KENDARAAN terus melaju sedang. Devin yang sedari tadi malam tidak tidur tenang akibat memikirkan tentang pernikahan, akhirnya tanpa sadar terpejam.
Sesuai agenda, rombongan akan berhenti sejenak di Al-Arish, dengan jarak tempuh Kairo-al-Arish 5 jam perjalanan, maka Devin memilih memejamkan mata sejenak di samping Misy'al yang kini membuka Al-Qur'an pocket nya. Guncangan kendaraan begitu kencang, hingga kepala Devin yang tadinya bersandar pada jok kendaraan jatuh tepat di pundak Misy'al. Misy'al memegang kening Devin, menahannya agar tak banyak goyang hingga istirahatnya tak maksimal. Ada senyum tipis tersungging pada bibir Misy'al. Ia pun meneruskan bacaannya dengan tangannya memegang kening Devin.
"Istirahat sejenak di al-Arish, di sana ada hotel yang bisa kita temapati sambil menunggu surat dari BIM yang dijanjikan keluar hari ini..." ungkap dokter Ibnu, dibalas ucapan setuju oleh relawan lainnya, begitu pun Misy'al.
Rombongan istirahat sembari menunggu. Alhamdulillah, 2 jam kemudian surat perizinan dari BIM keluar dan langsung diantar oleh Hamdan, mahasiswa Indonesia yang menuntut ilmu di al-Azhar.
"Syukran, akhi.."
"Semoga Allah menjaga derap langkah kalian hingga kalian kembali ke Mesir.." doanya, yang diaminkan semua, begitu pula Devina yang terbangun sejak tadi, dengan mendapati Misy'al yang masih menahan pundak untuknya. Matanya mendelik lebar.
"Kamu? Maaf.." ucap Devin, kalem. Misy'al menanggapi dengan senyum kecil, hanya dengan senyuman. Only that!
"Yuk, bismillah 40 km lagi kita sampai di perbatasan.." ucap dokter Ibnu selaku pemimpin rombongan, yang menjadi imam selama perjalanan. Semua relawan dan dokter masuk ke dalam kendaraan kembali untuk melanjutkan perjalanan yang tertunda. Allah memudahkan jalan mereka, yah tak sulit seperti yang dibayangkan sebelumnya. Allahu Akbar! Allah menyertai niat dan perjalanan kami.
Menuju perbatasan Rafah, Devin beserta rombongan tak menemukan sesuatu yang mengejutkan atau menakutkan hingga harus paranoid terhadap kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi kapan pun, seperti sabotase oleh pihak-pihak yang ingin kami tak memasuki Gaza. Sampai di perbatasan Rafah, Devin mengitari pemandangan sekitar, beruntung yang menjaga perbatasan adalah tentara Mesir yang ditempatkan khusus, bukan tentara Israel yang pasti rese berat melihat rombongan kemanusiaan yang membawa misi mulia. Untuk kesembuhan masyarakat Palestina. Sejauh pandangan Devin, tak menemukan bangunan layaknya Mesir dengan gedung-gedungnya. Mereka pun harus menunggu di pinggir jalan tanpa atap peneduh dari panas matahari atau pun hujan jika mengguyur turun.Cuma warung sederhana yang ditunggui oleh ibu dengan abaya bututnya. Inilah negeri konflik, tak ada yang memadai untuk mereka, maka apakah masih enggan hati ini untuk berbagi?
Sang ibu berdagang kurma dengan kualitas tak biasanya, beserta kacang almond. Devin menujunya, membeli kurma juga kacang almond untuk bekal perutnya yang serasa ingin mencicipinya. Mumpung di sini...
"Yuk.." ajak Misy'al membuat Devin tersadar. Dokter ibnu telah menyelesaikan segala sesuatunya, rombongan tinggak menyeberang hingga kantor imigrasi.
Lagi-lagi semua dimudahkan oleh-Nya hingga rombongan tak harus menanti lama dengan penantian panjang. Rombongan mulus masuk perbatasan Gaza yang disambut antusias oleh relawan yang lebih dulu masuk ke sana beserta rombongan jurnalis dari negara lain yang terpanggil menjadi tamu di Gaza."Ahlan wasahlan saudaraku.." peluk mereka satu per satu. Devin mengatupkan tangan ke dadanya sebagai bentuk penghormatan di pada mereka dan pengharagaan atas Islam yang mengatur demikian.
"Menuju Gaza City, kita harus menempuh perjalanan sekirat 30 km, tapi itu nanti. Silahkan istirahat sejenak.." Lelaki janggut tipis murah senyum itu mempersilahkan rombongan memasuki tempat sederhana yang merupakan tempat khusus menjamu tamu tatkala sampai perbatasan. Yah, mereka adalah tim otoritas perbatasan, menyambut antusias, penuh ukhuwah. Inilah indahnya Islam saudaraku, rahmatan lil'alamin..
"This is invisible hand.." ucap syukur seorang pemuda seusia Devin tatkala dokter Ibnu menceritakan kemudahan urusan administrasi memasuki perbatasan. Yah, tangan-tangan yang tak terlihat menolong perjalanan kami...
•••••
Assalamu'alaikum..
Alhamdulillah update lagi.. ☺
Maaf yah pendek.. 😂
Ditunggu terus ya kelanjutannya.. 😉
Wassalam...
KAMU SEDANG MEMBACA
Gaza I'm Coming
SpiritualDi Tengah Desingan Peluru, Cinta Itu Bersemi.. ••••• "Kamu ingin meliput Gaza?" tanya Devin pasti, hingga ia terlonjak dari duduknya. "Ya. Aku ingin menaklukkan Gaza dengan kameraku ini," balasnya meyakinkan. Sungguh, ia seperti aku.. Dengan gelega...