Universitas terbaik, katanya.

Rentetan tulisan itu tentunya apa yang disebut mahasiswa zaman sekarang sebagai skripsweet.
Sebenarnya, itu sarkasme.
Ada-ada saja.

Tak lama kemudian, dua orang temannya datang dan duduk disebelahnya. Tatapan Ami sedikit jijik, dan merasa risih melihat mereka.

Kenapa? Tentu saja karena tingkah mereka yang lovey-dovey.
Bukannya tidak memberikan hak pada mereka untuk bertingkah seperti itu, tapi seharusnya mereka tidak kesini.

Memang, tempat yang memiliki 4 parasol yang didesain sedemikian rupa menjadi tempat nongkrong mahasiswa ini dipenuhi tidak hanya laki-laki, tapi juga perempuan. Hanya saja, mereka bercengkrama dalam batas normal. Ada juga yang sedang menikmati rokok atau vape-nya.

“aku mau beli es krim dulu ya” kata si cowok sambil berjalan ke kantin.

“aku juga beliin yaa” balas si cewek dengan nada manja.

Ami memasang poker face, karena dia tidak ingin si cewek tau kalau dirinya sedang menertawakan tingkahnya itu dalam hati.

“oh, Ami. Kamu ngapain disini?” tanya si cewek itu sambil memasang senyum manisnya.

“ah, aku lagi ngerjain skripsi” jawab Ami santai.

“waah, udah ngerjain sampai mana?” tanyanya lagi

“baru 3 bab. Hehe…” jawab Ami sambil tertawa kecil.

Ami yang sedikit perfeksionis masih saja memoles tulisannya yang sudah cukup bagus. Dia khawatir akan mendapat banyak coretan seperti proposalnya.

Akhirnya, si cowok datang membawa 2 bungkus es krim vanilla di tangan kanan dan air mineral di tangan kirinya. Setelah memberikan satu es krim pada si cewek, dia duduk di sebelahnya.

“oh, ami, kamu juga suka nongkrong disini?” tanyanya

“nggak, cuma hari ini saja. Tempatku yang biasanya sudah penuh”

‘Ah, pasangan ini terlalu ramah, aku sudah hilang fokus dua kali berturutan,’ pikir Ami.

Bukan hanya itu, cara mereka berbincang benar-benar membuat Ami semakin merasa jijik
Dan lebih menyebalkan lagi, dia pernah merasa suka pada si cowok.
Sekarang dia menyesal karena pernah menyukainya.

Ami membereskan barangnya dan beranjak pergi dari tempat itu.

“kamu mau kemana?” tanya si cewek

“perpustakaan. Ada buku yang harus aku cari. Aku pergi duluan ya” jawab Ami sambil berjalan pergi.

Dia terpaksa berbohong. Tidak mungkin dia mengatakan kalau dirinya merasa jijik dengan tingkah mereka.

Memasuki semester (hampir) akhir, membuat Ami memiliki banyak waktu kosong. Dia mengisi waktunya dengan menjadi guru privat. Sebenarnya, anak SMA kelas 1 bernama Nia itu sedikit sulit untuk diajari. Ami pernah berpikir untuk berhenti mengajarinya, tapi dia tidak melakukannya karena sifat Nia yang tidak mudah putus asa. Ami sangat menyukai anak itu. Seperti adiknya yang sudah tidak bisa dia temui lagi.

PathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang