Bandara Soekarno Hatta, 17.00
Rombongan menaiki tangga pesawat Singapore Airlines yang akan transit di Singapura terlebih dahulu lalu terbang ke Dubai. Dari bandara Dubai langsung mengambil penerbangan menuju bandara internasional Kairo, Mesir. Begitu tiba di luar bandara, rombongan disambut oleh staf KBRI dan langsung menuju KBRI dengan minibus. Dari bandara, rombongan langsung menuju penginapan yang dekat dengan KBRI. Besok jika tak ada halangan pasti, semua akan masuk ke Gaza, dijemput oleh mobil palang merah yang bertugas di Rumah Sakit asy-Syifa.
Malam di bawah langit Gaza yang hitqm pekat, dokter Zakia menghampiri Devin yang berdiri sendirian di luar penginapan, menyaksikan pemandangan langit Mesir, di mana sang penguasa lalim pernah berkuasa, Fir'aun. Dan sekarang di sini berdiri pusat peradaban ilmu yang terkenal, Universitas al-Azhar, berbeda 180 derajat dari zaman terdahulu.
Dokter Zakia mengajaknya berbincang sejenak.
"Dokter Zakia?"
"Panggil saya Zakia saja...," pintanya. Devin mengangguk kecil.
"Engkau sendiri wanita yang dikirim ke Gaza dari kantor jurnalis D'Islamic bukan?"
"Begitulah...," jawab Devin, sekenanya.
"Kau tahu, Gaza amat riskan untuk wanita seperti anti tanpa pengayom di samping..."
"Maksud Dokter?"
"Saya ingat saat pertama tugas di sini tanpa suami, semua menakutkan, Devin. Gaza bukan seperti Indonesia. Tentara Israel sangat berbahaya untuk kita kaum wanita, maka keberadaan lelaki adalah hal yang wajar kita butuhkan sebagai pelindung dikala kita dalam kesulitan apa pun."
"Hemm, aku tahu. Aku selalu mengikuti berita-berita mereka dan menjadikannya kliping. Hampir setiap hari aku membaca berita itu. Trus, apa maksud Dokter bertanya itu?" tatap Devin, menunggu jawaban itu keluar dari bibir mungil Dokter Zakia. Dokter yang lebih tua satu tahun darinya.
"Demi keamananmu, menikahlah...," ucapnya santai, dengan penekanan yang terasa menghujam jantung Devin.
"What?" delik mata Devin, memutar posisi menghadap dokter Zakia."Itu ide yang baik, Devina..."
"Dan tidak menurutku..."
"Please, demi keamananmu..." ucapnya dengan nada memohon. Devin menghela napas bergantian menatap Dokter Zakia dan lantai di depannya.
"Apa tak ada cara lain?" Devin berharap ada fleksibilitas yang lain yang lebih baik dan menguntungkan dirinya.
"Ada...," senyum Dokter Zakia.
"Apa?"
"Tinggallah di sini sampai kami kembali..."
"Hah?"
•••••
Maaf baru bisa update, dari kmarin banyak kegiatan yg nggak memungkinkan untuk up...
Ini jg pendek banget yah...😟
Mohon maaf mohon maaf.... 😂😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Gaza I'm Coming
SpiritualDi Tengah Desingan Peluru, Cinta Itu Bersemi.. ••••• "Kamu ingin meliput Gaza?" tanya Devin pasti, hingga ia terlonjak dari duduknya. "Ya. Aku ingin menaklukkan Gaza dengan kameraku ini," balasnya meyakinkan. Sungguh, ia seperti aku.. Dengan gelega...