5

392 100 29
                                    

Matanya menerawang ke langit-langit kafe.

"Sugar, rupanya kafe favoritmu nyaman juga, ya. Sebenarnya, aku berencana mengajaknya minum kopi di kafe ini." Suga dengan gembira, mengunyah makanan ringan yang disediakan.

Aku hanya bisa terdiam, melihat wajah rupawan yang berseri-seri. Matanya bagai berbintang, seperti kilau di langit malam.

Pemuda itu mengecek arloji yang melingkari pergelangan tangannya. "Hei, aku pergi dulu, ya. Aku harus menjemputnya." Kemudian, ia berlalu.

Begitu, selalu begitu.

;

Note: Aku mau hiatus. Tapi gatau deh. Haha.

himTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang