page four

372 34 0
                                    

Daegu, 11 April 2008




Kalau aku punya waktu luang, aku akan membantu Ibu Kang di toko miliknya. Biasanya aku akan bertugas melayani orang yang datang, menghitung berapa belanjaan mereka, memberikan kembalian kalau ada seraya mengucapkan terimakasih. Kadang-kadang, Seulgi juga membantuku. Aku suka menggoda Seulgi, karena matanya akan terlihat sangat lucu kalau tertawa. Mirip seperti beruang yang di televisi.

Malam itu, ada dua bocah datang ke toko. Yang kuingat, salah satu diantara mereka menggoda Seulgi-hingga membuat pipi beruang itu merona. Hei, bagaimana bisa bocah seumuran mereka tahu hal-hal begitu? Demi kebaikan Seulgi, aku memisahkan dua anak yang berbeda setahun itu, memberikan mereka ceramah gratis tentang Masa Depan yang Baik dan Benar.

Sebagai kakak, aku harus memberi contoh yang benar untuk anak-anak seperti mereka. Mereka masih kecil, belum pantas mengetahui hal-hal yang seharusnya dilakukan oleh orang dewasa.

Tapi, aku mulai menyadari, jika wajah anak lain yang bersama anak bermata sipit tadi sangat familiar.

Dia anak yang di halte dan kedai mi.

Pertama kali kulakukan, aku membeli sebuah susu kotak dan roti. Aku meletakkannya dalam kantung plastik, menyerahkannya pada anak laki-laki itu. Awalnya ia tercengang, sampai akhirnya aku menjelaskan mengapa aku melakukan itu.

Senyum itu muncul lagi.

Dan kali ini, aku membalasnya lebih manis dari yang waktu itu.

Dan kali ini, aku membalasnya lebih manis dari yang waktu itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
lost stars. | vreneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang