19. Rasa malu

47 7 0
                                    

Gadis dengan rambut di cepol itu sedang berjalan selangkah demi selangkah, matanya bergerak mengikuti rak-rak buku yg ada di toko buku yg ada di salah satu mall besar kota Jakarta. Padahal sudah ada dua novel remaja yg saat ini di pegang nya namun matanya masih bergerak gerak mencari-cari buku yg di anggap nya menarik.
Setelah hampir dua kali memutari rak rak buku yg ada di toko besar ini ia memutuskan untuk pulang karena sudah hampir dua jam ia berada di toko hanya untuk mencari buku.

Disaat teman temannya pergi ke mall untuk shopping ia pergi ke mall untuk membeli novel ataupun buku buku cerita.

Gadis yg bernama Vinda itu berjalan menuju kasir dan mengantri untuk membayar novel yg saat ini dipegangnya. Namun pada saat giliran ia untuk menebus belanjaannya ada seorang laki laki bertubuh besar menyelip kedepan dengan menyenggol kuat pundaknya sehingga ia hampir saja terjerembab ke lantai jika tidak ada seseorang yg saat ini sedang membantu menopang tubuhnya.

Vinda memejamkan mata untuk mengurangi rasa malu, setidaknya ia tidak melihat tubuhnya atau lebih tepatnya tidak melihat orang yg menatapnya beragam nanti. Ia masih terpejam menanti tubuhnya yg akan tersungkur lantai namun setelah beberapa detik menunggu ia tidak merasakan tubuhnya menyentuh lantai ia malah merasakan tubuhnya seakan terbang. Dan dengan perlahan ia membuka mata dan alangkah terkejut nya saat ini dia
Sedang di peluk oleh seseorang cowok.......

"Lo nggak ada niatan mau bangun?" cowok itu mengatakan kata katanya dengan menahan nafas karena wajahnya terlalu dekat dengan cewek yg saat ini tengah ia sanggah agar tidak terjatuh di lantai.

Alih alih menjawab Vinda yg diberi pertanyaan hanya membuka sedikit mulut, ia tertegun dan sedikit terpana melihat sorot mata hitam pekat dengan bulu mata lentik mengelilingi mata itu. Setelah beberapa detik terhanyut dalam mata pekat itu Vinda mengerjap "kenapa?" tanya nya setelah mengerjap tanpa mengubah posisi.

Cowok itu sedikit mengambil nafas untuk mengisi paru-paru nya "berat!" cetusnya dengan suara berat.

Dan mendengar kata kata itu Vinda langsung memperbaiki letak berdiri nya dan menunduk.

Segitu beratnya kah gue?

Vinda bersungut sebal, ia tidak menyangka akan di katai berat.

Kemarin gue timbang 45 kilo kok!

"Eh, mas! Budaya antri dong! Karena lo nggak antri hampir aja nyelakain orang!"

"Udah udah! Gue nggakpapa kok!" Vinda menarik lengan cowok yg sempat membantu plus mengatainya tadi, agar tidak terjadi keributan.

"Kalo orang kaya gitu di biarin, bakalan ngelunjak dia!"

"Udah, nggakpapa. Udah telat juga! Orangnya udah ngacir duluan!" Vinda menunjuk menggunakan jari telunjuknya menunjuk laki laki bertubuh besar yg sudah berjalan ke arah tangga berjalan.
"Nggak usah di kejar, kan gue udah bilang nggak papa!" cegah Vinda pada saat cowok di sampingnya ingin melangkah kan kakinya mengejar laki laki bertubuh besar itu.

Cowok itu mengalihkan pandangannya ke lengannya yg sedang di tahan oleh Vinda adik kelasnya itu lalu kemudian matanya tergerak ke atas untuk menatap mata hazel dengan bulu mata lentik yg di miliki cewek itu. Beberapa detik bertatapan cowok itu kemudian mengangkat sebelah alisnya "lo takut kehilangan gue atau lo sengaja cari kesempatan pegang pegang gue?" ucapnya dengan kilatan smirk di bibirnya.

Mendengar itu Vinda langsung melepas pegangannya dan menatap jijik cowok di depannya yg sedang tersenyum smirk. "Ih, kepedean banget sih lo?" sungut Vinda "kalo nggak sakit!, khilaf gue megang megang lo!"

"Ah? Massa?" cicit cowok itu "bilang aja dalam hati lo bersyukur karna bisa pegang gue?"

"Ih!!" decis Vinda sinis "demi bulu ketek mang Didin tukang kebun gue, yg bulu keteknya panjang dan agak keriting, lo itu orangnya memang sok tau!"

"Gue bukan sok tau, tapi memang tau!"

"Lo abis makan apa sih? Oh my god"

"Lo kode ya? Biar di ajak makan siang bareng gue?" cowok itu mengangkat angkat alisnya menggoda.

"Susah memang kalo ngomong sama orang kaya lo!"

"Orang gimana? Gue gimana sih orangnya?"

"Lo itu orangnya nyebelin, stress, sok tau, kepedean, dan nggak bisa di tebak!"

Cowok itu menepuk tangannya heboh dengan senyuman lebar menandakan kemenangan "nggak nyangka gue, lo tau banyak banget tentang gue! Lo mulai perhatiin gue dari lama ya?"

Ya allah, dosa apa Vinda ya allah?

"Loh, kok diam? Bener ya tebakan gue?"

"Terserah lo aja deh, capek ngomong sama cowok kaya lo!" decus Vinda lelah dan beranjak ke kasir untuk menebus bukunya.

Kayanya orang orang buta deh, milih dia jadi ketua osis!

Cowok yg tak lain adalah Deon sang ketua OSIS itu hanya menyeringai tipis lalu berjalan meninggalkan Vinda yg masih menebus bukunya di kasir.

Setelah menebus bukunya Vinda sedikit celingukan menatap sekeliling. Ia mencari seseorang! Namun setelah beberapa kali melihat setiap sudut ruangan besar ini ia tidak melihat tanda tanda keberadaan cowok itu.
Ia juga tidak sadar, mengapa ia bisa berfikiran untuk mencari keberadaan cowok tampan itu.

Dia kemana? Batinnya bertanya namun ia tak ambil pusing dan kemudian berjalan meninggalkan toko itu untuk pulang.

Deon bersembunyi di balik tiang besar, entah untuk apa ia bersembunyi.

Jawabannya adalah ia hanya iseng melihati cewek bawel yg sedang celingukan.

"Dia nyariin gue?" kata kata itu keluar begitu saja dari mulutnya dengan nada bangga.
Entahlah mengapa akhir akhir ini menjahili cewek itu menjadi salah satu hobby nya.

"Lo celingukan nyariin gue ya?" Deon berkata bangga dengan nada menggoda dengan bibir yg sedikit ter sungging senyuman smirk.

Cewek itu memegang dadanya kaget melihat kemunculan wajah cowok most wanted sekolah nya dengan cara tiba-tiba. Menongol di depan wajahnya.
"Waw!" Vinda menepuk tangannya sambil tertawa garing "tebakan lo kali ini.... Emm.. Salah! Semangat ya!"

"Semangat?"

"Kan lo salah! Nggak cocok dong kalo di ucapin selamat! Cocoknya itu semangat!"

"Emang beneran salah?"

Bener tapi gue tengsin bego!

"Jelas lah! Salah, nggak ada waktu gue nyariin lo!" bohong Vinda sambil mengetatkan cepolan rambutnya.

Deon mencebikkan bibir sambil manggut manggut polos.

-

Tbc.

Voted and comments di tunggu!

(Not) PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang