17. Perhatian kecil

56 4 1
                                    

Tinn.... Tinnnn!!

Cewek itu mengangguk angguk dengan mata terpejam dan tangan yg memeluk kuat tubuhnya. Sesekali mulutnya terbuka mengikuti senandung lagu yg saat ini ia dengarkan melalui headset yg terhubung melalui ponselnya.

Padahal sedari tadi suara kelakson mobil yg berada tidak jauh dari nya telah berbunyi bahkan mengganggu pendengaran orang yg membunyikan nya sendiri.

"Woy!"

"Astagfirullah!" Vinda terperanjat dan dalam hati merutuki sang pengganggu yg baru saja menarik satu layar headset yg terpasang di telinga sebelah kirinya, belum lagi suara teriakan yg saat ini membuat telinga nya berdengung hebat. Vinda membelalakkan matanya menatap cowok yg saat ini sedang tersenyum meremehkan dengan almamater merah yg dipegangnya.
"Lo punya otak gak sih? Nggak? Atau memang otak lo udah kehabisan bahan bakar? Jadi nggak bisa mikir." cewek itu mengelus elus telinga kirinya yg sedikit berdengung akibat teriakan orang yg ada di hadapannya. "Rese banget sih jadi orang, lo tu buat mood gue hancur tau gak? Bete banget jadinya!"

"Lo ngapain disini?"

"Lo nggak punya mata hah? Nggak liat gue lagi nunggu angkot?"

"Oh,"

"Oh doang?"

Deon menggaruk telinganya pelan dan mendudukkan bokongnya ke kursi panjang di samping tempat duduk yg diduduki oleh Vinda yg kira kira berjarak setengah meter.
"Jadi?..."

"Ihh.. Garing banget tau nggak sih? Lah terus lo ngapain disini?"

"Gue nggak tega liat lo sendirian,"kata Deon dengan nada sendu.

Vinda sedikit membuka mulutnya dan kemudian menutupnya perlahan, ia merasakan pipinya memanas tanpa sadar jantungnya berdegup 2x lipat dari biasanya. Rasanya saat ini rohnya melambung begitu tinggi di angkasa hanya karena mendapatkan ucapan manis dari cowok ganteng idola sebagian siswi SMA Bhakti mulia yg saat ini sedang menatap nya.

"Ehem, nggak usah seneng dulu," Deon memperbaiki posisi duduknya "gue cuma gak tega aja gitu, takutnya kan di culik genderuwo Yah, gue juga yg merasa bersalah Secara kan lo mirip anaknya "

Baru aja gue dibuat terbang, eh udah di jatuh in duluan!

"Is,"

"Hahahhahah, ngarep apa lo?"

"Ngarep lo pergi dari sini!"

Vinda berdecak, gemas sendiri mengingat kejadian memalukan yg baru saja membuatnya malu setengah mati, rasanya saat ini ia ingin mengubur dirinya jauh didalam tanah agar tidak bisa bertemu dengan makhluk menyebalkan yg saat ini sedang menatapnya dengan tatapan mengejek. Ia jadi heran sendiri melihat kelakuan cowok yg ada di sampingnya ini, pada saat di sekolah, cowok ini tidak banyak bertingkah dan bahkan berbicara seadanya. Namun jika kepada dirinya di sekolah maupun di luar sekolah cowok ini selalu bertingkah menjadi cowok yg menyebalkan.
Vinda kembali mengeratkan pelukan tangannya dengan sesekali menggosok-gosokkan telapak tangannya.
"Ini hujannya kok nggak reda-reda ya?"  rutuk vinda dalam hati.

Deon masih menatap wajah cewek yg ada di sampingnya dan senyuman mengejeknya berubah begitu saja menjadi senyuman tipis.
Ia menaikkan satu alisnya pada saat melihat Vinda menggosok gosokkan tangannya memeluk tubuhnya sendiri.
Dingin? Tanya nya dalam hati dan kemudian teringat dengan almamater yg tadi sempat ia bawa untuk melindungi diri nya dari hujan pada saat ia turun dari mobil untuk mendatangi cewek ini.
Dan dengan perlahan tapi pasti Deon memasangkan almamater nya ke tubuh mungil Vinda dan dalam sekejap cewek itu menatap nya dengan dahi mengkerut dan bibir sedikit terbuka.
"Biar nggak terlalu dingin!"

(Not) PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang