Quidditch and Buttercups

2.1K 416 92
                                    


"Ayolah, Allen, sekali saja. Aku kan temanmu."

"Tidak, Wonwoo. Aku tidak mau. Kau saja nonton sendirian sana. Kita terlambat dan kau masih memikirkan olahraga itu."

Minhyun melanjutkan memakan roti miliknya, tanpa mengindahkan teman seasramanya yang kini merengek minta ditemani. 10 menit lagi kelas Rune kuno dimulai dan ia belum sampai di kelas. Ia mempercepat langkahnya, begitu juga dengan pria disampingnya.

"Al, kumohon. Aku ingin melihat seseorang di pertandingan itu, temani aku, ya, ya?"

"Al, jangan terburu-buru! Profesor Babbling pasti tak akan menghukum kita!"

"Al, please. Listen to me!"

Great, setelah aku telat bangun, hanya sarapan roti, sekarang disampingku ini adalah seorang pria paling berisik setelah Seongwu. batin Minhyun nelangsa.

Minhyun segera masuk kedalam kelas dan bersiap meminta maaf karena keterlambatannya, tapi sepertinya dewi fortuna sedang bersamanya, karena kelas hanya terisi oleh sebagian anak Ravenclaw dan anak seasramanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Minhyun segera masuk kedalam kelas dan bersiap meminta maaf karena keterlambatannya, tapi sepertinya dewi fortuna sedang bersamanya, karena kelas hanya terisi oleh sebagian anak Ravenclaw dan anak seasramanya. Tak ada guru, kelas kosong. Oh, senangnya.

"Sudah kubilang, Al. Tak perlu takut, Profesor pasti sedang mabuk dengan buku rune kuno yang bahkan aku tak bisa baca judulnya."

"Slytherin dan mulut tajamnya." Ucap Minhyun pelan; melupakan sejenak bahwa ia Slytherin, menarik kursi yang kosong dan duduk, mulai mengeluarkan buku dan tinta pena. Sontak, Wonwoo menarik pena yang Minhyun pakai dan memantrai pena itu menjadi pesawat kertas. Minhyun cemberut, apa apaan anak ini, pikirnya.

"Hey, berhenti belajar, kita belum selesai. Temani aku menonton pertandingan Gryffindor-Hufflepuff nanti, aku tak menerima penolakan."

"Wonwoo, dengar. Aku tidak suka menonton pertandingan itu, berhenti memaksaku. Lagipula, kenapa kau tidak nonton sendirian saja? Atau ditemani Taeyong?"

"Oh, aku tidak mau menonton sendirian, dengan jubah hijau perak ini, apa kata orang nanti aku berada didalam gerombolan mereka?" Wonwoo menyibak jubahnya, Slytherin dan harga dirinya yang tinggi, batin Minhyun menghina asramanya, sekali lagi.

"Oh lihat, ada Xaverian Hwang, teman kita." Tiba-tiba saja, ada yang menggebrak meja Minhyun dan Wonwoo. Mereka menoleh dan mendapati seorang perempuan, dan beberapa temannya menatap Minhyun sinis. Wonwoo yang berada di samping Minhyun juga balas menatap mereka sinis.

"Kau lagi, Haynsworth. Apa maumu?" Minhyun berucap tenang. Ia sangat mengenali perempuan didepannya. Elena Haynsworth, Ravenclaw berdarah murni. Sejak tahun pertama, ia selalu mengganggu Minhyun, entah kenapa. Hanya saja, jika dulu Minhyun hanya menunduk jika diganggu, kini ia berani mengangkat dagunya angkuh. Huh, khas seorang Slytherin.

"Jangan berucap kasar pada wanita, Hwang. Kau tahu, itu menyakiti hatiku."

"Jangan menganggu kami. Pergilah dengan tenang." 

─; Flower-ian [MinhyunBin] [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang