Dokter Zakia beranjak masuk penginapan, membiarkan Devin berpikir sendiri, memandang langit Gaza.
Sedang di dlsebelah, dua kamar dari kamar Devin yang gordennya kini terbuka, duduk dua lelaki yang tengah memperhatikan Devin tanpa Devin sadari. Mata yang memperhatikannya ialah milik Misy'al juga dokter Ibnu, suami dari dokter Zakia."Menikah? Ya Allah, itu bukan tujuanku ke sini.. Tapi apa yang mesti ku lakukan?" tanya Devin sendiri, yang pada akhirnya membenarkan kata-kata Zakia, melihat posisinya yang satu-satunya jurnalis wanita.
Mungkin jika ada jurnalis wanita lain, Devin takkan dilema seperti ini, karena ia punya teman berbagi dan saling bergantung tatkala ada sesuatu yang tak ia inginkan.
Namun, jurnalis itu hanya dirinya seorang.
Benar-benar, satu-satunya hal yang membuatnya stres berat selain dikejar deadline adalah hal ini, memikirkan pernikahan dengan orang yang amat langka baginya.
Muhammad Misy'al Syuhada!
Sungguh benar-benar bingung!"Sepertinya, aku harus mencari jawaban dari kebingunganku ini. Ya!" langkah kakinya pun berputar masuk ke dalam. Malam telah larut, ada saat di mana ia harus meluangkan pikirannya agar benar-benar fresh, jadi ketika memutuskan sesuatu tidak dengan emosi semata.
Harus dengan pertimbangan!•••••
KAMU SEDANG MEMBACA
Gaza I'm Coming
SpiritualDi Tengah Desingan Peluru, Cinta Itu Bersemi.. ••••• "Kamu ingin meliput Gaza?" tanya Devin pasti, hingga ia terlonjak dari duduknya. "Ya. Aku ingin menaklukkan Gaza dengan kameraku ini," balasnya meyakinkan. Sungguh, ia seperti aku.. Dengan gelega...