"Kalau gue misalnya berjuang untuk orang yg udah jelas kalau dia sayang sama orang lain salah nggak?
Kalau misalnya salah gue berhenti aja sebelum mencoba!
Cukup berharap sampai dia peka sendiri!"
***
"
"Hai, Vinda! Mau gue temenin gak?"
Vinda hanya melirik sekilas Jerry yg saat ini sedang tersenyum manis kepadanya sehingga hanya dengan melihat senyum manis itu Vinda sudah bisa menebak jika saat ini Cowok bandel pentolan sekolah yg kerjanya suka ngisengin orang lain itu ingin meminta tolong kepadanya.
"Gak perlu, udah biasa sendirian juga!" jawab Vinda acuh, sambil merapatkan 3 buku paket yg saat ini ia peluk menggunakan tangan kiri, dan tangan kanannya sibuk merapikan anak rambutnya yg sedikit berantakan akibat tiupan angin pada saat ia naik ojek tadi.
Jerry mendehem "ah lo mah bisa aja!" Jerry mendorong bahu Vinda sedikit kencang sehingga membuat cewek itu oleng dan tanpa sengaja buku paket besar yg ia bawa terjatuh dan mengenai kaki seseorang.
Tanpa melihat siapa yg sudah ia jatuhi buku, Vinda menunduk mengambil bukunya yg terjatuh "maaf maaf!!" ujarnya. Setelah selesai merapikan bukunya Vinda berdiri dalam satu hentakan sambil menggerutu "lo tuh, jadi orang nyebelin banget sih je...rr" suara Vinda memelan setelah melihat seseorang yg habis ia jatuhi buku.
Ia mendegem sejenak "eh, maaf kak!" ujar Vinda datar kemudian melenggang pergi begitu saja. Namun langkah nya harus terhenti karena tarikan tangan seseorang yg menarik tangan nya. Berbagai spekulasi muncul di benak gadis itu.Apa dia mau minta maaf ke gue ya!
Lo mau nyadarin kesalahan huh?
Jawab apa ya gue?
Oke pura-pura jutek!
Vinda menarik nafasnya pelan kemudian menghembuskan nya lalu langkah kakinya mundur selangkah kebelakang. "Ada apa kak?"
Deon melirik mata Vinda sekilas kemudian melepaskan cekalan tangannya dari tangan cewek di depannya. "Gue cuma mau ngingetin, nanti lo belajar. sama pak Budi!"
Vinda mendelik lalu mengernyit. Nggak nyambung banget sih nih orang? Ia menggerutu dalam hati kemudian mengangguk "oh? Iya, gue tau!" ujar Vinda datar kemudian kembali merapatkan 3 buku paket yg saat ini ia peluk. Ia menunggu kelanjutan atau inti dari cowok itu memanggilnya atau lebih tepatnya maksud jelas cowok itu mengingatkan jika nanti ia akan belajar berguru pak Budi. Sangat tidak jelas sekali pikir Vinda tanpa ia ingatkan pun Vinda sudah tau jika nanti ia akan belajar dengan guru pak Budi. "Jadi....?" setelah sekian detik terdiam cewek itu mengeluarkan sedikit ke kepoannya
Deon menaikkan sebelah alis, matanya menatap tidak fokus memilih menatap ke sembarang arah asal tidak menatap cewek di depan nya. "Itu dasi lo.... Dipake. daleman lo keliatan!"
Vinda membelalak dengan refleks kepalanya menunduk melihat dadanya, lalu dengan cepat 3 buku paket yg ia peluk saat ini ia arahkan ke atas untuk menutupi bagian dadanya. Pipi nya memanas, ia malu semalu malunya.
Bagaimana ia bisa lupa memakai dasi?
Dengan langkah seribu Vinda meninggalkan tempatnya semula dengan wajah menunduk malu sebelum itu ia mengatakan "iya nanti gue pake!" dengan suara yg super duper pelan bahkan seperti bisikan.
Ia malu setengah mati, sudah dua kali cowok itu menegurnya seperti ini. Padahal ia tidak pernah ditegur tentang masalah pakaian oleh siapapun bahkan papanya!
-
Ketukan meja yg di ketuk-ketuk oleh jari terdengar begitu lantang karena suasana ruangan yg begitu sepi. Lia yg saat ini sedang sibuk membaca novel remaja yg baru saja ia pinjam oleh cewek yg saat ini sedang sibuk mengetuk-ngetuk meja di sampingnya pun sedikit terganggu. Sekilas tangannya ia kibaskan seakan sedang menginstruksikan. Namun setelah beberapa kali ia mengibaskan tangannya namun suara ketukan di meja itu kian mengeras, dengan sedikit jengkel Lia menutup bukunya dengan jari telunjuk berada di selipan halaman terakhir ia baca yg berada kira-kira di bagian pertengahan.
"Lo kesambet setan gendang ya?"Alih alih menjawab pertanyaan sahabatnya Vinda malahan sibuk sendiri dengan bajunya.
"Li, gimana dong? Ini kancing atas gue ilang terus gue lupa bawa dasi lagi, mana nanti ada pelajaran sama si Budi lagi, mati deh gue" Vinda menepuk jidatnya histeris "kita pelajaran MTK jam pelajaran ke berapa?""Siang!"
"Ia, jam ke berapa?"
"Gue nggak ngapalin! Lupa! Ntar atau gak besok deh gue liat!"
Vinda melotot horor, giginya menggeretak sebal, dengan gemas Vinda mendekat kemudian mengacak-acak rambut Lia yg tampak terlihat rapi dengan jepitan mawar putih yg tertempel disisi kanan rambutnya sehingga sekarang tampak amburadul akibat acakan yg begitu keras.
"Dasar!""VINDAAAA....aaaaaa.. Hancur kan riasan gue. Huaa.. Lo tau nggak gue ngerias rambut gue itu berapa lama? Aduh, lo tuh lama-lama rada-rada ya! Lo kalo di giniin pasti marah kan? Tapi lo nge giniin orang nggak mau kalo orang nya marah, tuh kan! Lo ngebuat gue jadi ngomel! Aduh.. Gagal deh gue jadi anak pendiem! Ini semua gara-gara lo!"
"Kok gara-gara gue?"
"Ya-iyalah! Jadi gara gara siapa? Masa tukang siomay yg jualan di sekolah adek gue? Tuh kan gue makin emosi! Gue kan udah bilang gue itu kalo udah ngomong susah diem nya, tapi lo masih aja mancing gue! Lo tuh bener-bener ya!" Lia menarik nafas sejenak untuk menetralkan pernafasan nya akibat mengucapkan kata kata dengan satu tarikan nafas.
Vinda yg saat ini sedang memutar bola mata sambil bertopang dagu dengan tangan kiri dan sebelah tangannya lagi sibuk me megang kaitan kancing bajunya yg berada di dada, untuk menutupi dalaman hitam nya yg sedikit kelihatan akibat kaitan kemeja seragamnya yg tidak memiliki kancing. Setelah menghela nafas lelah gadis itu berkata "udah ngomong nya?" ia mengatakannya dengan sedikit membuat wajahnya terlihat mengantuk dengan cara menguap.
"Belom!"
"Hmm?" Vinda melirik sekilas wajah cewek yg memiliki potongan rambut pendek itu "yaudah lanjut! Gue dengerin tapi.... Nanti dasi lo gue yg pake ya! Waktu belajar sama si Budi aja!"
"Enak aja! Kena hukum ntar gue kalau nggak pake dasi!"
"Kalo kena hukum sekali sekali kan gak apa-apa sih! Sekali doang, yelah, nolongin temen kek!"
"Trus?? Lo mau enak enakan di dalem belajar ngadem, pake ace eh,, gue, gue malah dijemur di tengah sana nambahin warna pekat gue supaya semakin pekat gitu?"
"Siapa bilang warna badan lo pekat? Putih gitu kok, iteman juga gue!"
"No! No! No! Ini kan masih pagi jadi si 2 cecunguk kan belom dateng tuh, jadi lebih baik lo minta bawain mereka deh! S-----"
"Lo kok nggak ngomong dari tadi pung?" Vinda mengeluarkan Ponsel dari saku bajunya "coba ngomong dari tadi!"
"Uuuu... Dasar!"
.
.
Sorry for typo.
Sengaja abdet banyak! mumpung-mumpung. Wkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Perfect
Teen Fiction"Walaupun aku hanya kau anggap pura pura dan mainan saja. Tetapi aku akan tetap berjuang untuk bisa mendapatkan hatimu" ~Alvinda Viona Pratama "Cowok itu membuktikan cintanya dengan perbuatan!!, dan yg di pegang itu ucapannya. Jadi belom saatnya gue...