page six

252 29 0
                                    

Daegu, 16 April 2008




Tetangga baru tersebut sudah tiba dari kemarin. Harusnya aku menulisnya, tapi sayangnya aku tidak ada di rumah beberapa hari ini jadi bukunya tertinggal di rumah. Ada Nyonya Kim disana. Aku memanggilnya Ibu Kim. Ibu Kim baik sekali. Ia bahkan sudah dekat dengan Ibu Kang hanya dalam beberapa jam. Tuan Kim juga punya sifat humoris. Ia suka mengeluarkan lelucon yang membuat kami semua tertawa.

Lalu ada Kim Junmyeon. Dia anak Ibu Kim. Kak Junmyeon sangat baik, satu tingkat di atasku. Perawakannya tenang dan tegas, mirip ayah. Kak Junmyeon punya senyum menenangkan, dan hal itu membuatku nyaman berada di dekatnya. Kak Junmyeon seperti seorang kakak yang melindungi adiknya. Waktu itu dia yang membantuku ketika aku kesulitan mengambil panci di atas lemari karena tinggi badanku.

Katanya, lebih baik meminta bantuan daripada bertindak sendiri lalu pada akhirnya justru salah.

Jujur saja, aku malu sekali.

Keluarga Kim benar-benar keluarga yang hangat. Keluarga kami begitu cepat akrab dengan keluarga mereka, bahkan Seulgi sudah berani memanggil Ibu Kim dengan sebutan ibunya juga.

Awalnya aku pikir keluarga Kim hanya tiga orang saja, sampai aku melihat seorang anak laki-laki masuk dari pintu depan dengan seragam SMP yang tampak kucel. Ibu Kim spontan mengomel, menjewer telinga si anak dan memarahi betapa kotornya dia.

Anak itu hanya meringis, lalu tanpa sengaja melihatku yang juga memandanginya.

Aku mengenalnya, sangat.

Anak yang di halte, kedai mi, dan toko.

Dan hari ini aku mengetahui namanya.

Dan hari ini aku mengetahui namanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
lost stars. | vreneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang