05. pasrah

75 13 0
                                    

"Oke oke oke. Kita mulai acaranya ya! Kita harus liat sebenarnya kalau vinda beneran bisa masak nasi goreng atau nggak, dan yg udah sama sama kita sepakati kalau vinda kalah dia harus buatin kak Deon bekal nasi goreng dan memberikan nya di depan kita!"

Aku melipat tanganku di depan dada sambil menatap tak suka ke arah lia yg sedang berbicara panjang lebar dan menurutku itu tak penting dan hanya membuang-buang waktu saja.
Terserah lah kali ini dia berbicara panjang lebar toh aku tidak masalah jika harus kalah.

Sepertinya jika aku berusaha mati-matian untuk memenangkan ini pun tidak ada gunanya. Rasanya aku seperti tahu apa yg sedang di rencanakan nya, aku sudah lama mengenal anak ini seluruh tak-tik permainan yg dia buat aku selalu bisa menebaknya. Ku rasa saat ini ia sedang berniat menjodohkanku dengan ketua osis itu.

Menurutku itu tidak akan berhasil karena setahuku lia dan ketua osis itu tidak memiliki hubungan dekat atau sekedar teman sama sekali, dulu anak ini pernah menjodohkanku dengan sepupunya namun itu semua tidak pernah berhasil sama sekali. Sebenarnya aku sangat bingung padanya untuk apa dia seperti itu bahkan dulu dia menjodoh jodohkanku dengan sepupunya pada saat aku masih bersekolah SMP kelas 2 yg menurutku masih CIMON alias cinta monyet dan itu semua bukan membuat aku dekat dengan sepupu nya itu melainkan membuatku naik darah jika setiap kali bertemu dengan sepupunya. Aku dan sepupunya lia yg bernama gerry itu tidak pernah akur bahkan setiap kali bertemu kami selalu berdebat dan saling mengejek.

Teng teng teng

Terdengar suara ketukan sendok dengan baskom kaleng yg sedang di ketuk oleh teman dekatku yg kedua setelah lia yg bernama Rafikha kami baru dekat kemarin setelah pemilihan jabatan anggota anggota kelas, dia terpilih sebagai sekretaris awalnya aku yg dipilih namun aku menolak karena aku tak pernah ingin menjadi pejabat pejabat organisasi di kelas yg menurutku itu sangat melelahkan dan membuatku terbebani. Namun tidak sampai disitu aku diizinkan tidak menjadi sekretaris asalkan aku menjadi seksi kebersihan akhirnya setelah beberapa kali di bujuk aku mau dan itu bergaris bawahi karena terpaksa. Hanya memarahi orang yg tidak piket tidak akan membuatku pusing juga kan toh nanti namanya tinggal di catat dan di berikan ke bu sri walikelas kami dan akan di berikan denda membawa bunga untuk memperbanyak bunga di sekolah kami.

"Oke oke pertandingan masak kita mulai dari sekarang dan hanya di beri waktu 30 menit untuk nyelesainnya. Dan menu masakannya adalah nasi goreng!" seru rafikha.

Aku segera bersiap siap menyiapkan bumbu bumbu halus yg harus ku siapkan. Sepertinya aku akan membuat menu yg aku masak waktu itu!

-

"Oke waktunya tinggal 5 menit lagi!" seru rafikha sambil melirik ke arah stopwatch yg ada di ponselnya.

Aku tetap santai dengan pekerjaan ku bahkan aku tidak mencicipi masakan ku sama sekali. Kulihat lia menghiasi piring nasi goreng nya dengan sangat cantik daun selada yg biasanya dipotong kecil dan diletakkan di pinggir piring kini berada di tengah sebagai piring dari nasi gorengnya. Sedangkan masakanku hanya ku buat sederhana dan biasa aku tau aku pasti kalah jika melawan lia rasanya aku pun sudah pasrah jika harus membuatkan bekal untuk Deon.

"Finish!" teriak lia sambil mengangkat tangannya sedangkan aku sudah berdiri santai sedari tadi karena masakanku hanya nasi goreng dan telur saja tanpa ada hiasan lain selain itu.

Aku melipat bibirku sambil sesekali menggigitnya, sebenarnya aku cemas jika harus kalah aku takut dijadikan bulan bulanan di sekolahku, ya walaupun menurutku itu semua akan terjadi di dunia sinetron atau novel saja.

Aku mengernyit bingung menatap wajah candra yg sedang memakan nasi goreng yg ku buat berkali kali ia menyuapkan nasi gorengku ke mulutnya bergantian dengan nasi goreng yg lia buat. "Kenapa ndra?" tanyaku bingung melirik ke arah teman temanku yg sedang asik sendiri.

"Kok. Nasi goreng nya vinda kaya opor rasanya?" aku menatap lia dan fikha bergantian. Mereka hanya mengedikkan bahunya sambil kembali menatap candra yg belum selesai mencicipi nasi goreng milikku dan lia bergantian.

"Opor gimana?" tanya fikha.

"Wait wait, gue juga baru sadar, kok nasgor lo warnanya coklat?"

"Kekosongan kali!" ujarku acuh menjawab pertanyaan lia.

"Coba gue cicip!" fikha menyendok nasi goreng yg ku buat tadi dan menyuap kannya ke mulutnya. "Iya. Rasanya kaya itu, apa tuh? Mm.. Rendang ayam!"

"Masa sih?" lia mendekat dan dengan cepat menyuapkan sesendok nasi goreng itu ke dalam mulutnya. "Lo pake bumbu apa tadi masaknya?" tanya lia setelah mencicipi nasi goreng yg ku buat.

Aku mengedikkan bahuku sambil melirik ke arah tong sampah yg berisi sampah bekas bungkus bumbu instan yg ku pakai tadi.

Lia berjalan ke arah tong sampah yg ku lirik tadi dan mengongker ongker isi nya. "Pantesan nasi goreng lo rasa opor ayam! Orang lo pake bumbu rendang!" ucap lia sedikit berteriak.

"Ah.. Masa sih? Orang gue tadi pake bumbu nasi goreng kok!" ucapku merebut bungkus bekas bumbu instan itu. "Ah. Iya ternyata! Tapi kok bisa ya? Perasaan tadi bumbu nasi goreng!" ujarku membela diri. Kulihat lia dan fika bertatapan sebentar lalu kembali menatapku.

"Yeeeeeee... Jadi vinda kalah ya!! Dia harus ngasiin bekal yg gue buat besok untuk kak deon!" teriak lia yg di sambut sorakan oleh teman sekelasku.

"Loh tapi k-"

"Lo terima aja deh vin kan emang gitu perjanjian nya!" ujar fikha sambil menepuk pundakku. Aku menghela nafas dan kemudian mengangguk pasrah. toh aku juga tidak akan bisa mengelak.

-

Tbc

(Not) PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang