CH. 10 "selamat ulang tahun!"

0 0 0
                                    

“kamu yang membawa ini, biar aku yang membawa minumannya” kata Surya sambil memberikan sekotak popcorn caramel pada Rina, sementara ia menunggu minuman mereka selesai dibuat.

Setelah itu, mereka pun memasuki ruang bioskop dan duduk di kursi yang sudah mereka booking. Dua orang itu tidak terlihat menikmati film yang tengah diputar. Wajah mereka diselimuti kegelisahan. Yang satu berpikir keras bagaimana harus mengakhiri malam itu. Dan yang satunya terlihat menebak-nebak apa yang akan terjadi selanjutnya.
Popcorn yang mereka beli hanya berkurang sedikit, bahkan masih terlihat penuh.

Dalam 2 jam film itu pun berakhir. Surya dan Rina yang sejak awal kalut dengan pikirannya masing-masing, tersentak karena melihat orang-orang sudah berhamburan keluar. Mereka pun ikut berjalan keluar dengan kecanggungan yang masih belum mereda.

“rin, mau ke Tokyo tower?” tanya Surya tiba-tiba. Dia menggunakan seluruh keberanian yang ia kumpulkan sejak tadi, dan memutuskan untuk tidak menjadi pengecut lagi.

Rina pun mengangguk sambil tersenyum lebar. ‘dia benar-benar lucu’ pikir Rina.

Setibanya disana, mereka berkeliling menikmati pemandangan malam di bawah menara Tokyo yang megah itu. Tidak hanya mereka, tempat yang menjadi titik utama di Tokyo itu juga dipenuhi oleh banyak orang yang berjalan berpasangan ataupun sendirian. Tentu saja, berjalan seorang diri di tempat itu tidak selalu menjadi hal buruk, hanya saja tidak lazim.

Mereka pun mengakhiri sightseeing malam itu di Shiba Park yang ada di dekat Tokyo Tower. Saat berjalan mengelilingi taman, tiba-tiba Rina menghentikan langkahnya yang membuat Surya juga menghentikan langkahnya seketika.

“ada apa?” tanya Surya dengan raut wajah heran.

Rina tidak menjawab apapun dan langsung memeluk Surya.

“kenapa sejak tadi kamu tidak mengatakan apapun? Bukannya kamu mengajakku keluar malam ini untuk mengatakan hal itu?” tanyanya sambil membenamkan wajahnya di dada Surya.

Surya terkejut dengan sikap Rina yang mendadak. Untuk sesaat napasnya seolah terhenti. Dia masih belum berani membalas pelukan itu.

“kamu bersikap seperti cowok karismatik, tapi hal seperti ini saja tidak bisa diatasi. Apa kamu tidak malu?”

“a..aku tidak…pernah bersikap seperti itu..” balas Surya terbata-bata. Wajahnya semakin terlihat gugup.

“aku menyukaimu”
Ketegangan di wajah Surya sedikit memudar. Entah karena dia merasa lega mendengar perkataan itu, atau merasa kecewa karena bukan dirinya yang lebih dulu mengucapkan kalimat itu.

“kalau kamu menolakku lagi, awas ya..” Rina pun melepaskan pelukannya, tapi sebelum dia melakukan itu sepenuhnya, Surya kembali menariknya ke dalam pelukannya.

“kenapa kamu membuatku terlihat seperti pengecut? Bodoh” ujar Surya.

“kalau begitu harusnya kamu mendahuluiku. Bagaimana bisa kamu membiarkan seorang cewek mengatakannya lebih dulu?” gerutu Rina sambil membalas pelukan Surya.

“aku juga menyukaimu” ucap Surya dengan pasti. “dulu aku menolakmu karena aku merasa belum siap. Tapi, sejujurnya, waktu itu aku sangat senang”

Surya pun melepaskan pelukannya. Kedua tangannya menyentuh pipi Rina dengan lembut, dia menatap Rina sambil tersenyum bahagia. Bagi Surya, mengatakan sesuatu yang selama ini dia anggap cringey itu membutuhkan sesuatu yang lebih dari sekedar keberanian. Dia memilih untuk menghilangkan sikap pengecut-nya itu, karena kalau perasaan itu hanya terpendam begitu saja, tidak akan ada seorang pun yang tahu.    

Akhir pekan yang bagi Andre datang lebih lambat dari sebelumnya pun tiba. Dia datang 30 menit lebih awal dari waktu yang dijanjikan. Andre berdiri di dekat vending machine minuman yang ada di dekat lintasan kereta api bawah tanah.

PathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang