07. upacara

53 8 1
                                    

"Ini nih! Penerus bergajul nya indonesia, temannya panas panasan di lapangan upacara dia malah enak enakan ngadem di kelas!" pak budi menunjuk tunjukkan jari telunjuknya ke 5 orang laki laki berseragam sama dengan kami yaitu putih abu abu  yg sedang berdiri di samping tiang bendera menghadap ke arah kami.

Dan salah satu di antara mereka anak kelas kami. Dia.... Vino!

"Ih itu si vino malu malu in kelas X-ipa 2 aja!" terdengar nada jengkel dari salah satu murid di kelas ku yg menurutku paling pintar dan sedikit rempong dan bermulut pedas melebihi sarah. Bahkan ia berani mencaci maki orang lain tepat di hadapan orang itu sendiri.

Namanya Diva menurutku memang dia yg paling aktif di dalam organisasi kelas maupun sekolah semua itu terbukti karena ia dari awal menjabat menjadi ketua kelas dan anggota osis bahkan dengar dengar gosip ia menjabat menjadi sekretaris osis. Namun ia tidak terpilih menjadi ketua kelas karena kata bu sri wali kelas kami, ketua atau pemimpin itu sebaiknya di sandang oleh seorang laki laki karena memang seharusnya laki laki itu menjadi pemimpin. Alhasil yg terpilih menjadi ketua kelas Arif dan Diva tidak terpilih menjadi ketua kelas namun terpilih menjadi wakilnya saja.

Dan mengenai gosip yg ia menjabat menjadi sekretaris osis aku tidak mendengar apa apa lagi, karena tidak ada satu pun gosipan yg menyangkut tentang itu.

"Ya kan vin?" aku tersentak dan menoleh menatap wajah Diva yg sedang memasang wajah kesalnya.

Aku hanya mendehem sejenak dan kemudian mengangguk membenarkan. Sebenarnya aku biasa biasa saja sih jika di antara kelas ku ada seorang yg mengulah toh yg terkena hukuman juga bukan satu kelas.

Memojokkan orang yg sedang terpojok apa itu bisa menghilangkan rasa malu?

"Kebiasaan dari smp di bawa ke sma!" ujarnya lagi sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Itu di depan si vino, anak kelas kita kan?" lia menepuk pundakku pelan. Aku mengangguk.

"Ia. Liat tuh di antara semua cowok yg berdiri si depan perasaan cuma dia yg kelihatan keren!" aku memutar arah pandangku ke arah fikha yg sedang tersenyum menopang wajahnya dengan kedua tangannya bertumpu pada pundakku.

"See? Lo naksir?" tanya lia cuek.

"Kagak ah! Ngapain juga naksir dia, bagusan juga kak galang kemana mana! Gue tadi cuma membandingkan bukannya memuji. Oke!" jawab fikha bernada lebai sesekali menekankan kalimat.

"Lo naksir kak galang ya?" tanyaku yg di jawab anggukan singkat dari lia.

"Pantesan! galang dari akhir mos sampe kemarin nitipin salam buat lo mulu!" timpal lia.

"Masa iya? Kok lo nggak pernah ngasih tau gue kalo kak galang ngirim salam ke gue?"

"Hehe Lupa gue, ini aja baru inget karna lo abis ngomongin dia!" jawab lia santai, sedangkan aku, aku hanya tersenyum maklum.
"Loh, tapi perasaan si galang kemarin deket nya sama vinda ya?"

"Gue??" ucapku spontan.

"Lo deket sejak kapan sama kak galang vin?" tanya fikha dengan wajah yg sulit ku mengerti.

"Deket? Gue aja ketemu dia jarang gimana mau deket?" ucapku mengambil jeda "lagian pun, gue ketemu sama dia cuma waktu mos, trus pas papasan waktu di kantin doang!"

"Ngapa muka lo di tekuk gitu? Cemburu sama vinda? Elah lebay lo"

"Siapa yg nekuk muka? Orang gue happy gini lo bilang cemburu!" fikha tersenyum dan melempar ke belakang kan kepangan rambutnya.

Aku terkekeh "orang kasmaran mah mood nya kaya ibu ibu hamil, berubah ubah!" celetuk ku berseloroh dan mendapat gelakan dari lia, sedang fikha hanya tersenyum malu.

"Hahahhaha, tinggal lo nih vin yg masih jomblo akut dari dulu!"

Aku mengumpat tanpa suara "enak aja jomblo akut, gue mah single bukan jomblo! Jomblo itu adalah panggilan buat orang yg pernah menjalani hubungan!"

"Iya deh yg single!" celetuk fikha asal.

"Eh.. Ati ati lo ntar single mulu nggak laku pula!"

"Eh.  Enak aja! Jomblonya gue itu pilihan ya bukannya karena nggak laku!" ujarku membalas ucapan lia yg ku rasa sedikit menyindir dan menyesakkan hati.

"Hahahahaha, pilihan? Ada ada aja lo vin" fikha menyahut sambil tertawa sedangkan lia masih tertawa.

"Sstt.. Kalian ketawanya jangan keras keras! Ntar pak budi liat! Baru lo ikut berdiri di depan nyusul si vino!" ucapku memperingati fikha dan lia yg sedari tadi belum berhenti tertawa sambil mengejek ucapanku tadi.

"Nggak kedengeran kali vin! Kan ribut!"

"Iya tuh, hahaha!" sahut lia menambahkan ucapan fikha.

Aku mendengus dan menatap ke arah depan sembari memperbaiki posisi berdiri ku. Mengabaikan kedua teman rese yg sedari dulu selalu mengejekku (lia).

-

Tbc.

(Not) PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang