page fifteen

181 37 1
                                    

Daegu, 30 Desember 2008









Untuk Taehyungie,

Selamat ulang tahun!

Ini adalah pertama kalinya kita merayakan ulang tahun bersama. Seulgi sangat antusias, ia yang membantu menata dekor bersama Seungwan dan Yoongi. Oh iya, mengenai mereka berdua, aku sama sekali tak pernah mendengar rumor putus atau apapun yang membuat hubungan mereka goyah. Yoongi memang sangat menyayangi Seungwan, begitupula dengan Seungwan sendiri. Ah, aku iri karena betapa beruntungnya temanku itu.

Andai aku juga bisa seperti Seungwan.
(Joohyun, jangan banyak mimpi! Tercoret).

Ibu Kang memasak banyak hari ini. Seulgi mengundang semua teman-temannya, mulai dari anak sipit yang tempo hari menggodanya (belakangan ini aku mengetahui namanya Jimin), Sana, Taeyong Rena, Lami, Jinyoung, Jaebum, Jongin, Tao, Mingyu, Lisa, Jennie, Jisoo, Eunseo—dan masih banyak lagi teman-temanmu lainnya yang tak bisa kusebutkan satu per satu. Jimin sangat berisik, yang ia lakukan hanya menggoda Seulgi saja.

Taehyung, tahu tidak? Aku menertawakan diriku sendiri waktu itu. Miris sekali aku dilangkahi oleh dua orang bocah.

Aku sempat menolak ketika Yoongi dan yang lain berencana mengerjaimu. Tapi, ya, aku tidak bisa melawan mereka. Yoongi membohongimu kalau aku kecelakaan dan koma—bukankah itu terlalu berlebihan?! Kau jelas sangat panik, hingga akhirnya semuanya berakhir dengan kejutan kami untukmu. Dan di akhir kau menangis, hahaha lucu sekali.

Aku ingat sekali, wajahmu cemberut waktu aku bilang kalau aku tak menyiapkan apapun sebagai kado ulang tahunmu. Sumpah, rasanya aku mau mempotret wajahmu tadi. Wajahmu konyol sekali, Taehyungie! Padahal aku berbohong hehehe. Tapi kuurungkan karena wajah kusutmu itu. Tahu tidak, Tae? Itu menggemaskan sekali.

Aku jadi semakin suka melihat wajahmu.

Nah, waktu acaranya sudah selesai, aku kaget karena hadiahnya tidak ada. Padahal aku sudah menyiapkan sebuah jaket baseball merah baru untuk Taehyungie—jaket yang pastinya lebih bagus dari yang dulu. Aku terus mencari, hingga aku ingat kalau aku meninggalkannya di halte. Bodoh! Joohyun, kenapa kau teledor sekali?!

Dan... yah, kuakui juga padamu.

Tapi, di luar dugaan, kau malah memelukku. Suaramu terdengar jelas di telingaku, membuat sebuah rasa menggelitik di dadaku dan itu benar-benar aneh—rasanya benar-benar membahagiakan.

Aku tidak tahu itu apa namanya.

Katamu,

"Asal bukan Kak Joohyun saja yang hilang. Kalau Kakak yang hilang, semua kebahagiaanku juga akan menghilang."

Bodoh, Taehyung. Kau membuat jantungku serasa mau copot.

Seperti ada debaran.

Itu apa namanya?

Debaran aneh?
(Tercoret).

Kasmaran?
(Tercoret).

Sesuatu yang berbahaya?
(Tercoret).

Ya ampun Joohyun-ah kau meninggalkan banyak coretan!
(Tercoret).

Entahlah.

Yang pasti, debaran itu semakin terasa keras ketika kau mengajakku tidur di kamarmu lagi—ketika kau melingkarkan tanganmu di pinggangku, tertidur pulas.

Ah, kepanjangan ya, Tae? Aku terlalu semangat menulis sampai tak menyadari kalau aku sudah menghabiskan satu setengah lembar kertas. Atau... karena ada namamu jadi aku bersemangat?

Joohyun, ngomong apa lagi sih?

Hehe, Kakak sudahi dulu ya. Sekali lagi, selamat ulang tahun Taehyungie. Jadilah anak yang baik. Jangan bersedih lagi, mari berbahagia bersama. Tidak boleh nakal lagi!

Sampai jumpa,

Kakak sayang Taehyung.

Kakak sayang Taehyung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
lost stars. | vreneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang